[31] Bulan Yang Mulai Luluh

27 10 46
                                    

Dilarang plagiat.
Plagiat, adalah tindakan kriminal. Dampak negatif, anda bisa viral, malu dan mendapatkan dosa.

Tetap berkarya, meski sepi.
Menerima krisar dan penandaan typo.

Menerima krisar dan penandaan typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"I'm sure you'll get the moon right now."—Rega.

...


Malam semakin larut. Namun, tidak seperti biasanya, SMA Negeri 7 masih setia membagikan sinar keramaian di lingkungannya. Hiruk-pikuk masih terdengar, alunan musik menggema ke seluruh penjuru sekolah. Kali ini bukan berasal dari jurusan IPS melainkan dari radio sekolah.

Malam ini adalah malam penutupan acara, di mana para panitia menghabiskan waktu mereka bersama-sama sembari membakar api unggun. Mimbar kecil dipersiapkan untuk menyambut ketua OSIS maupun ketua panitia demi menyampaikan sepatah dua kata sebelum acara ditutup.

Sayangnya, sampai detik ini, mereka hanya melihat ketua panitia. Entah di mana sang ketua OSIS. Padahal sejak pagi mereka melihat betapa semangatnya ia mengunjungi setiap sub-klub dengan memamerkan pakaian Peterpan miliknya, tetapi sekarang ia malah menghilang.

"Aku lelah sekali, tapi di lain sisi aku sangat bersemangat," ucap Prian sembari membuka kemejanya. Membiarkan tubuhnya yang terbalut kaos oblong diterpa oleh angin malam.

Marsello, "Konsepnya nggak jelas seperti hubungan kamu."

"Ye, aku sudah resmi pacaran ya. Emangnya kamu sama Aulia. Eh, tapi... si Rega beneran lagi PDKT sama Hafiz kah?"

Marsello yang sibuk mengunyah cemilannya seketika menatap Prian dengan alis terangkat. "Kenapa? Cemburu?"

"Nggak lah! Gila banget aku cemburu saat udah punya pacar. Kan cuma nanya doang."

"Si Hafiz sudah pasti PDKT, tapi kalau Rega, hanya Tuhan yang tahu."

Entah mengapa ketika mendengar hal itu, Prian merasa tidak puas. Melihat betapa dekat keduanya akhir-akhir ini, membuat ada sedikit rasa kosong dalam diri Prian. Mungkin karena dulu Prian terlalu bergantung pada Rega. Entah curhat atau sekadar mencari solusi, ia selalu melibatkan Rega, makanya sekarang jadi begini.

"Tapi si Hafiz nggak berbahaya 'kan?" tanya Prian lagi.

"Kamu kira Hafiz hewan buas?"

Prian memajukan bibirnya, tampak merajuk. Merasa tidak ada lagi yang bisa keduanya perbincangkan, Prian memilih untuk membantu Nando dan Bima menyiapkan api unggun.

Marsello tersenyum melihatnya. Akhirnya temannya yang selalu apa-apa dituruti, apa-apa dilayani ini, bisa bertanggung jawab atas tugasnya. Tidak sia-sia ia meminta Bu Tati memercayakan Hafiz menangani masalah Prian waktu itu.

Satu Semester Untuk Hatimu [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang