Arjuna Senja 29.

7 3 0
                                    



Arjuna Senja 29.

Setelah pulang dari rumah sakit. Abah Koswara segera membuat keputusan terkait hubungan Arjuna Senja. Beliau dengan tegas meminta keduanya agar bercerai. Keputusan itu pun disaksikan oleh beberapa staf desa dan pihak dari KUA. Tetapi mereka tak lantas menyetujuinya dan sebaliknya mereka meminta agar abah Koswara mempertimbangkan kembali keputusan itu.

Braak!

Abah menggebrak meja, meminta dengan tegas agar mereka segera melakukan tugasnya.

Mendengar hal itu, Senja semakin bersedih dan memilih menutup diri di kamar setiap hari. Tidak ingin berinteraksi dengan orang-orang sekitar ataupun sekadar mengobrol dengan keluarganya.

Rumor tentang rencana perceraian Arjuna Senja akhirnya meyebar dari mulut ke mulut. Para tetangga seperti wartawan, terus mempertanyakan status pernikahan Senja dan Arjuna. Mereka bergosip dan tak ingin ketinggalan berita kelanjutannya.

Sampai detik itu, pihak abah Koswara masih menunggu iktikad baik dari pihak Arjuna yang belum sedikit pun menampakan batang hidungnya. Sebagai orang tua, abah Koswara pernah beberapa kali ingin menemui keluarga Arjuna ke rumahnya langsung, tetapi hal itu selalu dicegah oleh pihak keluarga lainnya, terutama oleh Pramudya, lantaran mereka khawatir bahwa abah akan termakan emosi.

Hubungan keluarga abah Koswara dan Jaka Sumantri itu kini hanyalah tinggal nama. Pihak KUA kembali ke rumah abah Koswara untuk meminta tanda tangan Senja Prameswari atas gugatan cerainya terhadap Arjuna. Mereka juga menyatakan bahwa telah mengirimkan berkas gugatan cerai itu pada Arjuna melalui e-mail.

Senja berlinang air mata karena enggan untuk menanda tangani pernyataan itu, tetapi Abah telah mengeluarkan titahnya hingga Senja akhirnya menuruti keinginan ayahnya.

Abah Koswara melarang Senja untuk menghubungi Arjuna apapun alasannya, tekanan batin yang Senja alami membuatnya begitu terpuruk.

💔💔💔


Langit di Yogyakarta sedang cerah, secerah perasaan Langit Biru saat ini. Duduk di taman kampusnya, menengadahkan wajah sembari menikmati teriknya mentari. Menghirup udara segar di pagi hari dan tak henti mengagumi jagat hari ini, meski sempat gelisah memikirkan tentang mimpinya beberapa malam lalu tentang Senja yang selalu terlihat menangis.

Elang menghela napas sepanjang harapan pada Senja yang semoga selalu baik-baik saja, walaupun hampir satu bulan lamanya ia tidak chat-an dengan wanita pemilik rindunya itu.

Salah satu temannya kini duduk di samping, menanyakan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh Elang untuk mengisi liburan nanti. Elang terdiam, tidak terlalu memfokuskan diri untuk liburan. Jika teman-temannya yang lain sedang bersuka cita, pulang ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga, bahkan ada yang melakukan perjalanan hingga ke luar negeri untuk menghabiskan momen liburan. Tidak ada yang membuat Elang ingin pulang, karena rumah yang dituju tiada Senja untuknya bersua. Oleh sebab itu, ia lebih baik meminta orang tuanya agar mengunjunginya ke Yogya, untuk sekalian menghabiskan waktu liburan bersama menelusuri beberapa tempat wisata di daerah kota pelajar itu.

——

Elang sudah kembali ke kosnya, melupakan rasa lelah dan kembali berkonsentrasi pada alat musik yang sedang dipelajarinya. Ponselnya berdering menampilkan beberapa notifikasi. Ia termangu, raut wajahnya tampak berubah drastis, begitu sumringah ketika mengetahui hal yang membuatnya bahagia. Elang beranjak pergi membawa beberapa pakaian yang telah dimasukan ke dalam tas gendong, menuju ke stasiun kereta api setelah membaca chat dari Jay Pramudya bahwa Senja sedang berada di kampung.

Hati yang bahagia membuat perjalanannya terasa lebih singkat. Tepat pada malam hari, Elang sudah tiba dengan selamat sampai ke rumah. Anak muda itu sengaja tidak memberitahu terlebih dahulu pada ayah dan bundanya jika ada rencana pulang lebih awal.

Ayah dan bunda yang kebetulan sedang duduk santai menikmati kopi di teras luar, kini terpaku. Elang dengan sumringah merentangkan kedua tangan sambil melangkah di pekarangan menuju arah mereka.

"Bunda ... Elang pulang!" serunya.

"Ya Allah, Ayah, bukanya itu si bontot?" gumam Bunda yang sedikit tidak percaya oleh kedatangan putranya.

"Ayah ...." seru Elang dengan senyuman merekah.

Ayah dan bunda beranjak dari duduknya untuk bergegas menyambut anak bungsunya itu.

"Elang, kenapa nggak kasih tahu Ayah kalau mau pulang?" tanya ayah Pramudya sampai raut wajahnya tampak khawatir.

"Surprise ...." seru Elang yang tak memudarkan senyumannya.

"Lain kali jangan begitu, kalau terjadi apa-apa sama bontot, Ayah dan Bunda kumaha coba?" tukas bunda Kartiwi yang kerap kali khawatir. (Kumaha = bagaimana)

Elang merangkul ibunya itu. "Ah bunda ... selalu overthinking." protesnya dengan lembut.

Sebagai orang tua, ayah dan bunda bergegas menyiapkan beberapa hal untuk kebutuhan anaknya itu. Menyiapkan makanan, membuatkannya jus dan beberapa camilan favorit Elang.

Arjuna Senja√Where stories live. Discover now