4 # Mulai Berubah

442 104 25
                                    

Di dalam kamar yang hanya diterangi sebuah lampu yang berada di atas meja kecil di sisi kiri, Gunanta duduk melamun.

Dalam seminggu terakhir, karena tidak banyak lagi kegiataan yang Gunanta lakukan, pria yang lima puluh tujuh tahun itu hanya melakukan kegiatan yang seperti saat ini dilakukannya. Duduk melamun sembari memikirkan keadaan rumah tangga yang terasa mulai berubah.

Tidak hanya dari segi ekonomi, dimana Gunanta hanya bisa mengeretakkan gigir dikarenakan segala pengeluarannya kini harus dipikirkan terlebih dahulu, Gunanta juga merasa bahwa perilaku Dhia Arini juga sedikit berbeda. Arini yang biasanya selalu bermanja-manja padanya, kini mulai terasa menjauh. Bahkan pada saat tidur, istrinya itu sering kali memunggunginya ketimbang memeluknya, seperti yang selama ini istrinya itu lakukan.

Tidak mungkin bukan, karena sekarang keadaan keuangan mereka sedikit bermasalah, istrinya itu jadi berubah sikapnya?

"Tidak mungkin." cepat Gunanta bersuara guna menyangkal apa yang ditanyakan suara hatinya. "Arini bukanlah wanita yang seperti itu." kekeuhnya demi menenangkan rasa tak mengenakan yang tiba-tiba muncul dalam hatinya.

Setahu Gunanta, selama pernikahannya dengan Arini, yang mana telah mereka jalani selama kurang lebih enam belas tahun, istrinya itu tidak pernah sekali pun melakukan sesuatu yang membuatnya berpikiran macam-macam.

Arini yang selalu bersikap manja serta suka merajuk tiap kali Gunanta terlambat pulang dari bekerja merupakan salah satu yang Gunanta sukai dari wanita yang telah membuatnya menyakiti istri pertama dan juga anaknya.

Bahkan demi menikahi Arini yang membuatnya bertekuk lutut sejak di awal pertemuan mereka di sebuah tempat hiburan malam itu, Gunanta yang menyadari resiko dari tindakan pengkhianatannya memilih tak ambil pusing.

Dikecam, dicaci maki, dan tak lupa bogem mentah dari ayah mertuanya di kala istrinya meninggal karena bunuh diri sudah bisa Gunanta prediksi. Dan pada saat ayah mertuanya membawa Faiz untuk tinggal bersamanya di luar negeri, Gunanta juga bisa bersikap masa bodoh.

Pada saat itu, yang terpenting bagi Gunanta hanyalah menjalani hidup dengan wanita yang akan menjalani hari-hari mereka bersama.

Karenanya, setelah memikirkan lagi bahwa pengorbanan yang Gunanta lakukan sudah sebesar itu demi bisa bersama wanita yang sangat dicintainya, malam ini Gunanta memutuskan untuk menunggu.

Tidak peduli jam berapa pun Arini baru akan tiba di rumah, Gunanta bertekad berbicara dari hati ke hati dengannya. Mencari tahu apakah ada dari tindakan atau sikapnya yang tidak disukai oleh istrinya.

Rupanya Gunanta tidak perlu menunggu terlalu. Hanya membutuhkan hitungan belas menit sejak dirinya duduk sambil menyandarkan punggung di kepala ranjang, dari arah luar secara perlahan pintu kamarnya dibuka. Lalu tak lama setelahnya tampak Arini yang berwajah lelah melangkah masuk ke dalam kamar mereka?"

"Belum tidur, mas?"

Gunanta menggeleng. "Aku senaja nggak tidur duluan karena ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu."

Jawaban yang diberikan suaminya itu membuat kedua alis Arini terangkat tinggi.

Meski tadi sempat merasa terkejut karena tidak menyangka jika suaminya masih terjaga, Arini bisa dengan mudah menyembunyikan keterkejutannya.

Memutuskan untuk tidak terburu-buru meladeni apapun yang hendak suaminya katakan, Arini melangkah perlahan menuju meja riasnya setelah terlebih dahulu meletakkan tasnya di ujung tempat tidur.

Begitu telah menyamankan dirinya dengan duduk di depan kaca meja riasnya, dari kaca yang terdapat bayangan suaminya di sana, Arini bertanya, "Memangnya apa yang mau mas bicarakan denganku?"

Selamanya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang