[12] Terlalu Baik

263 127 716
                                    

Disclaimer
Cerita ini murni dari hasil pemikiran author. Apabila ada kesamaan nama/tokoh, tandanya kita sehati.

Dilarang plagiat.
Terbuka untuk krisar atau penandaan typo.

"Kamu tahu, kamu itu seperti lagu dewa-19, separuh napasku

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

"Kamu tahu, kamu itu seperti lagu dewa-19, separuh napasku."-Marsello.

...


"Owalah, gitu."

Prina mengangguk kala pemuda disampingnya- Danil, merespon penjelasannya mengenai Prian yang mencalonkan diri sebagai ketua OSIS.

"Kalian pasti sudah bentuk tim sukses buat Hafiz ya?"

"Nggak sih. Kamu 'kan tahu, geng kita tidak sepopuler geng kalian. Nggak yakin bisa ngumpulin tim sukses, jadi murni berserah diri pada yang maha kuasa aja," jawab Danil sembari menepuk kedua tangannya, tanda ia selesai dengan buku-buku yang sudah tersusun rapi di rak.

Sebuah keberuntungan bagi Danil karena guru jaga perpustakaan meminta dirinya dan Prina mengatur buku-buku yang baru saja selesai dikembalikan. Terakhir kali mereka berkomunikasi saat Prina putus- 5 hari yang lalu, siapa sangka hal itu meninggalkan kesan dalam diri Danil.

Hanya jalan-jalan biasa, tapi bisa membuat pemuda itu merindukan gadis yang tampaknya hanya menganggapnya teman biasa. Apa yang kamu harapkan Danil? Gadis itu tiba-tiba menyukaimu padahal dia baru putus? Jangan menjadi gila di usia muda.

Baru saja Danil sadar diri. Semesta malah semakin membuat dirinya merasa kecil. Bagaimana tidak? Di depan mereka sekarang, berdiri sosok Kafila yang hendak mengembalikan buku. Tatapan pria itu tampak mengintimidasi. Dari dekat, Danil mengakui wajah pria itu sangat tampan. Tidak heran dirinya menjadi model sekaligus menjadi sosok yang pernah mengisi hati Prina. Dibandingkan Danil, tentu saja pria itu berada di tingkat yang lebih tinggi. Aku jadi iri, tapi nggak jadi iri. Soalnya teman-temanku nggak kalah ganteng, pikir Danil mencoba menghibur diri.

Pelan-pelan, Danil menoleh ke belakang, melihat respon Prina yang tampak tak nyaman dengan kehadiran Kafila. Kepalanya yang tertunduk membuat Danil yakin, dirinya pasti tidak ingin bertemu dengan Kafila.

Mengabaikan aura mencekam yang ia rasakan, Danil mencoba untuk pura-pura tak tahu apa yang terjadi di antara keduanya. "Eh, Kaf, habis baca buku ya?" tanyanya mencoba berbasa-basi.

"Menurutmu?"

Kala sepotong kata dingin itu keluar dari bibirnya, Kafila langsung meninggalkan bilik begitu saja, tanpa menoleh pada Danil maupun Prina. Sungguh kesombongan. Tidak heran teman-temannya sekarang meninggalkan dia, batin Danil.

"Kantin yuk, capek juga ngatur buku. Nggak heran guru jaga sering marah-marah kalau ada siswa yang ninggalin buku gitu aja."

Ucapan Prina akhirnya mencairkan suasana yang sempat terasa dingin meski kehadiran Kafila sudah lenyap. Raut gadis itu pun sudah berubah menjadi sumringah. Tampak seolah kejadian tadi hanya Danil yang mengalaminya.

Satu Semester Untuk Hatimu [On Going]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin