Prolog # Dihantui Mimpi

1.7K 184 32
                                    

Ingat, cerita saya ini hanya ada di Wattpad dan nggak ada di aplikasi lain!

Pagi teman2 semua...

Yap... series ke-2 dari 'Lolita series' akhirnya saya publish untuk menggantikan cerita 'Milikku'. Yang nyempatin baca deskripsinya, pasti tau dong ini ceritanya siapa?

Sama seperti series pertamanya, di cerita ini part khususnya juga hanya akan dipublish sehari semalam saja. Yang belum ngefollow akun saya, baiknya langsung di follow biar nggak ketinggalan. Dan bagi yang sudah ngefollow aku saya ini, saya ucapkan banyak2 terima kasih.

Harapan saya untuk cerita kali ini hanyalah agar kalian juga mau memberikan dukungan, sama seperti cerita di series pertama.

Udah deh, segitu aja sedikit cuap-cuap dari saya. Selamat membaca dan semoga kalian bisa menikmati alur cerita di series ke-2'nya ini serta jangan lupa untuk memberikan vote dan komennya yang banyak, biar saya semakin semangat lagi nulisnya.

🌻🌻🌻

Remaja laki-laki berusia 14 tahun itu melangkah takut-takut. Sambil membenarkan letak kaca mata yang dikenakan, remaja itu memberanikan diri melangkah di lorong gelap yang mengarah ke kamar ibunya.

Suara rintik hujan deras di luar sana membuat remaja itu sesekali menoleh ke luar jendela. Dahan pepohonan yang menepuk-nepuk jendela kaca karena dorongan angin membuatnya semakin merasa ketakutan. Akan tetapi, karena khawatir dengan kondisi ibunya yang sejak sore tadi tidak keluar kamar, remaja itu memutuskan untuk naik ke lantai dua, dimana kamar orang tuanya berada.

Tubuh remaja itu tampak bergetar. Tiba-tiba saja jantungnya berdegup. Dan di waktu yang hampir menunjukkan tengah malam seperti ini, suara detakkan jantungan bahkan bisa didengarnya dengan jelas.

Langkah remaja itu kemudian berhenti tepat di depan sebuah pintu. Keraguan sempat menyelimutinya kala merasakan suatu firasat yang tak mengenakan.

Akan tetapi, remaja itu memutuskan untuk bersikap berani. Sekali saja, remaja itu ingin menjadi seperti temannya di sekolah, yang tak segan-segan memukuli siswa lain yang menyakitinya.

Dengan keberanian yang hanya setipis kertas, remaja itu akhirnya mengulurkan tangan untuk memegang gagar pintu kamar ibunya.

Kemudian, setelah menghela napas panjang beberapa kali, remaja itu langsung membuka pintu kamar ibunya seraya berharap agar pintu tersebut tidak terkunci.

Harapannya memang terwujud. Namun, pemandangan yang terpampang di depan matanya membuat remaja itu seketika jatuh terduduk. Sepasang matanya membuka lebar sementara bibirnya bergetar tanpa ada satu pun kata yang dapat diucapkan.

Wajah remaja itu yang pucat semakin bertambah pucat kala dengan tatapan tak fokus ia mencoba mengarahkan pandangan ke bibir sosok yang ada di hadapannya. Senyum di bibir sosok itu membuat tubuhnya semakin gemetaran serta rasa takut yang hebat mulai melandanya.

Akan tetapi, di sisa keberaniaannya yang tak seberapa serta diantara helaan napasnya yang terputus-putus, remaja itu menaikkan pandangan ke arah sepasang mata yang tertutup rapat tersebut.

Lalu, begitu sepasang kelopak mata itu tiba-tiba membuka, untuk pertama kalinya setelah cukup lama membisu, akhirnya remaja itu bersuara dengan meneriakkan...

"BUNDA... "

Pria yang sedang berbaring telentang di atas tempat tidur itu tersentak bangun. Napasnya memburu serta butiran keringat tampak membasahi kening dan juga tubuh bagian atasnya yang tak mengenakan apa-apa.

