04-Atlet Loncat Tebing

97 45 59
                                    

"Seseorang yang pergi ke sekolah jalur Loncat Pagar, biasanya akan lebih sukses dari yang lain, karena walau pun telat, mereka tetap masuk sekolah meski harus menjadi atlet loncat tebing."

Senin, 15 Juli 2013 adalah hari pertama masuk sekolah pada tahun ajaran 2013/2014.

Seorang gadis cantik yang memiliki tatapan tajam nan mematikan berjalan melewati lorong sekolah SMA Pancasila dengan begitu anggun dan elegan. Seluruh siswa dan siswi SMA Pancasila yang berada di sana memandangi dirinya, rambutnya yang hitam dan panjang semakin membuat dirinya tidak bisa luput dari pandangan mereka.

Salah satu siswi memandang iri gadis cantik itu. "Liat tuh — Itukan Silvia dari X-1, katanya sekarang dia masuk kelas XII IPS-2 loh," 

"XII IPS-2?! Gila gak nyangka banget sih gua, cewek secantik dan sepintar dia bisa masuk kelas buangan kayak begitu, seolah-olah kayak mustahil gitu — ngeliat murid berprestasi kayak dia masuk IPS-2," balas gadis berpita merah.

"Gila ya... biarpun wajahnya cantik, tapi tatapan matanya itu loh — Ih..., coba deh lo liat, nyeremin kan?"

"Sumpah gua juga takut banget buat ngeliatnya!"

"Wajar aja sih... dia itukan dijulukin Si Iblis Bisu sama anak-anak sekolah kita, jadi wajar aja kalo tatapan matanya nyeremin kayak gitu." 

Silvia yang merasa sedang menjadi topik pembicaraan murid-murid itu pun kemudian menoleh ke arah asal suara itu. Silvia menatap dingin para siswi yang sedang membicarakannya itu.

Hal itu pun pastinya membuat mereka seketika langsung panik. Dengan cepat mereka membuang wajah mereka seraya bertingkah tidak karuan. Mereka terlihat sangat ketakutan ketika Silvia menatap tajam mata mereka dengan tatapan dingin sedingin es.

Silvia lalu menghela napasnya. "Hadeh..., gak penting banget sih," keluh Silvia di dalam hati seraya kemudian mengabaikan semua ucapan orang-orang itu.

Meski Silvia berbicara seperti itu di dalam hatinya, namun apa yang dilihat oleh orang lain hanyalah tatapan beku yang seolah-olah menatap mereka dengan penuh kebencian.

Padahal nyatanya Silvia tidak pernah sebenci itu kepada mereka, walau pun mereka membicarakan hal-hal buruk tentangnya sekali pun, Silvia tidak pernah peduli akan hal itu.

Bagi Silvia, omongan seperti itu tidak akan ada artinya sama sekali. Karena bagaimana pun dia tau, kalau dia jauh lebih baik dalam segala hal dibanding mereka semua. Orang-orang itu hanya ia anggap sebagai NPC pelengkap saja, tidak lebih.

'A Lion doesn't concern himself with the opinion of Sheep.' Mungkin kalimat dari film Game of Thrones ini, sangat cocok untuk menggambarkan pandangan Silvia ke semua murid-murid yang mem-bullynya itu.

Silvia lalu kembali berjalan menuju kelas dan mengabaikan semua orang yang sedang menatap serta membicarakannya itu.

*****

Sementara itu dari kejauhan terlihat Milas yang sedang berlari dengan sangat kencang, secara tiba-tiba tanpa disengaja ia pun menabrak Silvia yang sedang berjalan dengan tenang, sampai-sampai membuat buku yang sedang ia pegang itu jatuh dan terlpas dari tangannya.

Seandainya saja itu adalah adegan film drama romantis, pastinya itu akan menjadi sebuah adegan romantis yang akan membawa para karakternya jatuh cinta, tapi sayangnya itu tidak akan terjadi dalam kasus kali ini.

Mereka berdua bukanlah karakter yang akan jatuh cinta dengan hal sepele seperti itu.

Milas terus berlari seusai menabrak Silvia.

Kelas Fir'aunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang