Pesawat kertas

18 5 0
                                    


Pesawat Kertas.


Menjelang sore hari. Arjuna dan Senja tengah duduk beralaskan matras, berdua menikmati suasana sekitar. Tidak ingin pergi ke manapun seperti yang dilakukan oleh Elang, Aerlangga, Lingga dan Jona. Para pemuda itu pergi ke tempat lain dan akan kembali ketika sore nanti.

Arjuna sedang memotret beberapa objek di sekitarnya menggunakan kamera profesional dan mengabadikan momen berdua.

"Neng Senja, coba sini, lihat deh foto-foto kita berdua," seru Arjuna.

Senja mendekat ke sampingnya dan memandangi beberapa foto di kamera itu, slide demi slide digulirnya. Hingga pada slide berikut, tampak foto Sagara yang sedang berpose berdiri di tepi telaga yang luas, mengenakan outfit serba hitam.

"Eh, ada foto si Saga di sini," ujar Arjuna.

"Ini a' Saga sedang di mana, A'?" Senja menoleh pada Arjuna dan sesekali memperhatikan foto Saga di kamera.

"Ini dia sedang di situ Patenggang, beberapa tahun yang lalu sebelum kita nikah," ujar Arjuna.

Senja pun terdiam cukup lama. Pikirannya kini melalangbuana, memikirkan hal yang belum pernah ada sebelumnya.

"Ada apa?" Arjuna memperhatikannya.

Senja berdecak, tampak kesal hingga Arjuna mengernyit memandangnya.

"A' Juna ke sana pasti bareng pacar, ya?" tukasnya, sampai membuat Arjuna tercengang.

Senja kemudian berpaling dengan ketus.

"Loh, kok, jadi begini? A' Juna nggak bareng pacar, a' Juna ke tempat itu bareng sama si Saga. Kalau nggak percaya, nanti coba neng Senja tanyain aja sama orangnya langsung. Kok pikirannya jadi begitu?" Arjuna merasa heran.

Senja meliriknya sesaat dan kembali berpaling.

"Neng Senja kenapa, sih?" Arjuna mendekat dan menyentuh pundaknya dari belakang, tapi Senja hanya diam seribu bahasa. "Neng Senja, ada apa? Kok, jadi diem?"

Senja menoleh dan menatap suaminya dengan nanar. "Mantan pacar a' Juna pasti cantik-cantik, ya?"

Arjuna semakin dibuat heran, pasalnya pertanyaan itu belum pernah ia dengar sekalipun dari Senja.

"Kok, jadi bahas mantan pacar?" Arjuna bengong memandangnya.

"Cuma tanya." Senja berdecak dengan ketus.

"Ya ampun, istri Aa' ini kenapa, sih?" Arjuna pun merangkul pundaknya. "Asal neng Senja tahu aja, nih, ya. A' Juna belum pernah pacaran," tukasnya.

Senja memandangnya seketika, Arjuna mengangguk. "Memang sih, ada beberapa wanita yang mencoba mendekatiku. Tapi, aku tidak pernah membalas mereka. Sampai Aa' dikatain sombong," tutur Arjuna.

Senja tampak cemberut mendengarnya, Arjuna menangkup wajah istrinya yang bulat dan menggemaskan itu.

"Neng Senja, nggak percaya?"

Senja hanya bungkam menatapnya.

"A' Juna berkata jujur dan juga, sebenarnya a' Juna langsung jatuh hati setelah mendengar tentang neng Senja dari Jay. Rasanya, hati a' Juna bergetar walau hanya mendengar namamu saja. Serius, deh." Arjuna bersungguh-sungguh mengutarakan semua isi hatinya selama ini pada istrinya.

Senja menghela napas dan merasa begitu tenang mendengarnya.

"Aku juga belum pernah pacaran, cuma a' Juna seorang yang mampu membuat hatiku bergetar," ujarnya.

"A' Juna udah tahu, kok." Arjuna mengusap surai istrinya dan menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. "Untuk itu, a' Juna milih neng Senja buat dijadikan istri. A' Juna sayang banget sama kamu, neng Senja," tuturnya dengan lembut.

Senja mengulum senyuman dengan tatapan yang begitu hangat, sehangat sinar mentari siang itu. Untung saja cuacanya begitu sejuk, hingga sang surya tidak begitu menyengat di kulit.

"Tunggu sebentar, ya." Arjuna beranjak dari duduknya untuk pergi ke tenda dan mengambil kertas notebook. Kemudian kembali duduk di samping Senja, tiba-tiba diikuti juga oleh Sagara.

"Kalau neng Senja nggak percaya, boleh tanyain aja langsung tuh ke si Saga," tawar Arjuna.

Senja lantas menoleh pada Saga yang berada di belakangnya.

"Ada apa, nih? Kok, aku dibawa-bawa?" Saga merasa heran dan memandangi keduanya.

"Ini, Saga. Neng Senja barusan lihat foto kamu yang di Situ Patenggang, terus, neng Senja ngira kalau aku bareng cewek ke sana," ujar Arjuna.

"Oh, itu. Iya emang Arjuna bareng sama ceweknya, emangnya neng Senja nggak tahu, ya?" celetuk Saga.

Senja sontak tercengang memandangnya, begitupun dengan Arjuna.

"Lu, apaan sih, Saga?" Arjuna mengernyit.

Sagara menatap wajah Senja yang kian memerah, sepertinya wanita itu sedang menahan kesal dan ingin menangis. Sagara pun gagal menyembunyikan senyuman hingga tawanya pecah. "Haha ... aku cuma bercanda," ucapnya.

"Ih ... nggak lucu, deh!" Senja mengeluh seketika.

Arjuna pun tertawa dan merangkul tengkuk leher istrinya itu. "Neng Senja lucu sekali, deh. Cemburu, ya? Hmm?" Arjuna mencium hiidungnya secara perlahan, membuat Sagara berpaling sesaat dari hadapannya.

"Ekheum!" Saga berdeheum, meminta atensi pada Arjuna Senja.

Arjuna pun memandangnya. "Ada apa?"

"Aku mau bertanya sesuatu,"

"Mau bertanya apa?"

Saga menoleh pada Senja lalu menoleh pada Arjuna.

"Kalau misalkan diantara kalian nanti ada yang berkhianat, bagaimana?" cetusnya.

Pertanyaan Saga sontak membuat keduanya terpaku, Arjuna Senja pun saling menoleh dan tenggelam pada pikiran masing-masing.

"Ngapain lu, nanya begitu, Saga?" Arjuna memandang temannya itu.

"Aku cuma tanya aja loh, nggak ada maksud apa-apa," jawab Saga dengan tenangnya.

Arjuna menatap istrinya. "Udah, Neng, nggak usah dijawab!"

"Hmm, padahal sekedar bertanya doang," gumam Saga.

"Penting, ya?" tanya Senja dengan raut nanar, Saga lantas mengangguk.

Arjuna berdecak dan kembali meminta Senja untuk tidak menjawabnya.

"Cerai." tegas Senja.

Sampai Arjuna dan Saga memandang ke arahnya, Senja memperhatikan keduanya lalu mengangguk menatap suaminya.

"Kecuali perselingkuhan, masalah apapun dan seburuk apapun sikap a' Juna padaku. Aku akan tetap bertahan. Tetapi, aku tidak akan memberikan toleransi pada perselingkuhan," ujarnya.

Arjuna terpaku mendengar penuturan itu.

"Tapi, bukankah neng Senja sangat mencintai Arjuna?" tanya Saga, Arjuna Senja pun seketika memandangnya.

Senja menggeleng secara perlahan. "Dalam hidupku, aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Bahwa aku tidak akan pernah mau berbagi suami dengan wanita manapun di dunia ini. Walaupun aku mencintai pria tersebut yang menjadi suamiku." Senja lantas memandang Saga yang kini tertegun di hadapannya.

