34 # Kebenaran di balik Kematian

622 90 20
                                    

Sore semuanya...

Cuma mau bilang makasih utk kalian yang masih mau nunggu kelanjutan cerita ini. Dan, saya juga mau ngasih tau kalau cerita pamannya Aiyana, sudah saya publish di Fizzo. Haidar Aziz 'Bukan Cinta Biasa' sudah dipublish tiga bab di Fizzo. Bagi kalian yg punya akun, tolong bantuin ramaikan cerita saya di sana. Caranya cari aja eria90, nah pasti nongol deh beberapa cerita saya yg masih on going di sana.

Rencananya, cerita Antara juga bakalan saya publish di sana, soalnya cerita emaknya sudah saya publish 6 bab di Fizzo.

Segitu aja sih sedikit pengumuman dari saya. Selamat membaca dan jangan lupa ninggalin jejaknya ya...
                                                                       
🌸🌸🌸
                                                                       
Sudah sejak lama Aris menyadari bahwa cepat atau lambat, hari ini pasti akan tiba. Hari dimana akhirnya Aris harus bertatap muka secara langsung dengan pria, yang kalau saja bisa, Aris tidak akan pernah mau terlibat masalah sekecil apapun dengannya.

Apa lagi, ketika Aris menoleh ke arah sofa sederhana, dimana ibu dan adiknya duduk saling merapat dengan tangan yang saling menggenggam serta wajah yang begitu pucat, sementara berdiri dua orang pria berpakian berwarna serba hitam yang ekspresinya sangat datar di belakang mereka, maka rasa takut yang menyelubungi Aris semakin bertambah pula.

Jika saja bisa, Aris ingin sekali melarikan diri. Namun, karena memikirkan ibu dan juga adiknya, Aris tidak mempunyai pilihan selain kembali dengan gerakan kaku menoleh ke arah pria yang duduk di sofa tunggal dan terdapat seorang pria pula yang berdiri dengan sikap tenang di sisi kanannya.

Seumur hidupnya, Aris berani bersumpah, baru kali inilah Aris merasakan aura mengintimidasi yang memancar begitu kuat dari tubuh seseorang. Bahkan meski orang tersebut hanya duduk dan tak melakukan gerakan apapun, Aris bisa merasakan tubuhnya bergetar serta jantungnya yang berdegup kencang.

Meski sudah memperkirakan dirinya bisa saja berada di situasi yang membuatnya tak mampu bergerak ini, pada kenyataannya Aris tetap tak bisa mengantisipasi kunjungan yang dilakukan secara mendadak tersebut.

"Jadi, kaulah orang yang bernama Aris itu?"

Aris terlonjak. Pertanyaan yang diucapkan dengan nada dingin serta disertai tatapan tajam yang dihunuskan padanya hampir saja membuat Aris bergerak mundur karena terkejut.

Untunglah, karena terus mengingatkan diri bahwa saat ini dirinya tak boleh tumbang atau pun lari seperti pengecut demi ibu dan adiknya, Aris memaksa dirinya untuk menatap pria yang benar-benar tempak begitu berkuasa di matanya itu. "Tuan Faiz Artanabil." ucap Aris dengan nada sopan sambil menahan getaran tubuhnya yang hampir tak tertahankan.

Sementara itu, Faiz sebenarnya tidak ingin dianggap sebagai orang yang suka menindas orang yang lebih lemah dengan menekan titik lemah orang tersebut. Hanya saja dalam hal ini, demi membuat pria yang diduga merupakan kaki tangan dari orang yang sedang ia cari, Faiz tak mempunyai pilihan lain selain menggunakan titik kelemahan dari pria bernama Aris itu.

Untung saja, pada saat dirinya bingung harus mencari petunjuk dari mana demi untuk menemukan orang yang dicari, tadi pagi Haidar Aziz menghubunginya dan memberikan sebuah nama yang katanya mungkin saja mengetahui dimana Randy berada.

Setelah diselidiki, yang mana hanya membutuhkan beberapa jam saja untuk menemukan alamat tempat kerja dan juga alamat rumahnya, maka pada waktu hampir menjelang pukul empat sore ini, Faiz telah berada di dalam sebuah ruang tamu sederhana dan bertatapan langsung dengan seorang yang diharapkan bisa memberikan informasi yang diinginkannya.

Selamanya [ON GOING]Where stories live. Discover now