[27] Rasa Penasaran Rega

91 40 215
                                    

Dilarang plagiat.
Plagiat, adalah tindakan kriminal. Dampak negatif, anda bisa viral, malu dan mendapatkan dosa.

Tetap berkarya, meski sepi.
Menerima krisar dan penandaan typo.

"Ternyata benar, buah jatuh dekat pohon, kalau jauh ya itu perasaan kamu padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ternyata benar, buah jatuh dekat pohon, kalau jauh ya itu perasaan kamu padaku."—Damian.

...


Hafiz tersenyum melihat laporan perencanaan festival sekolah yang tersusun apik. Kali ini ia puas dengan hasil rapat panitia festival sekolah. Terlebih lagi kabarnya, Prian lah yang memimpin rapat dari awal sampai akhir. Biasanya pria itu akan lari dari rapat, dan melempar sisa jam rapat kepada Prina, sekretaris panitia.

"Good job, Prian. Perkembangan yang baik."

"Dari seratus persen, dia naik berapa?" tanya Marsello.

"Satu persen." Gelak tawa terdengar dari Marsello, membuat Prian mendengus. Pria itu melihat gerak-gerik Hafiz yang sedang memberi cap di atas laporan mereka.

"Aku yakin kamu sudah belajar banyak dari kemarin 'kan? Dari sini aku sudah lepas tangan ya. Aku menunggu hasil persiapan kalian hari Sabtu nanti."

"Bukannya kamu harus mengawasi persiapan, apanya yang lepas tangan."

"Aku ini orang sibuk, jadi mohon bantuannya ya."

Bilangnya saja mohon, tapi lihatlah wajah angkuhnya itu. Sanubari Prian memberontak, meneriaki dirinya untuk segera membubuhi blush on berwarna ungu kebiruan di wajah tampan tersebut.

Kala Safar memasuki ruangan, Prian menyambar kasar laporan di atas meja. Ia tahu, pria itu pasti akan melakukan rapat lainnya yang entah dengan siapa. Jujur saja Prian sedikit penasaran, siapa yang setiap harinya selalu rapat dengan Hafiz ditengah jam istirahat. Bahkan saat Malik masih menjabat, Prian selalu melihat pria itu menikmati jam istirahatnya sekadar mengecek klub naungannya—klub voli—maupun makan bersama teman-temannya di kantin.

Ini bukan pertama kalinya Prian penasaran dengan hal itu. Puncaknya ketika persiapan tiket konser amal. Ketika senja nyaris bertukar tempat dengan gulita, Hafiz masih duduk di ruang OSIS. Membaca macam-macam dokumen, serta mencatat hal-hal yang tak Prian ketahui. Safar si pria manis selalu setia memenuhi kebutuhannya.

Tampak aneh juga. Jika itu memang tugas OSIS, bukan kah seharusnya Marsello yang berdiri di sampingnya. Mengapa harus Safar? Kalaupun tugas sekolah, tidak mungkin, karena Hafiz dan Safar berada pada jurusan yang berbeda.

Meski Prian tahu Safar bekerja di bawah naungan keluarga Hafiz, tapi ia tidak tahu kalau pekerjaan Safar bukan hanya mengawasi Hafiz. Pria itu memiliki kesibukan yang hampir sama dengan Hafiz.

"Apa mungkin dia dan Safar punya pelajaran tambahan ya?"

Sebuah pemikiran yang Prian tetapkan sebagai jawaban dari rasa penasarannya. Namun tetap saja, sudut hati kecilnya tetap menginginkan jawaban pasti.

Satu Semester Untuk Hatimu [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang