[25] Persiapan Konser Amal, Hafiz dan kekhawatirannya

53 25 103
                                    

Dilarang plagiat.
Plagiat, adalah tindakan kriminal. Dampak negatif, anda bisa viral, malu dan mendapatkan dosa.

Tetap berkarya, meski sepi.
Menerima krisar dan penandaan typo.

"Attitude adalah nomor satu di mana pun kau berpijak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Attitude adalah nomor satu di mana pun kau berpijak. Attitude yang baik adalah kunci kau mendapatkan ilmu dan pengalaman luar biasa."—Hafiz.

...

"Kamu terlambat begini, gimana mau jadi obat, Fiz? Keburu komplikasi."

"Maaf tadi isi bensin dulu, 'kan nggak enak kalau tiba-tiba mogok pas lagi jauh-jauhnya dari pom bensin."

Rega mencoba menjauhkan dirinya ketika merasa emosinya sudah terkendali, namun Hafiz dengan cepat menahan pinggangnya. Pria itu melebarkan kakinya, duduk memerangkap Rega di antara kakinya. "Sekali lagi maaf ya," ucap Hafiz sembari menghapus jejak air mata di wajah Rega.

Rega menyipitkan maniknya. "Kamu kok bisa datang? Bukannya kamu bilang nggak bisa datang? Tugasmu banyak 'kan?"

Hafiz tersenyum lebar, menampilkan eye-smile miliknya. "Aku bilang nggak bisa janji ya, bukan nggak bisa datang. Lagipula bukan Hafiz namanya kalau tidak menyelesaikan tugasnya dengan cepat. Kebetulan instingku juga mengatakan bahwa kamu membutuhkan diriku."

"Oh ya?"

"Kenapa? Aku benar 'kan?"

Rega tidak menjawab. Dirinya mendorong Hafiz, kemudian berdiri. Pemuda itu masih tetap duduk, bertopang menggunakan kedua tangannya. Bisa Rega lihat Hafiz dengan pakaian kasualnya. Kaus putih dipadu kemeja putih, dan jeans selutut. Tampan. Satu kata yang lewat dalam pikiran Rega.

Hafiz menarik tangan Rega secara tiba-tiba, membuat gadis itu terkejut, beruntung tubuhnya tidak terjatuh menimpa Hafiz. Pria itu berdiri dan membersihkan celananya.

"Sudah nangisnya? Masih mau nangis lagi nggak?" tanya Hafiz sembari melebarkan tangannya, seolah siap untuk memeluk Rega.

"Nggak, makasih," jawab Rega sembari mendorong pelan bahu Hafiz.

"Ah, sayang sekali. Padahal masih mau dipeluk."

"Ye, modusmu."

Hafiz tertawa mendengar kalimat Rega. Lengannya dengan cepat merangkul bahu sang gadis. "Ayo ke stadion. Teman-temanmu pasti khawatir dengan mu. Aku juga lagi buru-buru untuk ketemu Prian nih."

Rega tidak tahu ini hanya firasatnya saja, atau Hafiz sedang merencanakan sesuatu dibalik senyum manisnya.

Benar saja!

Kala Hafiz berdiri di tengah lapangan, tepat di depan panggung. Semua kekurangan dalam persiapan disebutkan oleh Hafiz. Prian ditatar habis-habisan oleh Hafiz di depan anggota panitia, mantan anggota OSIS serta ketua OSIS SMA Cenderawasih beserta anggotanya.

Satu Semester Untuk Hatimu [On Going]Where stories live. Discover now