02-Murid Pilihan

100 50 56
                                    

"Putih tak selamanya baik, begitupula dengan hitam yang tak selamanya buruk - Ayam Cemani meski hitam ia layaknya sebuah obat yang mujarab, sementara Keputihan adalah salah satu penyakit yang dihindari oleh orang-orang."

Setengah jam berlalu, Novi terlihat baru saja menyelesaikan semua pekerjaan yang seharusnya diselesaikan oleh mereka bertiga, sendirian. Sementara kedua temannya itu malah sedang asyik bersantai duduk di bangku kantin sembari saling bergantian kipas-kipasan menggunakan potongan kardus bekas.

Yang sabar ya Novi... semangat!

Kali ini giliran Milas yang mengibaskan potongan kardus itu.

"Udah belon Gab?" tanya Milas tidak sabaran.

Angin terus berhembus kencang melewati sela pori-pori kulit Gaby yang saat itu cukup berkeringat.

Semua rasa lelah yang Gaby rasakan seakan hilang seketika saat terkena hembusan angin yang melalui kulitnya itu.

Gaby memejamkan matanya, ia juga sedikit membuka mulutnya agar bisa lebih merasakan hembusan angin dari kibasan kardus bekas itu.

"Bentar Mil — Ah... enak banget sumpah — bentar ya, nanggung masih gerah nih!" Ucap Gaby yang sedang mengibas-ngibaskan kerah crewneck yang sedang ia kenakan itu.

Tidak lama kemudian Novi yang baru saja selesai mengerjakan tugasnya datang menghampiri Milas dan Gaby yang sedang asyik bersantai, sembari membawakan mereka minuman.

Novi lalu duduk persis di hadapan Gaby. "Nih," Ia memberikan minuman yang baru saja ia beli, kepada kedua temannya itu. Novi memandangi mereka seraya tersenyum jahil.

"Berantemnya udahan?" tanya Novi jahil.

Novi memang sering sekali bercanda seperti itu ketika Milas dan Gaby selesai berdebat.

Menurutnya apa yang terjadi dengan kedua temannya itu memang agak sedikit aneh. Dengan begitu mudahnya mereka berantem, namun dengan ajaib, beberapa detik kemudian mereka bisa sangat akrab kembali seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Sama persis seperti saat ini.

Sejujurnya Novi benar-benar heran dengan kedua temannya itu. Bisa-bisanya mood mereka berubah secepat itu, terkadang Novi merasa kalau kedua temannya itu seperti anak-anak, yang mood-nya bisa berubah dengan sangat cepat.

"Makasih Nov." Milas dan Gaby secara bersamaan berterimakasih kepada Novi dengan begitu bersemangat.

Milas meminum air pemberian Novi, ia kemudian menyempatkan diri untuk mengelap keringatnya itu.

"Yok kerja lagi!" seru Milas dengan semangat.

"Gak usah," ucap Novi gusar. "Pas kalian sibuk berdebat, semua udah gua kelarin!" keluh Novi sedikit kesal.

Seketika Gaby dengan penuh senyuman kebahagiaan memeluk erat Novi.

"Aah... Novi baik banget sih! Suka deh —" Gaby terlihat mencoba mengabil hati Novi, agar dia tidak marah.

"Duh, Standar banget sih Gab!" keluh Novi membatin.

Novi sendiri justru malah berusaha untuk melepaskan pelukan itu. Novi pastinya tau, kalau itu pasti hanya akal-akalan temannya saja.

Novi memandang Gaby risih. "Udah Gab, gak usah sok baik, gua ikhlas kok."

Gaby tersenyum simpul, ia merasa tersentuh dengan perkataan temannya itu.

"Lagi pula kalo nungguin kalian, bisa sampe kapan gua di sini." Novi menambahkan dengan tegas.

Hal itu tentunya membuat Gaby sadar jika sebetulnya Novi melakukan semua itu juga untuk dirinya sendiri.

Kelas Fir'aunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang