24 # Selangkah Lebih Maju

322 83 27
                                    

100 vote
37+ komentar
                                                                           
🌸🌸🌸
                                                                           
Faiz menghela napas panjang tak kentara. Baru saja, melalui sambungan telpon, Faiz kembali mendapat ancaman dari Haidar Aziz karena Faiz dengan terpaksa mengatakan bahwa setelah acara akad nikah sahabatnya, ia tidak jadi mengajak Aiyana keluar makan dengan alasan karena harus menemani sahabatnya itu mengurus sesuatu yang penting.

Reaksi Haidar Aziz sudah tentu bisa diprediksi. Pria itu mengancam akan menggunakan haknya sebagai pamannya Aiyana untuk membawa Aiyana pergi darinya.

Maka dari itu, setelah dengan sabar berulang kali meminta maaf serta mengatakan jika besok di waktu yang sama Faiz akan membawa Aiyana ke tempat yang telah dijanjikan, barulah dengan kesal Haidar Aziz menyetujuinya. Sehibgga saat ini, pada saat Faiz sedang duduk di dalam mobil bersama Aiman menuju ke lokasi dimana mereka akan menjerat buruan yang sudah lama dicari, Faiz hanya bisa berulang kali menghela napas panjang dan sesekali memandangi ke luar jendela di sampingnya.

"Istrimu sudah kau beri tau kalau kita mungkin saja sedang menuju ke tempat yang berbahaya, Iz?"

Suara Aiman yang tiba-tiba bersuara tersebut langsung membuat Faiz mengalihkan pandangannya daru luar jendela ke arah Aiman yang duduk di sampingnya.

Di kursi penumpang bagian belakang ini, dimana mereka duduk bersisian, Faiz melihat sahabatnya itu tampak begitu tenang. Padahal, bila mengingat situasi saat ini, yang mana situasinya sedang mempertaruhkan nyawa dari ayah kandung sahabatnya itu, seharusnya bisa terlihat sedikit saja kegelisahan di ekspresi sahabatnya itu.

Namun entah karena memang Aiman selalu bisa bersikap tenang di segala situasi ataukah Aiman hanya begitu pintar menyembunyikan perasaannya, Faiz hanya bisa menyimpan rasa salut untuknya.

"Sewaktu mempercayakan Abyan dan beberapa orang lainnya untuk mengantarnya pulang, aku nggak mengatakan apapun padanya." jawab Faiz seraya menghempaskan punggungnya. Rasa lelah yang tiba-tiba menjeratnya membuatnya merasa ingin tidur agar bisa menenangkan pikirannya.

"Susah ya, kalau istrimu ternyata punya paman yang begitu berkuasa?"

Pertanyaan tersebut tak membutuhkan waktu yang lama bagi Faiz untuk menjawabnya. "Sangat susah. Lelaki itu sepertinya sangat senang untuk menekanku."

"Wajar saja kalau dia berlaku seperti itu. Setelah menunggu begitu lama agar bisa berkumpul lagi dengan keluarga kandungnya, yang mana hanya tersisa keponakannya saja, kau malah menawan keponakannya dan membuatnya sedikit kesulitan untuk menemukannya."

Ucapan Aiman yang memang sangat benar tersebut dijawab Faiz hanya dengan helaan napasnya yang terdengar berat. Seraya menatap lurus jauh ke depan, Faiz kembali memikirkan betapa dirinya merasa kesulitan berada di bawah tekanan pamannya Aiyana.

"Nggak kebayang kalau sampai pamannya Aiyana tau mengenai kau yang sudah menodai keponakannya sebelum menikahinya. Akan separah apa lukamu bila sampai dia mengetahuinya.

Faiz sontak meringis. Celetukan Aiman membuatnya bisa merasakan sensasi nyilu di tulang wajah dan juga bagian dadanya. Membayangkan hari dimana Haidar Aziz begitu kalap menghajarnya hanya karena Faiz menikahi keponakannya yang masih di umur, Faiz jadi bisa memperkirakan seperti apa kondisinya jika sampai Haidar Aziz mengetahui mengenai apa saja yang sudah Faiz lakukan kepada Aiyana.

Bukannya Faiz ingin mengelak dari hukuman yang harus diterimanya. Faiz sendiri malah merasa tidak keberatan jika Haidar Aziz kembali menghajarnya dengan beringas. Hanya saja, Faiz merasa jantungnya berdenyut tak mengenakan saat membayangkan Aiyana dibawa pergi darinya.

Selamanya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang