35 # Usaha Meluluhkan Hati

264 60 12
                                    

Sore semuanya...

Sesuai janji, hari ini saya update bab baru untuk cerita saya yang satu ini. Harapan saya nggak banyak, semoga masih ada yang menunggu kelanjutan dari cerita saya ini.

Sedikit pemberitahuan, ada sedikit adegan dewasa di bagian mendekati akhir. Nggak banyak sih, tapi buat yg belum cukup umur, sebaiknya di skip aja.

Segitu aja sedikit cuap2 dari saya. Selamat membaca dan semoga bab ini bisa menemani kalian di sore hari yg cukup panas ini.

                                                             
🌸🌸🌸

                                                             
Sudah seharian ini Faiz disibukkan dengan rutinitasnya seperti biasa. Bekerja dan menangani beberapa masalah yang timbul akibat kelalaian yang disebabkan oleh bawahannya membuat merasa pusing dan tak ayal menumpahkan amarah kepada siapapun yang dianggapnya bersalah.

Hingga terkadang, demi mengurangi rasa amarah yang memenuhi dadanya itu, tak ayal Faiz juga melampiaskannya dengan terus memerintahkan Abyan untuk mempercepat pekerjaan. Niat Faiz, sudah tentu jika pekerjaan dan masalah bisa segera diatasi, maka ia bisa pulang lebih awal agar ia bisa menghabiskan lebih banyak waktunya dengan sesosok bidadari yang entah bagaimana caranya agar ia bisa benar-benar mendapatkan maafnya.

Sumpah mati, Faiz sekarang merasa tak tahu harus melakukan apa. Meski Aiyana tak pernah sekalipun mengatakan benci ataupun marah terhadapnya atas segala perbuatan jahat yang pernah Faiz lakukan padanya, tetap saja Faiz tak sedikitpun merasa tenang.

Sikap wanitanya itu yang masih menjaga jarak dan berbicara hanya seperlunya saja dengannya membuat Faiz seringkali merasa tak nyaman.

Rasa tak nyaman tersebut semakin diperparah dengan usia Aiyana, yang mana karena usia tersebut, Faiz belum bisa melegalkan pernikahan mereka secara hukum. Karena itu pula, kekhawatiran Faiz bila suatu hari nanti dirinya akan kehilangan Aiyana semakin meningkat. Hingga membuatnya kesulitan tidur dan kehilangan nafsu makan.

Namun, begitu pada akhirnya tepat pukul enam sore mobil yang dikendarai oleh Alfarizqi sudah terparkir mulus di garasi rumahnya, helaan napas yang Faiz ambil terdengar begitu lega. Sampai-sampai membuat sang tangan kanan mengulas senyum tipis dan dengan cepat keluar untuk membukakan pintu untuknya.

"Pastikan keamanan di seluruh kediamanku tidak bisa tertembus, Al. Jangan sampai kita kecolongan dan membuat lelaki itu bisa menjangkaukan tangannya ke dalam sini."

"Akan saya laksanakan, pak." jawab Alfarizqi disertai dengan tundukkan kepala patuh.

"Bagus." Faiz berucap singkat seraya melangkah masuk ke dalam rumah dimana mungkin saja sesosok bidadari yang tak pernah sekalipun tertawa lepas di hadapannya itu sedang menunggu dirinya.

Tetapi rupanya harapan Faiz tersebut tak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Ruang tamu yang kosong dan terasa dingin kala kakinya melangkah melewatinya membuat Faiz tersenyum kecut karena menginginkan sesuatu yang pastinya sulit untuk terwujud.

Tapi Faiz tak ingin berkecil hati. Kesalahannya yang begitu besar membuat kembali melangkah menuju ruang keluarga agar dirinya bisa segera sampai di kamar dan kemudian membersihkan diri.

Mungkin saja saat ini Aiyana sedang berada di kamar. Jadi Faiz bisa memuaskan dirinya untuk menatap wajahnya ataupun berbicara dengannya.

Lalu, langkah yang Faiz ambil seketika terhenti kala sepasang matanya terarah tepat ke sebuah sofa tinggal yang mengarah ke layar televisi yang menyala, dimana di atas duduk Aiyana dengan sebuah novel yang terbuka di atas pangkuannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Selamanya [ON GOING]Where stories live. Discover now