[14] Pemilik Suara Terakhir

247 132 737
                                    

Disclaimer
Cerita ini murni dari hasil pemikiran author. Apabila ada kesamaan nama/tokoh, tandanya kita sehati.

Dilarang plagiat.
Terbuka untuk krisar atau penandaan typo.

Terbuka untuk krisar atau penandaan typo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Emang benar ya kata orang tua. Jangan terlalu benci, nanti malah berjodoh."—Prina.

...


"Selamat datang kami ucapkan untuk ketua dan wakil ketua OSIS baru, semoga hari kalian menyenangkan ya."

Senyum penuh keterpaksaan Hafiz tampilkan ketika Malik menyambutnya diruang OSIS sembari tangannya terbuka lebar mempersembahkan kursi ketua OSIS yang kosong. Jangan lupakan tumpukan dokumen yang tersusun rapi di atas meja sang ketua.

Kertas suara terakhir, pemilihan calon ketua dan wakil ketua OSIS SMA Negeri 7 tahun 2022. Kandidat terpilih, Hafiz Cheetjiwansa dan Marsello Abay.

"Sel, kok aku tiba-tiba menyesal ya?"

"Aku nggak tahu. Salahkan alasan tak masuk akalmu itu."


...


Rega menatap kedua temannya yang tersenyum aneh ke arahnya. Entah apa yang merasuki kedua temannya itu sampai senyum-senyum tak jelas.

"Kalian kenapa?"

"Cie-cie." Aulia menggelitik dagu Rega yang seketika ditepis oleh gadis bermanik hazel.

"Apa sih?"

Aulia, "Cie, yang kemarin katanya mau jadi pacarnya ketua OSIS. Jadi ini alasan dari jawaban tersebut? Soalnya yang jadi ketua OSIS-nya si Hapis."

Prina, "Bukan pacar ketua OSIS, tapi calon pacarnya ketua OSIS. Emang benar ya kata orang tua. Jangan terlalu benci, nanti malah berjodoh."

Sorakan keduanya kembali memasuki rungu Rega. Jadi ini alasan keduanya senyum-senyum tak jelas. Padahal waktu itu Rega hanya bercanda, bagaimana bisa kedua temannya menganggap serius hal ini.

Lagi pula Rega pun tidak tahu kalau Hafiz akan mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat. Alis Rega tiba-tiba saja mengkerut, Hafiz tidak mungkin menjadi ketua OSIS karena hal itu 'kan?Pembicaraan saat itu tidak mungkin dianggap serius olehnya, 'kan? Itu pun kalau ia mendengarnya.

Rega bergidik ngeri, ia menggelengkan kepalanya. Memastikan bahwa pemikirannya sangatlah tidak mungkin. Ini Hafiz, bukan Prian yang sengaja mencalonkan diri demi menarik atensi pujaan hatinya.

"Prina! Kakak kamu berantem di lapangan bola woi!" Teriakan Nando seketika membuat Prina dan para penghuni kantin berlarian ke arah lapangan bola. Siapa yang tidak penasaran, ini adalah kali pertama mereka mendengar Prian berkelahi.

Satu Semester Untuk Hatimu [On Going]Where stories live. Discover now