33 # Tak Tahu Menyikapi

347 91 12
                                    

Sore teman2 semua...

Saya nggak tau apakah masih ada dari kalian yang nunggu kelanjutan cerita ini. Tapi, karena saya nggak mau cerita yg saya tulis menggantung begitu saja, makanya saya publish bab ini di sela-sela saya menulis cerita di Fizzo.

Oh iya, cerita 'Askana Sakhi' bakalan saya publish ulang lengkap di Fizzo (termasuk dua bab khusus). Juga cerita 'Raditya & Sas' rencananya bakalan saya publish di sana. Jadi, buat teman2 yg punya akun di Fizzo, jangan lupa follow eria90 dan bantuin meramaikan cerita saya di sana.

Segitu aja sedikit cuap2 dari saya. Selamat membaca dan semoga bab ini bisa menikmati kalian di waktu senggang.
                                                                     
🌸🌸🌸
                                                                     
Aiyana terdiam bagaikan patung. Sejak duduk menyandar di kepala ranjang dan kemudian mendengarkan keseluruhan cerita dari pria yang berstatus sebagai suaminya, Aiyana sama sekali tak bersuara.

Awalnya, setelah selesai membersihkan diri usai pulang dari kediaman teman barunya, Aiyana ingin langsung tidur agar tak menciptakan suasana canggung antara dirinya dengan pria yang juga duduk menyandar di kepala ranjang di sampingnya itu.

Tetapi, belum lagi Aiyana sempat merebahkan tubuhnya di tempat tidur, yang mana selama beberapa bulan terakhir tidurnya dalam posisi telentang agar pria itu bisa memegang salah satu jarinya, Aiyana sudah terlebih dahulu diminta untuk mendengarkan cerita yang katanya sangat penting dan juga menyangkut dirinya.

Begitu cerita tersebut telah Aiyana dengarkan sampai selesai, Aiyana tidak tahu bagaimana harus menyikapinya.

Sejujurnya, ketimbang dari rasa senang karena baru saja mengetahui jika dirinya masih mempunyai keluarga yang terikat pertalian darahnya, Aiyana malah merasa bingung dan tak tahu harus mengatakan apa.

Mengetahui jika pria yang saat bersamanya Aiyana bisa merasa aman dan juga terlindungi ternyata merupakan adik dari ayahnya, yang kekuasaannya tak kalah dari pria yang berada di sampingnya, Aiyana justru tak merasa bangga.

Dalam pikirannya, yang selama kurang lebih tiga tahun terakhir telah berada dalam posisi yang membuatnya hidup bagaikan terpenjara, Aiyana berpikir bahwa orang berkuasa bisa melakukan apa saja dengan kekuasaan yang mereka miliki. Termasuk memenjarakan seseorang yang dari segi kekuasaan dan juga kekuatan tak sebanding dengannya.

Apa gunanya harta bila dipergunakan dengan cara salah. Akan lebih baik hidup sederhana, namun dipenuhi dengan cinta setiap harinya.

Jika Aiyana masih terdiam dan tenggelam dalam lamunannya, maka Faiz sendiri saat ini bisa merasakan jantungnya yang berdegup sangat kencang.

Keputusannya untuk menceritakan kepada Aiyana mengenai siapa Haidar Aziz yang sebenarnya memang sudah bulat. Bahkan hal tersebut semakin diperkuat setelah Faiz menelpon Haidar Aziz pada saat Aiyana ke kamar mandi demi untuk meminta persetujuannya dan menceritakan alasan mengapa dirinya harus segera memberitahukan hal tersebut kepada Aiyana.

Tapi kini, setelah cerita tersebut selesai diceritakan, Faiz malah merasa sangat cemas karena melihat Aiyana yang masih belum juga mengatakan apa-apa.

Keterdiaman Aiyana membuat Faiz merasa takut. Bagaimana jika setelah mengetahui bahwa Haidar Aziz adalah pamannya, Aiyana berniat meninggalkannya dengan menggunakan kekuasaan pamannya yang pastinya tak jauh darinya.

Sungguh, pada saat seperti ini, Faiz benar-benar ingin mendengar satu kata saja dari bibir Aiyana. Entah apapun itu, asalkan bisa mendengar suaranya dan tak hanya disuguhi keterdiaman Aiyana yang sejak tadi hanya berdiam diri, Faiz pastinya bisa merasa sedikit senang.

Selamanya [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang