1O. AWAKE

138 17 1
                                    

        Jiyeon memeluk tubuhnya sendiri, mencoba menutupi tubuhnya menggunakan selimut yang di berikan oleh pihak medis yang di panggil ke apartement

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Jiyeon memeluk tubuhnya sendiri, mencoba menutupi tubuhnya menggunakan selimut yang di berikan oleh pihak medis yang di panggil ke apartement. Tubuhnya gemetar, dia bisa mendengar suara teriakan yang histeris, dan suara tembakan yang sangat nyaring di telinganya.

Pukul 11.23 PM tadi, disahkan sebagai waktu terjadinya sebuah pembunuhan di unit 606, dimana hanya bersebrangan koridor saja, dan di pisahkan oleh lift yang menjadi pembatas antara dua bagian koridor itu. Dan, yang membuat Jiyeon merasa sangat takut setengah mati, orang yang memencet bel itu adalah sang pelaku yang berlari karena mendengar suara sirine polisi dari bawah.

Dia berlari ke arah arus listrik, dan memotong aluran listrik sehingga listrik apartement mati total. Untungnya, Sunghoon keluar karena mendengar suara teriakan yang tak lain adalah teriakan Jiyeon yang takut akan kegelapan.

Jiyeon menoleh, menatap seorang wanita yang menggendong putranya menangis histeris di hadapan tubuh suaminya yang bersimbah darah.

Jiyeon menunduk, membiarkan air matanya terjatuh.

Kim Yohan, tetangga Jiyeon yang terkenal dengan senyum cerianya itu, meninggal dunia dengan luka di beberapa bagian. 8 luka tusukan di perut, dan sebuah goresan benda tajam di leher. Ditemukan uang berjumlah 1 juta won, dan emas 30 gram yang ada di tas sang pelaku.

     Jiyeon terdiam, ia mendongak menatap sebuah telapak tangan menutup matanya. Seseorang itu juga membalikkan tubuh Jiyeon, menyentuh kedua pundak Jiyeon agar gadis itu tidak melihat sekelilingnya sekarang.

Itu Sunghoon.

Tatapannya yang sangat dalam, membuat Jiyeon menunduk lagi. Sunghoon menatap sempurna tangan Jiyeon yang masih bergetar hebat.

"Selamat malam, Tuan, Nona. Kami dari pihak kepolisian, apakah kami bisa meminta sebuah pernyataan dari saudara sekalian?"

Jiyeon dan Sunghoon menoleh bersamaan. Jiyeon melirik Sunghoon, namun langsung menundukkan kepalanya lagi saat Sunghoon juga menatapnya.

"Maaf, pak. Kami tidak bisa-" Sunghoon menatap Jiyeon.

"...keadaan masih tidak stabil." Sunghoon sedikit membungkukkan badannya ke arah aparat kepolisian.

"Baik, Tuan. Tidak apa-apa. Kami bisa mencari pernyataan ke penghuni lainnya, atau jika memungkinkan, kami bisa ke pihak keluarganya."

Sunghoon mengangguk-angguk.

"Kalau begitu, terimakasih Tuan, Nona. Selamat malam."

Sunghoon dan Jiyeon membungkukkan badannya, mempersilahkan kedua polisi itu pergi.

"Mau mencari udara segar?"

Jiyeon menoleh, membiarkan pandangannya bersatu dengan Sunghoon yang berdiri di sampingnya.











S A V E
M E












Kini, Sunghoon dan Jiyeon berdiri di tepi sungai sembari masing-masing membawa segelas cokelat panas. Sunghoon menoleh saat mendengar isakan tangis dari gadis yang berdiri di sampingnya itu.

SAVE ME [PARK SUNGHOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang