43.Uang Suami Uang Istri

45 6 0
                                    

Happy Reading-!🌻

Kini keduanya sudah berada di kamar Ravin, mengingat semua sudah beres, Ravin meminta Bi Nami untuk pulang, karna meminta masak pun tidak mungkin, mengingat tidak ada lagi bahan dapur.


"Apartemen elit, isi dapur sulit." sindir Rere.

Ravin terkekeh. "Iya, nanti sore kita belanja deh kedepan."

"Woiya harus, yakali ga belanja."

"Sekarang mau ngapain Re?"

"Ngapain ya? Rere juga bosen."

Rere merebahkan tubuhnya disamping Ravin, punggungnya Ia sandarkan pada kepala ranjang.

"Tidur aja, udah sholat zuhur ini."

"Dih tidur, kek yang iye aje lo."

"Yakin nih gamau tidur?" tawar Ravin sambil menepuk-nepuk dadanya.

"Ya gimana ya, kayaknya kalau kamu yang minta ga bisa nolak deh Rere." ucapnya yang langsung masuk kedalam dekapan Ravin.

"Dasar bocil." gumam Ravin yang sambil mengelus kepala Rere.

"Kita masuk sekolah lusa ya?"

"Hm, hari rabu. Mau minta panjangin izin lagi?"

"Yang bener aja dih! Mending kita izin ada keperluan, ini izinnya acara keluarga, udah gitu nikahan."

Ravin tertawa, ditenggelamkannya kepala Rere pada ceruk lehernya.

"Gapapa, lembar absen aku terisi karna pernikahan kita."

"Dih bisa gitu."

"Bisa, Papa kan yang punya yayasan, tanahnya punya Oma. Kepseknya juga seketaris Papa dulu, Om Irawan."

Rere tertawa. "Jangan pamer dong! Kesannya jadi kaya mau adu aset."

"Ada yang mau aku bicarain serius, tapi ga sekarang. Tunggu waktu yang pas dulu."

Rere mendonggakkan kepalanya, otomatis usapan Ravin berhenti.

"Kenapa harus nunggu waktu yang tepat? Kenapa ga sekarang?" heran Rere.

"Karna mungkin belum saatnya kamu tau, sabar ya? Sebentar lagi kok."

Rere bangun, Ia bersandar pada kepala ranjang. Kini gantian, dirinyalah yang mengelus surai hitam Ravin. "Aku ga bisa maksa kalau kamu belum siap kasih tau, walaupun sekarang status aku istri kamu."

"Hm, terimakasih." gumam Ravin yang memeluk Rere dari samping.

"Kayaknya hal serius deh ini, ga mungkin cuman hal biasa. Nada bicaranya Ravin aja lembut tapi tajem ke telinga." batin Rere.

Ravin yang merasa usapannya terhenti, Ia menatap Rere dari bawah. "Jangan bengong, nanti di templok."

Rere tersentak, Ia menunduk menatap netra hitam yang juga sedang menatap netra coklatnya.

"Di templok? Ketempelan maksudnya."

"Hm, tadi kenapa berenti? Aku udah ngantuk."

"Gapapa, lagi pengen berenti aja." ucapnya yang kini mulai mengelus kembali surai hitam Ravin.

"Mikirin ucapan aku tadi ya? Maaf. Jangan dipikirin lagi ya."

Rere mengangguk. "Aku ngerti, mungkin kamu belum siap nyampein privasi itu ke aku."

"Tidur deh Re, biar enak meluknya."

"Ga ah! Nanti aku beneran tidur lagi."

"Kenapa? Masih jam satu ini." heran Ravin.

RENDRA || After MarriedWhere stories live. Discover now