[13] Suara Terakhir Untuk Kandidat OSIS Baru

273 138 786
                                    

Disclaimer
Cerita ini murni dari hasil pemikiran author. Apabila ada kesamaan nama/tokoh, tandanya kita sehati.

Dilarang plagiat.
Terbuka untuk krisar atau penandaan typo.

"Zaman sekarang emang fokus utamanya di uang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Zaman sekarang emang fokus utamanya di uang."— Aulia.

...


Amatasya mengipasi dirinya. Ruangan auditorium yang ber-AC tidak mampu membuatnya merasakan sensasi sejuk. Bagaimana tidak, hari ini hampir seluruh siswa SMA Negeri 7 memasuki ruangan tersebut demi melihat debat kandidat OSIS.

Jujur saja, sebenarnya bukan hanya karena faktor ruangan yang membuatnya merasa panas, tetapi perdebatan antara dua pria kandidat ketua OSIS di kiri kanan mejanya juga menambah suasana menjadi lebih panas. Ia sebagai salah satu kandidat merasa seperti tak dianggap sejak debat dimulai.

"contohnya seperti apa?" tanya Prian ketika Hafiz mengatakan visi misinya kelak jika ia yang terpilih menjadi ketua OSIS. Beda dengan Hafiz yang berdiri dengan percaya diri, Arrian, Safar dan Danil sedang berdoa agar pria itu tidak menjawab 'dengan mendukung club seni agar lebih jaya', sungguh jikalau Hafiz menjawab seperti itu, Danil, Safar dan Arrian akan melempar suara mereka nantinya untuk Amatasya.

"Membebaskan semua club untuk berekspresi, tidak hanya itu, mereka yang dari luar club pun boleh berekspresi. Akan ku pastikan mading sekolah tidak pernah kosong, sehingga para siswa dapat melihat info-info terbaru disekitar kita. Yang paling penting, akan ku buat masa remaja kalian selama di sekolah ini akan sangat indah. Bersama Hafiz, sekolah menjadi riang gembira!"

Sorakan meriah datang dari sayap kiri ruang auditorium. Bisa di lihat dari cara berpakaian tak memenuhi syarat anak sekolah, mereka adalah kumpulan anak jurusan IPS.

"Masa remaja mu saja terlihat biasa-biasa saja. Teman-temanmu yang membuat satpam sekolah selalu berteriak di pagi hari karena mereka rajin terlambat 'kan? Bagaimana kamu bisa menjamin masa remaja kami akan sangat indah?"

Danil berdiri dan menunjuk ke arah Prian. "HEY! Satpam sekolah berteriak bukan karena kami terlambat, tapi karena kami loncat pagar agar bisa masuk!"

Pukulan tanpa belas kasih jatuh di kepala Danil. "Nggak usah diberi tahu, bodoh," desis Arrian. Ia berdoa agar kebucinan Hafiz tidak mempengaruhi debat mereka, tapi di sini temannya malah membongkar aib mereka.

"Aw, habisnya dia menyampaikan informasi yang salah." Tidak mempedulikan protes Danil, Arrian menarik temannya agar kembali duduk. Ia bertanya-tanya dari sekian banyak manusia, kenapa ia harus mendapatkan teman seperti Danil. Tidak heran selama ini Danil ditolak oleh para gadis.

"Kemudian, contoh dari visi misi kamu apa, Amatasya?" tanya MC.

Amatasya berdiri dan mengambil mic. "Sekolah kita begitu luas, tapi kadang para siswa tidak mendapatkan tempat yang tepat untuk belajar selain di perpustakaan. Guru juga sering kali mengajak kami belajar di alam terbuka untuk menciptakan suasana baru yang lebih segar. Oleh karena itu, aku ingin sekali membuat beberapa gazebo agar kita bisa nyaman saat belajar di alam terbuka."

Satu Semester Untuk Hatimu [On Going]Where stories live. Discover now