05-A Little Drama

94 43 54
                                    

"Sama seperti Masalah, Drama juga merupakan sebuah bumbu dalam kehidupan. Semakin banyak maka akan semakin asin hidup lo."

Walau tak semua orang menginginkan adanya Drama dalam sebuah cerita, namun tak dapat dipungkiri drama itu dibutuhkan guna mengangkat sebuah plot menjadi lebih berisi.

Begitupula yang terjadi kepada kita Manusia. Meski terkadang kita membenci drama, namun kadang kala drama itu membuat kita terhubung satu sama lain dan membuat kehidupan ini menjadi lebih berarti. Seperti contohnya adalah pertemuan antara trio pembuat masalah dengan Iblis Bisu, yang diawali dengan sebuah drama kecil di antara mereka.

Semua itu dimulai ketika mereka bertemu untuk yang pertama kalinya di kelas Fir'aun.

Setelah menunggu sekitar 5 menit lamanya, Pak Ridwan wali kelas dari kelas Fir'aun pun memasuki kelas XI IPS-2.

Suasana kelas yang tadinya sangat ribut, tiba-tiba kembali menjadi hening seketika Pak Ridwan menginjakan kakinya di dalam kelas. Kejadian ini sama persis ketika Silvia memasuki kelas.

Hal itu terjadi karena Pak Ridwan terkenal sebagai guru paling killer yang ada di SMA Pancasila, beliau dikenal sebagai penangkal murid-murid pembuat onar karena alasan itulah dia ditunjuk sebagai wali kelas di kelas Fir'aun ini.

Pak Ridwan lalu dudu seraya kemudian menaruh tas jinjingnya itu di meja guru. Ia lalu memandangi seluruh murid di dalam kelas itu, mulai dari pojok kanan hingga pojok kiri. Tak ada satupun murid di kelas Fir'aun yang berbicara ketika Pak Ridwan memandangi mereka dengan tatapan yang menyeramkan seperti itu.

Bahkan seorang seperti Silvia sekali pun juga berhenti melakukan aktifitasnya dan mulai memperhatikan Pak Ridwan. Namun berbeda dengan murid-murid yang lain. Silvia berhenti bukan karena takut kepada Pak Ridwan, melainkan karena ia menghormati Pak Ridwan.

Pak Ridwan kemudian tanpa basa-basi langsung mengeluarkan buku absensi dari tasnya itu, dan mulai bersiap-siap untuk mengabsen murid-murid yang berada di dalam kelas Fir'aun.

Pak Ridwan membuka buku absen tersebut.

"Sebelum bapak absen, apa sudah lengkap semua orang-orangnya," tanya Pak Ridwan dengan tegas dan lantang.

Suara lantang dari Pak Ridwan semakin membuat seisi kelas enggan berbicara. Tidak ada satu pun mahluk hidup yang berani menjawab pertanyaan simpel dari Pak Ridwan itu. Bahkan semut-semut di dinding pun tak bergeming.

Meski tak ada yang mau menjawab pertanyaan dari Pak Ridwan, akan tetapi beberapa dari para murid kelas Fir'aun ada yang mengeluhkan pertanyaan dari Pak Ridwan yang dianggap tidak penting itu, dengan bisik-bisik.

Bagi mereka, untuk apa mempertanyakan hal itu jika nantinya akan ketahuan juga saat pembacaan absensi. Namun sayangnya mereka tak berani untuk mengutarakan hal itu, ujung-ujungnya mereka hanya bisa mengeluh di dalam hati saja.

Pak Ridwan milirik tajam para murid-muridnya itu.

"Kok pada diem? Tadi berisik banget!" semprot Pak Ridwan meng-skakmat para murid di kelas Fir'aun yang sangat ribut sebelum dirinya masuk ke dalam kelas.

Karena takut Pak Ridwan semakin marah, salah satu murid pun dengan sigap langsung menjawab pertanyaan Pak Ridwan itu. 

"Masih belum pak, masih ada 3 orang lagi yang belom masuk."

Seakan sebuah takdir, seketika itu juga murid-murid telat yang dimaksud oleh salah satu murid kelas Fir'aun itu pun datang.

Mereka datang dengan begitu santainya tanpa merasa bersalah karena sudah datang terlambat.

Milas berjalan memasuki kelas, bersamaan dengan Gaby yang berjalan disebelahnya itu.

"Lo sih Gab, telat kan tuh," keluh Milas seraya melirik sinis ke arah Gaby.

Kelas Fir'aunWhere stories live. Discover now