36.Persiapan

37 4 0
                                    

Happy reading-!🌻

Rere masih diam dengan matanya yang terus mengeluarkan air mata.

"Jangan nangis, udah." lerai Lena.

"Makasih Re, makasih banyak udah mau cerita sama kita semua." lirih Nadya.

"Semua orang pasti punya masa lalu Re. Terlepas masa lalu itu hal yang menyenangkan ataupun menyedihkan, keduanya sama-sama memberikan kenangan bukan?" ucap Bunga dengan pelan.

"Masa lalu adalah masa dimana waktu yang tak bisa diulang. Semuanya hanya akan tersisa kenangan, baik itu manis maupun pahit." papar Citra.

"Kita tidur ya? Besok kita harus bangun pagi." ujar Lena sambil membereskan sisi kasur.

Mereka kembali berbaring dengan posisi yang sama. Mata mereka terpejam, menikmati angin yang berhembus langsung dari pintu balkon.

"Udah pada tidur ya?" tanya Rere lirih.

Tak ada satupun sahutan dari ketiganya. Mereka sudah terlelap dengan damai, kecuali Rere. Mata Rere terpejam, namun raganya tidak ikut untuk tidur.

"Terimakasih banyak yaallah, berikan Rere selalu kemudahan untuk terlepas dari bayang-bayang kejadian itu. Tepat kejadian dimana engkau merenggut nyawa seseorang yang bahkan Rere sendiri belum memberikan jawabannya. Terimakasih, bantu Rere dengan seiring berjalannya waktu dan keadaan." batinnya tersenyum lirih. Tak lama Iapun ikut terlelap bersama Nadya dan yang lain.

Sementara itu dikediaman Mahendra, tak ada sedikitpun suasana ramai, kerusuhan, ataupun obrolan. Putra dari seorang Aron Atmaja Mahendra, menolak untuk mengadakan acara siraman dikediamannya. Namun Ravin tidak menolak ketika sang Papa mengajaknya mengadakan pengajian kecil-kecilan, dengan satu syarat, Ravin tidak mau diadakan di kediamannya.

Aron, Anggita, dan Oma yang mendengarnya lantas hanya bisa menyetujuinya. Bagi Ravin acara pinggitan dan pengajian sudah cukup. Karna yang terpenting adalah momen pengucapan janji sucinya bersama Rere.

"Gimana? Udah siap buat lusa nanti?" tanya sang Papa yang sambil duduk disebelah putranya itu.

Ravin menganggukkan kepalanya dengan ragu.

"Maafin Papa ya Vin? Mungkin pikiran kamu mengatakan Papa ini adalah orang yang egois."

"Baru nyadar ya Pa? Kemana aja?" batin Ravin tersenyum kecut.

"Papa lakukan pernikahan kamu dengan Rere demi kebaikan kamu sendiri, dan mungkin ini juga salah satu permintaan dari Mendiang Mama mu. Mungkin ini terkesan kuno ataupun tak jelas. Tetapi Papa mohon, terimalah semuanya, cintai Rere seperti kamu mencintai Mamamu Vin, berikan gadis itu kasih sayang yang sama ketika kamu memberikan kasih sayang itu pada Mamamu. Jangan sampai kamu menyia-nyiakan yang seharusnya kamu genggam." ucap Aron yang begitu sungguh-sungguh sambil menatap Ravin.

"Bisa dibilang ini mungkin salah satu wasiat Mama?" tanya Ravin.

"Iya, Papa mohon, pelan-pelan menerima ini semua. Kamu sudah dewasa, kamu sudah harus mulai membentuk jalanmu Vin. Hidup tujuh tahun tanpa kasih sayang seorang Mama, membuat sifatmu berubah." lirih Aron.

"Terimakasih Pa, Ravin udah mulai nerima semuanya, mulai dari saat bertemu dengan Rere. Dimana tepat saat itu juga, Ravin dan Rere sudah diikat dalam sebuah hubungan, yang mengharuskan hubungan itu sakral, dalam ikatan pernikahan. Terimakasih Pa, Ravin pamit keatas." ujarnya dengan pandangan kosong.

RENDRA || After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang