13-True Color

78 25 63
                                    

"Terkadang, dalam suatu hubungan dibutuhkan sebuah percikkan untuk menimbulkan sebuah api."

Setelah selesai mandi, Milas pergi menyusul kedua temannya itu ke taman belakang sekolah.

Di belakang taman terlihat Gaby sedang duduk manis tepat di bangku panjang yang terletak tidak jauh dari gudang belakang sekolah.

Sementara itu Milas berjalan di lorong sekolah dari arah toilet perempuan menuju belakang sekolah, ia berjalan sembari membawa sebuah kantong plastik hitam yang berisikan sabun batang yang sebelumnya ia beli.

Dari kejauhan Gaby tersenyum manis menatap Milas yang berjalan menuju ke arahnya.

"Lama amat lo mandinya, abis coli ya?" cibir Gaby bercanda.

Buseh Gab-Gab. Udah ninggalin, sekarang dituduh colu pula, biadab sekali kamu ini.

Milas menatap tajam Gaby. Dia terlihat benar-benar kesal dengan kelakuan temannya itu. "Sialan lo Gab, malah ninggalin gua. Untung aja ga ada yang masuk, kalo sampe ada yang masuk, dikira penjahat kelamin gua nanti," protes Milas kesal.

Wajah Gaby terlihat begitu sumringah, ia lalu tertawa puas, sebelum akhirnya menyudahi tawanya itu dan memberikan penjelasan kepada Milas.

"Sorry Mil, soalnya males banget gua kalo harus nungguin lo di depan pintu kamar mandi kayak gitu, serasa jadi penjaga toilet umum gua —" keluh Gaby memberikan jawaban.

Milas menoleh ke kanan dan ke kiri, ia terlihat sedang mencari sesuatu. Nampaknya Novi yang tadi sedang asyik berkebun kini tidak ada di sana, dan itu membuat Milas penasaran.

"Novi kemana Gab?" tanya Milas sembari terus memperhatikan sekitar.

"Tadi sih dia bilang mau beli air minum Mil."

"Oalah —" ucap Milas dengan tanpa ekspresi. Milas lalu berjalan menuju taman sekolah.

"Mau ke mana lo Mil?" tanya Gaby penasaran.

"Santai dulu gak sih —" celetuk Milas yang kemudian merebahkan tubuhnya di rerumputan taman sekolah. Ia kemudian memandangi kolong langit yang begitu indah.

Kala itu cuaca memanglah sangat mendukung. Angin berhembus begitu tenang, cahaya matahari yang terik pada saat itu terhalangi dengan sempurnah oleh gumpalan-gumpalan awan putih di langit.

Milas menghembuskan napasnya dengan begitu nikmat. "Mending lo ikut nyantai di sini Gaby," teriak Milas mengajak Gaby untuk ikut bersantai bersama dirinya.

Gaby tanpa pikir panjang, menuruti perkataan temannya itu, ia lalu beranjak dari duduk manisnya seraya kemudian berlari menghampiri Milas dengan cepat. Setelah itu ia lalu membaringkan dirinya tepat di sebelah temannya itu.

Kini mereka berdua bersebelahan, jarak mereka begitu dekat. Bahkan ujung telapak tangan mereka saling bersentuhan antara satu sama lain.

Gaby memandangi langit biru yang dipenuhi oleh gumpalan awan.

"Jujur sama gua, lo jadian ya sama Novi?" celetuk Gaby seraya terus memandangi langit.

Milas melirik Gaby bosan. "Kalo pun gua tertarik sama seseorang, udah pasti gak mungkin salah satu dari kalian berdua Gab," jawab Milas malas.

Gaby lalu menoleh kepada Milas. Wajah mereka begitu dekat, mata mereka berdua saling terhubung satu sama lain. Gaby menatap dalam-dalam mata laki-laki yang ada di hadapannya itu, suasana sempat hening selama berapa detik, sebelum akhirnya suara dari pertanyaan Gaby memecah semua kesunyian itu.

Gaby memiringkan bibir mungilnya itu. "Kalo gitu, gimana kalo Silvia? Cantik, pinter, badass as FUCK! Menarik banget kan?" celetuk Gaby menyerang Milas.

Kelas Fir'aunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang