O1. TOGETHER, WE MET.

274 23 1
                                    

         Riasan tipis, kemeja putih dengan rok cokelat selutut, dan rambut yang terurai itu mampu membuat Jiyeon tampak sangat bersinar di pagi yang sangat cerah dan bahagia itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









         Riasan tipis, kemeja putih dengan rok cokelat selutut, dan rambut yang terurai itu mampu membuat Jiyeon tampak sangat bersinar di pagi yang sangat cerah dan bahagia itu.

Gadis itu merupakan salah satu dari pelamar yang sangat beruntung. Ia dipilih, dan di konfirmasi dari pihak perusahaan yang ia lamar lewat E-mail yang ia kirimkan beberapa hari yang lalu.

"Tidak sia-sia kau bergelar sarjana, Jiyeon-ah. Semangat, kau pasti bisa." Ucap Jiyeon menyemangati dirinya sendiri.

    Tak bisa di pungkiri, walaupun Jiyeon tampak biasa saja, dirinya sangat panik dan takut sekarang. Ia tak akan melewatkan ini, dia harus menampilkan yang terbaik untuk wawancara di pagi hari ini dengan baik dan lancar.

Dengan kata-kata yang sudah ia susun dan bayangkan, ia sangat berharap dengan kesempatan yang tuhan berikan padanya saat ini. Semoga keberuntungan berpihak kepada dirinya.

Menggunakan bus kota, gadis itu pergi menuju perusahaan yang berada kurang lebih 10 Km dari apartementnya. Untungnya, apartement Jiyeon sangat strategis, tidak di tengah kota, juga tidak di pinggiran juga, bahkan hanya berjalan tak jauh dari apartementnya, adalah halte bus yang sering ia gunakan.

Persaingan di dunia kerja adalah hal yang sangat familiar, namun adalah ketakutan dan ancaman bagi para pekerja. Namun untungnya, Jiyeon sudah sempat terlatih dengan pengalamannya dari perusahaan sebelumnya yang dimana ia harus kehilangan pekerjaannya karena sang perusahaan bangkrut.

Walaupun jabatannya tidak setinggi jabatan yang saat ini Jiyeon lamar dan incar, gadis itu percaya bahwa ia bisa melakukannya dengan baik.



      Keringat dingin, dan beberapa kali Jiyeon menelan ludahnya gugup disaat melihat pelamar lain keluar dari ruang wawancara dengan wajah yang sangat frustasi dan sedih. Bisa ia ketahui, padahal orang-orang yang datang hari itu, adalah orang-orang pilihan yang di seleksi online sebelumnya, termasuk dirinya.

Kebetulan saja sebenarnya, tapi Jiyeon bahagia.

"Jung Jiyeon."

Jiyeon langsung menoleh dan berdiri menghadap salah satu wanita yang berdiri di depan ruang wawancara.

"Silahkan masuk."

Jiyeon memejamkan matanya, ia mengatur nafasnya, lalu mengukir senyuman manisnya.












S A V E
M E









      "Seharusnya aku tak mengatakan itu." Ucap Jiyeon menatap Jiwoo dengan tatapan kosong.

"Kau sudah mengatakan hal yang sama 15 kali, Jiyeon-ah." Ucap Jiwoo sembari mengambil gelas yang ada di tangan Jiyeon.

"Aku ingin minum beer." Ucap Jiyeon langsung mendapatkan tatapan tajam dari Jiwoo.

SAVE ME [PARK SUNGHOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang