25 # Pertemuan Yang (tak) Terencana

365 79 23
                                    

Sore semuanya...

Cuma mau bilang, nggak apa2lah ya meski target di bab sebelumnya nggak ada yang terpenuhi. Dari pada bab ini di simpan terlalu lama, mending saya publish aja.

Dan untuk target bab selanjutnya, semoga targetnya terpenuhi ya.

100 vote
37+ komentar

Segitu aja sedikit cuap2 dari saya. Selamat membaca dan jangan lupa untuk selalu ninggalin jejaknya ya.

Catatan : bab ini belum sempat diperiksa lagi, soalnya baru dua hari terakhir kondisi kesehatan saya mulai membaik, jadinya mohon dimaklumi bila banyak typo dan juga kata2 yang salah.
                                                                         
🌸🌸🌸
                                                                         
Sejak tadi Aiyana memilih lebih banyak diam. Di awal keberangkatan mereka dari rumah hingga akhirnya mereka duduk dalam di dekat jendela yang berada di lantai dua ini, Aiyana sibuk memperhatikan ke arah luar.

Lalu lalang mobil serta kendaraan bermotor seakan menarik minatnya. Ditambah lagi dengan adanya beberapa pejalan kaki serta orang-orang yang berdagang di pinggir jalan, Aiyana merasa seakan melihat dunia baru yang selama ini belum pernah dilihatnya. Tak peduli dengan penilaian orang yang mungkin akan menganggapnya kampungan, Aiyana yang duduk tepat di dekat kaca jendela besar terus saja memperhatikan apa yang ada di luar sana dengan penuh minat.

Meski ini bukanlah pertama kalinya Aiyana berada di luar, antuasias yang tampak di wajah Aiyana malah lebih jelas terlihat bila dibandingkan dengan yang pertama.

Ekspresi Aiyana yang tak biasa tersebut, dimana Aiyana terlihat jauh lebih hidup, tentu saja membuat merasa senang melihatnya. Karena itu, tidak ingin mengganggu kesenangan Aiyana yang seakan tak bisa mengalihkan pandangan dari apa yang dilihatnya di luar sana, Faiz mulai memesan beberapa menu yang dianggapnya mengggah selera.

Tak lupa pula, karena mengetahui jika Aiyana suka dengan kue yang terkadang dibuat oleh bik Minah, maka Faiz juga memesan kue yang dianggapnya enak sebagai hidangan penutup mereka nanti.

Sejujurnya, Faiz bukanlah tipe orang yang suka dengan makanan manis ataupun kue-kue yang biasa dilihatnya dinikmati oleh Kaiven dan Andi. Tetapi, karena ingin merasakan seperti apa rasanya bila memakan hidangan yang dengan Aiyana, maka Faiz bersedia mencobanya.

Dan, seperti yang sudah direncanakan, tak lama setelah pelayan yang mencatat pesanan itu pergi, muncul satu sosok yang sejak tadi siang sudah mendesaknya agar tidak membatalkan lagi janji mereka.

"Wah... saya tidak menyangka jika kita akan bertemu di sini."

Faiz memutar matanya jengah karena suara Haidar Aziz begitu lembut saat menyapa seraya menoleh ke arah Aiyana. Herannya, jika Faiz merasa sapaan Haidar Aziz terdengar sedikit mengganggu, namun reaksi yang Aiyana tunjukkan malah berbeda.

Bisa dengan jelas Faiz melihat sepasang mata Aiyana yang berbinar saat menolehkan kepala ke arah pria yang berdiri di samping meja mereka. Hingga binar yang tampak di mata Aiyana tersebut membuat Faiz kesal dan ingin langsung mengusir Haidar Aziz, jika saja keadaan memungkinkan.

Namun, Faiz tentunya tak bisa melaksanakan keinginan hatinya itu. Selain karena akan membuat dirinya tampak semakin buruk di mata Aiyana, Faiz juga tak ingin membuat Haidar Aziz mempunyai alasan untuk membawa Aiyana pergi dari.

"Bolehkah saya ikut duduk satu meja dengan kalian?"

Pertanyaan tersebut memang diucapkan dengan nada lembut. Tapi, karena Faiz bisa merasakan adanya tekanan di dalam setiap kata yang diucapkan, maka Faiz langsung mempersilahkan. "Silahkan saja. Kebetulan kami juga baru memesan makanan."

Selamanya [ON GOING]Where stories live. Discover now