11-Rencana

57 14 27
                                    

"Apakah jika ingin membuat rencana yang matang, kita harus memasaknya terlebih dahulu?"

Setelah menyelesaikan urusannya dengan Silvia, Milas langsung berjalan menuju ruang UKS, dia tau jika Novi pasti sudah menunggunya di sana. Dan benar saja, Novi setia menunggu Milas di depan UKS.

Novi terus berdiri sembari menyenderkan tubuhnya pada tembok UKS. Setelah sekitar 5-8 menit Novi menunggu, akhirnya yang ditunggu datang juga.

Ia melihat Milas dari kejauhan, sedang berjalan di lorong menuju UKS.

Namun kala itu Novi melihat seperti ada yang aneh dengan mimik wajah temannya itu. Milas terlihat begitu murung, seperti ada beban berat yang sedang dia pikirkan. Tentunya Novi tau, Milas sangat jarang menunjukan ekspresi seperti itu, jika memang tidak ada masalah.

Melihat hal itu, Novi menjadi sedikit khawatir. "Kayaknya bener nih, tuh anak ada masalah," pikir Novi kala itu.

Setelah sampai di depan UKS, Milas langsung merangkul Novi yang sedang berdiam diri menyender di depan tembok UKS.

"Lo dari tadi berdiri di sini Nov?" tanya Milas menyapa Novi.

Novi menurunkan tangan Milas yang merangkul dirinya itu. "Iyalah Las, kan tadi udah gua bilang — gua tunggu UKS."

Milas melirik Novi jail. "Kok lo yakin banget kalo gua bakalan nyusul?"

"Sesama temen itu harus saling percaya Las."

Milas dan Novi pun masuk ke dalam ruang UKS. Karena saat itu adalah waktu istirahat, maka kebetulan UKS sedang kosong, hal itu karena guru penjaga UKS pun juga ikut istirahat.

Tanpa basa-basi Novi langsung menyuruh Milas untuk duduk di kasur yang kosong itu.

"Duduk lo sana," perintah Novi seraya menunjuk kasur kosong.

Milas pun menuruti perintah temannya itu, ia lalu duduk dengan santai sembari menyenderkan tubuhnya pada ujung kasur itu.

"Lo kenapa gak nunggu di dalem aja dah Nov — udah ruangannya ber-AC, bisa rebahan, ada minuman gratis pula! Enak banget sumpah!" oceh Milas mencoba basa-basi dengan temannya itu.

Novi sendiri saat itu sedang sibuk mencari kapas, dan alkohol untuk mengobati luka lebam temannya itu, jadi pada saat itu ia tidak begitu mendengar ocehan dari Milas secara keseluruhan.

"Ya... gapapa, gua lagi pengen nunggu di luar aja," jawab Novi seadaanya sembari terus menggeledah lemari obat-obatan.

Setelah menemukan kapas, alkohol, serta obat yang ia cari — Novi lalu kembali menghampiri Milas yang sedang asyik bersandar ria di kasur kosong itu.

"Nyaman banget nih kayaknya, serasa di rumah nenek!" tegur Novi, ketika melihat tingkah Milas saat itu.

Milas menegakkan tubuhnya itu. Ia lalu menatap Novi dengan penuh semangat.

"Nov, besok-besok kalo pas jam istirahat kita nongkrong di sini aja, sabi kali ya?" tanya Milas seraya mengabaikan teguran Novi.

Novi melirik Milas sinis. "Sabi dari mana sih Las — lo tau sendiri di depan UKS ada kamera cctv-nya. Gak mungkin banget guru-guru ngasih izin kita masuk kalo cuma numpang ngadem doang," komentar Novi seraya mulai mengobati Milas.

"Iya juga sih —"

Novi mulai menempelkan kapas yang berisikan cairan alkohol ke wajah Milas yang terlihat lebam ungu.

"Aw —" jerit Milas kesakitan. "Bisa pelan-pelan dikit ga Nov, sakit —" keluh Milas kala itu.

Novi lalu terdiam, dia terpikirkan akan sesuatu. "Tanyain atau jangan ya?" pikir Novi dalam lamunannya itu.

Kelas Fir'aunWhere stories live. Discover now