"Lalu, apakah a' Saga berniat ingin kembali pada salah satu wanita yang sudah mengkhianatimu selama ini?" Senja bertanya balik padanya.

Saga sedikit berpaling, sampai menghela napas secara perlahan. "Aku tidak akan kembali. Kecuali, wanita itu benar-benar setia," pungkasnya.

Senja mengukir senyuman dan menoleh memandangi wajah suaminya. "Makanya, aku nggak mau selingkuh. Aku ingin tetap setia pada suamiku. Lalu, bagaimana dengan a' Juna?" Senja menyentuh pipi tampannya, menatapnya, menunggu jawaban.

"A' Juna akan selalu setia pada neng Senja," ucap Arjuna.

Ia pun merangkul jemari istrinya dan mencium punggung tangannya. "Janji!" pungkasnya.

Senja sangat ingin memeluk suaminya, tetapi ia harus menahan diri lantaran ada Sagara di sisinya.

Arjuna menyiapkan pena dan menggoreskan beberapa harapannya di atas kertas, lalu merobek kertas itu secara teratur dan dijadikannya pesawat kertas.

"Aku sudah merangkai beberapa kata di dalamnya, tentang cinta kita dan janji yang akan selalu kita jaga selamanya. Janji kita akan terpatri, janji di langit senja." Arjuna memandangi langit yang menjelang sore hari. "Arjuna Senja akan abadi, selamanya," tuturnya.

Senja merasa terharu, ia pun menuliskan beberapa harapannya di atas kertas lalu merobek kertas itu dan menjadikannya pesawat kertas. Sama seperti yang dibuat Arjuna.

"Ayo, kita terbangkan bersama!" Arjuna meraih tangan Senja dan keduanya saling bergandengan tangan untuk menerbangkan pesawat kertas itu.

Arjuna menerbangkan pesawat kertasnya hingga menjauh beberapa langkah dari hadapannya sampai jatuh ke dedaunan di ujung tepian. Giliran Senja yang hendak menerbangkan pesawat kertasnya, tiba-tiba angin bertiup cukup kencang hingga Senja tidak jadi menerbangkan pesawat kertasnya. Ia pun mencoba berlindung pada bahu suaminya sampai angin itu berlalu.

"Ayo, giliran neng Senja," pinta Arjuna.

Senja menatapnya, kemudian memandang ke arah depan dengan berdiri penuh harapan. Ia mulai menerbangkan pesawat kertas itu, tapi sayang pesawat kertasnya tidak dapat terbang jauh. Senja mencoba beberapa kali, tapi pesawat itu lagi-lagi hanya jatuh ke tanah.

Arjuna tersenyum simpul dan mengusak rambut Senja dengan gemas. "Ayo, jangan menyerah," tukas Arjuna yang kemudian meninggalkan Senja dan pergi ke tenda untuk menyimpan kembali notebooknya.

Senja masih berusaha mencobanya, tapi ia tetap gagal. Sagara tersenyum melihatnya, ia mendekat dan mengambil pesawat kertas itu dari tangan Senja.

"Begini caranya." Sagara memberikan napas pada ujung pesawat kertas itu, kemudian menerbangkannya ke arah depan hingga pesawat itu mulai melayang seiring bersamaan angin yang kembali bertiup seolah mengiringi pesawat kertas itu. Sampai jauh melebihi pesawat kertas yang Arjuna terbangkan.

Sagara tersenyum sumringah, menoleh pada Senja yang kini bertepuk tangan.

"Wah ...." Senja merasa bahagia ketika memandangi pesawat kertasnya yang terbang jauh entah ke mana.

Keduanya saling tersenyum diselimuti perasaan yang bahagia.


Foto si Saga waktu di situ Patenggang.

Foto si Saga waktu di situ Patenggang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Arjuna Senja√Where stories live. Discover now