Lagi dan lagi mimpi yang sama terus menghantuinya. Bahkan setelah bertahun-tahun berlalu, mimpi yang merupakan bagian dari kenangan menyakitkan itu masih saja selalu berhasil mengusik ketenangan.

Pria itu sejenak terdiam. Setelah merasa berhasil menenangkan diri serta bisa mengatur napasnya, sepasang matanya yang tajam ia arah ke arah jam dinding yang tergantung di dinding tepat di hadapannya.

Dia pasti sudah tidur!

Bergegas pria itu bergerak untuk turun dari atas tempat tidur. Hanya dalam beberapa langkah lebar saja pria itu telah membuka pintu kamarnya dan kemudian melangkah menuju ke arah kamar yang jaraknya cukup jauh dari kamarnya.

Sejenak langkah pria itu sempat terhenti. Kala hanya tinggal satu langkah saja dari sebuah pintu yang berada di hadapannya, pria itu merasa ragu. Kenangan terburuknya berasal dari kamar tersebut. Tetapi, sosok yang selama lebih dari tiga tahun terakhir ini selalu dicarinya setelah ia mengalami mimpi buruk berada di dalam kamar itu.

Menyebalkan!

Keluhan tersebut sebenarnya pria itu tujukan kepada dirinya sendiri. Ia tak mengerti alasan mengapa hatinya baru bisa benar-benar tenang setelah menatap seraut wajah yang tampak begitu tenang saat mengarungi mimpi.

Pria itu menggeretakkan gigi. Tatapannya menajam kala perdebatan yang terjadi antara suara hatinya dengan akal sehatnya dimenangkan sang suara hati.

Namun begitu, meski marah kepada dirinya sendiri, anehnya pria itu membuka pintu yang ada di depannya dengan lembut. Seolah tidak ingin membangunkan siapapun yang berada di dalam ruangan tersebut, pria itu bahkan melangkah sepelan mungkin ke dalam kamar yang pintunya baru saja ia buka.

Sepasang mata pria itu yang tajam mengawasi kemudian langsung terarah ke satu sosok yang tampak begitu pulas di atas tempat tidur sana dan tak menyadari ada orang yang perlahan mendekatinya.

Kenangan buruk serta menyedihkan yang ditakutinya seketika lenyap kala pandangannya mengarah ke seraut wajah yang begitu cantik itu.

Begitu langkahnya terhenti tepat di samping tempat tidur, pria itu menekuk lutut serta meletakkan kedua tangan di pinggiran tempat tidur untuk kemudian meletakkan dagunya di sana. "Maaf... " pria itu berucap tanpa mengeluarkan suara.

Keheningan yang terasa malah membuat pria itu semakin tak mampu mengalihkan pandangan. "Sebelum tidur, kau pasti menangis, 'kan?" lagi pria itu hanya menggerakkan bibir dan tak mengeluarkan suara. Kedua kelopak mata sosok itu yang tampak membengkak membuat pria yang masih menopang dagu di pinggiran tempat tidur itu menghela napas. "Maaf... tapi, tolong jangan terlalu membenciku." ucapnya kemudian.

Setelahnya, setelah belasan menit yang terlewati dihabiskan pria itu untuk menatap sosok yang selalu menangis karenanya itu, pria itu pun berdiri.

Kedua bahunya tampak terkulai lemah saat pria itu perlahan melangkah keluar dari kamar peninggalan mendiang ibunya serta menutup kembali pintu kamar tersebut.

Dan tanpa pria itu menyadari, begitu pintu kamar itu telah kembali tertutup rapat, sepasang mata yang tadinya tertutup itu kembali membuka. Lalu, isakan tertahan terdengar dan sosok itu hanya bisa menenggelamkan wajah di batal demi meredam suara tangisnya.

🌼🌼🌼

🌼🌼🌼
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-09-06-2023

Selamanya [ON GOING]Where stories live. Discover now