10-Tujuan

61 15 31
                                    

"Hidup yang menyedihkan adalah hidup tanpa tujuan."

Bel waktu istirahat berbunyi, seluruh murid kelas Fir'aun berhamburan keluar.

Novi menoleh ke belakang. "Las, ayo UKS," ajak Novi seraya kemudian ia berdiri dari tempat duduknya.

Milas sedikit melirik Silvia, sementara itu Silvia sendiri memberikan kode dengan memiringkan alis matanya itu. Seketika Milas langsung paham dengan kode yang dimaksud oleh Silvia itu.

"Gua nyusul deh Nov, ada urusan bentar gua," tolak Milas seraya tersenyum tipis ke Novi.

"Gua ikut ya —"

"Gak usah Nov, bentar doang kok."

Novi memandangi Milas heran. Ia merasa ada yang tidak beres dari temannya itu, meski merasa janggal namun Novi tetap percaya kepada Milas, dan mengabaikan pikiran negatifnya itu.

"Yaudah deh, gua tunggu UKS ya," ucap Novi seraya kemudian pergi meninggalkan Milas.

*****

Di depan pintu kelas, Gaby sudah menunggu kedua temannya itu keluar dari kelas. Seperti biasa, mereka bertiga selalu bersama-sama ketika jam istirahat, dan nongkrong di kantin Bu Lulu.

Gaby melihat Novi keluar dari kelas sendiri.

"Milas ngapain Nov?" tanya Gaby yang heran tidak melihat Milas ikut keluar kelas.

Novi mengangkat kedua bahunya itu.

"Katanya sih ada urusan penting gitu."

"Tumben amat tuh anak — yaudah duluan aja yuk Nov," ajak Gaby.

Novi pun mengangguk, seraya kemudian berjalan berdampingan bersama Gaby menuju kantin.

Di tengah perjalanan, Novi yang masih sedikit penasaran tentang luka pada wajah Milas pun, mulai menanyakan Gaby tentang hal itu. Novi merasa, alasan yang Milas berikan itu seperti tidak masuk akal.

"By the way Gab, itu Milas mukanya ungu-ungu kayak Thanos gitu kenapa dah?" tanya Novi seraya terus berjalan menuju kantin.

Gaby menoleh. "Hmm — dia bilang sih katanya pas lagi benerin tower air, dia kepeleset, terus gara-gara itu mukanya jadi kena kunci inggris, gitu sih yang dia bilang ke gua," papar Gaby menjawab Novi.

Novi menarik semua urat di wajahnya itu.

"Aneh banget —" respon Novi mendengar penjelasan dari Gaby.

"Nah itu dia Nov, tolol banget ga sih Milas, bisa-bisanya kejadian kayak begitu. Emang ada-ada aja dah temen lo Nov," keluh Gaby curhat kepada Novi.

Novi menghentikan langkahnya itu, ia sejenak terdiam melamun.

"Ini aneh banget, gak mungkin lebam kayak begitu gara-gara kena kunci inggris, mustahil!" Pikir Novi dalam lamunannya itu.

"Lo ngapain berenti Nov?" tanya Gaby yang bingung melihat Novi tiba-tiba menghentikan langkahnya itu.

Novi menatap serius Gaby. "Tapi lo percaya sama omongan Milas?"

"Ya... kalo itu Milas, ketololan macem apa pun, semua juga bisa jadi mungkin Nov. Kalo pun dia bilang ke sekolah naik odong-odong, gua pasti percaya Nov —  jadi ya... gua percaya!"

Novi menoleh ke belakang. "Gitu ya —" gumam Novi pelan.

Gaby yang sudah tidak sabaran ingin jajan di kantin pun menarik lengan temannya itu.

Maklumin aja ya guys..., biar pun Gaby itu badannya kayak gitar spanyol, tapi hobi ngemilnya itu ngalahin bang ucok, tukang galon sebrang sekolah yang perutnya buncit kayak balon tiup.

Kelas Fir'aunDonde viven las historias. Descúbrelo ahora