18 # Ingin Bahagia Yang Sama

322 89 39
                                    

100 vote
36+ komentar
                                                                          
🌸🌸🌸
                                                                          
Hari sudah mulai beranjak siang. Sambil menyandarkan punggungnya di dinding dekat pintu utama di salah satu rumahnya, Faiz kembali teringat pembicaraannya dengan Aiman kemarin siang.

Sekarang, setelah waktu bergulir dengan begitu cepat, Faiz hanya bisa menggeleng tak kentara atas firasat buruk akurat yang Aiman rasakan. Tidak pernah Faiz duga bahwa firasat buruk yang dirasakan Aiman ternyata membawa sahabatnya itu ke dalam satu kejadian dimana entah harus disyukuri ataukah harus disesali.

Sambil menunggu Aiman keluar dari dalam rumah, yang entah harus menunggu berapa lama, Faiz terpaksa harus menyabarkan diri mendengar ocehan Kaiven yang benar-benar menyebalkan.

"Menurut kalian, Aiman kuatnya berapa ronde?" tanya Kaiven dengan sinar mata jahil di kedua matanya.

Faiz segera mendengus dan mengalihkan pandangan usai mendengar pertanyaan Kaiven tersebut.

Sementara Andi, ekspresinya menunjukkan ketertarikan dan hanya membutuhkan jeda beberapa detik baginya sebelum akhirnya menjawab dengan nada tidak yakin, "Mungkin tiga ronde?"

Kepala Kaiven menggeleng pelan. Bagaikan seseorang yang sudah berpengalaman, Kaiven menatap bergantian kedua sahabatnya seolah kedua sahabatnya itu adalah anak-anak culun yang tidak berpengalaman.

Dalam hal yang menyangkut hubungan ranjang antar lawan jenis, Kaiven bisa dengan berbangga hati mengatakan bahwa diantara mereka berempat, ia adalah yang paling ahli. Meski pun setelah mengetahui cerita Andi yang ternyata tak seculun yang Kaiven kira, tetap saja jumlah mantan pacar yang dipacari sahabatnya itu tidak melebihi sebelah tangannya. Berbeda jauh dengan teman kencan Kaiven yang entah sudah berapa banyak.

Karena itu, bak guru yang sedang menjelaskan pelajaran kepada muridnya, Kaiven memaparkan, "Aiman itu, walaupun masih perjaka dan belum berpengalaman, tapi dari segi tenaga, bisa dibilang dia lebih kuat dari kita semua. Ditambah lagi perempuan kecilnya berada dalam pengaruh obat dengan dosis yang nggak main-main seperti itu. Jadi menurutku, kalau nggak lewat tengah malam, maka menjelang pagi barulah mereka bisa berhenti mengerang nikmat."

Sungguh, sebenarnya Faiz tidak ingin mendengar ocehan Kaiven yang terlihat antusias saat membicarakan hubungan ranjang Aiman yang sekarang entah sudah bangun ataukah belum.

Faiz yang masih setia menyandarkan punggungnya terus memandang jauh ke depan dan membiarkan saja kedua sahabatnya yang lain membicarakan mengenai Aiman dan kehidupan ranjangnya.

Tadi malam aku nggak bisa tidur!

Ya... Faiz memang tidak bisa tidur. Seusai membantu Aiman untuk menyelamatkan malaikat kecilnya, Faiz yang melihat adanya percikan darah di bagian depan kemeja serta lengannya meminta Alfa untuk mengantarkan dirinya ke rumah kakeknya.

Dengan alasan karena tidak ingin membuat Aiyana takut padanya, maka Faiz berniat membersihkan diri di rumah kakeknya dan beristirahat sejenak di sana.

Namun, Faiz yang merasa lelah tanpa diduga malah tertidur saat merebahkan dirinya di tempat tidur. Seperti yang biasanya terjadi, mimpi buruk itu kembali memenuhi ruang tidur Faiz dan seketika membuatnya terlonjak bangun dan setelahnya memilih untuk tetap terjaga sampai pagi menjelang.

"Oy... bapak pengusaha, kenapa dari tadi cuma diam aja? Lagi sariawan atau lagi menderita mala rindu karena tadi malam nggak ketemu dengan bidadari cantikmu?"

Ocehan Kaiven yang sekarang telah menjadikannya target itu membuat Faiz menipiskan bibir.

Kekehan Andi yang terdengar seakan sedang menikmati Kaiven yang sedang menjadikannya sebagai target godaan membuat Faiz merasa kesal dan mendengus sekeras-kerasnya. "Jangan terlalu usil mengorek kehidupan pribadi orang lain, Ven." ucap Faiz yang tak lagi bisa mengabaikan sahabatnya yang super usil itu.

Selamanya [ON GOING]Where stories live. Discover now