[10] Awal dari kesalah pahaman

272 132 656
                                    

Disclaimer
Cerita ini murni dari hasil pemikiran author. Apabila ada kesamaan nama/tokoh, tandanya kita sehati.

Dilarang plagiat.
Terbuka untuk krisar atau penandaan typo.

"Cari amal atau cari racun buat hancurin hati sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Cari amal atau cari racun buat hancurin hati sendiri."— Razka.

...


Nando mengusap dagunya sembari menatap poster berisi foto 3 kandidat calon ketua OSIS dan wakil ketua OSIS baru. "Berat, sungguh pilihan berat," ucapnya.

"Aku sih sudah pasti pilih Prian. Soalnya satu club sama dia," ucap Bima.

"Amatasya sih sudah dipastikan tidak mungkin jadi ketua OSIS. Meski lumayan pintar tapi kepopulerannya kalah dari kandidat pertama dan kandidat kedua," jelas Marsello.

"Prian naik, fix sih dia bakal robohin prinsip Rega yang akan jadi siswa golput sampai lulus." Marsello mengangguk menyetujui perkataan Nando.

"Tapi... Sel, kamu kenapa nggak jadi pasangannya Prian aja, kalau gini bisa-bisa Aulia bingung mau milih yang mana," ucap Nando dengan nada menggoda, membuat Aulia memukul pelan lengan pria itu.

"Mana aku tahu kalau dia mau naik. Aku sih ngikut kemauan anak IPS aja," jelas Marsello.

Jujur saja, Marsello sebenarnya lebih penasaran, kenapa sosok seperti Prian yang katanya malas berorganisasi bisa mendapat ide untuk mencalonkan diri menjadi kandidat ketua OSIS. Terlebih lagi, dia adalah salah satu anggota kelas hutan yang terkenal penghuninya sangat anti OSIS—kecuali Rega.

"Re, beneran nih dengan cara ini aku bisa dapatin kak Enjel," bisik Prian.

"Nggak yakin sih, tapi karena Hafiz mencalonkan diri menjadi ketua OSIS, untuk mencegah dirinya yang mendapatkan kak Enjel, kamu ikut naik aja. Kalaupun gagal, setidaknya kak Enjel tahu kalau kamu sebenarnya lumayan keren dalam berdebat." Prian mengangguk paham mendengar penjelasan Rega.

Lagi pula, cukup mengejutkan Hafiz mencalonkan diri jadi ketua OSIS. Ternyata dia anak yang berambisi juga, batin Rega.


...


"Eh, nggak nangis lagi, Dek?" tanya Rega kala sampai di rumah dan melihat sang adik sedang makan cemilan di ruang tamu.

"Mayat itu bukan Azriel."

"Syukurlah. Terus gimana? Azriel udah ada kabar?"

Razka menggeleng sebagai jawaban. Wajah adiknya memang masih menunjukkan kesenduan, namun ada perasaan lega kala ia mengetahui mayat remaja yang sempat viral itu bukanlah sahabat sang adik.

Satu Semester Untuk Hatimu [On Going]Where stories live. Discover now