15-Èlan

27 3 1
                                    

"Hanya terjadi dalam sekejap, namun bisa mengubah jalannya kehidupan. Dia adalah Momentum."

Jika kita membicarakan momentum terkadang kita tak bisa melepaskannya dari momen. Karena momentum itu sendiri sejatinya adalah bagian dari momen.

Ada satu momen yang membuat Silvia tidak akan pernah melupakan Rian, momen romantis di mana Silvia mulai merasakan cinta di dalam hatinya itu.

Momen itu terjadi pada saat latihan, kala itu hari panas begitu terik karena waktu menunjukan pukul 3 siang, yaitu hari dimana sedang panas-panasnya.

Bandung, Agustus 2011

Pada siang hari itu, panas begitu menyenangkan. Semua murid yang mengikuti ekskul Taekwondo dikumpulkan di lapangan menjadi satu tanpa batasan tingkat sabuk.

Panas yang terik membuat sebagian dari murid yang ikut ekskul sudah mulai berkeringat meski padahal mereka belum memulai latihan.

Pak Jamal berdiri di hadapan 18 murid yang tengah berbaris rapih menghadap dirinya.

Murid-murid di sana terlihat sudah menggunakan seragam lengkap khas Taekwondo yang berwarna putih itu.

Pak Jamal terlihat begitu gagah dengan seragam Taekwondo serta sabuk hitam yang melekat pada pinggangnya itu. Kala itu ia terlihat sedang melipat kedua temannya itu seraya membuka kakinya lebar-lebar. Ia kemudian menatap tajam kepada seluruh anak didik yang ada di hadapannya itu

"Hari ini latihan mungkin agak sedikit beda, bapak mau adain sedikit lomba, biar kalian semua tambah semangat!" celetuk Pak Jamal dengan suara yang lantang.

Kericuhan langsung terjadi, banyak murid yang bertanya-tanya tentang masalah lomba itu.

Salah satu murid yang baris pada bagian belakang memberanikan dirinya untuk mengacungkan tangannya.

"Pak izin bertanya —" celetuknya dengan wajah penasaran.

"Ya silahkan," ucap Pak Jamal serya menunjuk murid yang mengacungkan tangannya itu.

Wajah laki-laki itu mulai terlihat tersenyum bersemangat.

"Kalo lomba, berarti ada hadiahnya dong?"

"Oh ya jelas ada dong —" celetuk Pak Jamal dengan pede. Hal itu membuat murid laki-laki yang bertanya tadi tersenyum kegirangan. Tapi bukan hanya dia saja yang bahagia, hampir seluruh murid pun begitu senang dan bersemangat ketika Pak Jamal berkata seperti itu.

"Lombanya gampang, siapa pun yang bertahan sampai akhir latihan yang bapak kasih hari ini, dia yang jadi pemenangnya. Dan pemenangnya bakalan bapak traktir makan gratis sepuasnya!"

Para murid pun langsung bersemangat ketika tahu akan ada hadiahnya. Meski cuma sekedar traktir makan, tapi itu berharga bagi mereka, termasuk Silvia dan Rian yang berada pada barisan paling depan.

Silvia tersenyum lebar menatap teman yang ada di sebelah barisannya itu.

"Lumayan nih Ri, bisa makan enak hari ini," celetuk Silvia begitu percaya diri.

Sementara Rian, hanya tersenyum miring memandangi temannya itu.

"Yakin banget lo Vi bakalan menang, kan masih ada gua," ucap Rian tersenyum menantang.

Silvia membusungkan dadanya itu, ia lalu tersenyum miring memandangi Rian.

"Harus yakin dong!"

Sebetulnya Silvia tidak terlalu tertarik akan lomba yang diadakan oleh Pak Jamal, namun gelar POOM yang Silvia milik rasanya seperti pisau bermata dua. Silvia merasa dengan gelar itu POOM ia harus menunjukkan jika dia adalah murid terbaik yang dimiliki oleh Pak Jamal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kelas Fir'aunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang