Arjuna Senja 22

13 5 1
                                    



Tidak ada yang baik-baik saja jika harus melepas pergi orang terkasih, meskipun hanya sekadar merelakan ke perantauan yang suatu hari akan kembali. Tetap saja, rasa berat hati sedikitnya pasti akan menyertai.

Senja harus berusaha tegar karena Arjuna besok akan kembali ke Kalimantan, sementara dirinya masih menetap di kampung halaman demi menghadiri acara pernikahan kakaknya yaitu Sigit Parameswara.

Hingga larut malam, segala hal kebutuhan Arjuna telah ia siapkan ke dalam koper dan juga ransel.

"A' Juna, besok kalau sudah nyampe' di Kalimantan, jangan lupa kasih kabar, ya!" tukas Senja yang tampak gelisah.

Arjuna mengangguk sembari duduk di ujung tempat tidur, mengulurkan tangan dan meraih tubuh mungil istrinya agar mendekat dan duduk di pangkuannya.

"A' Juna pasti langsung ngasih kabar, tenang aja," ucap Arjuna. "Jangan lama-lama ya sayang di kampungnya, nanti a' Juna kesepian!" sambungnya sambil melingkarkan kedua tangan kekarnya ke pinggang sang istri.

"Nanti, kalau acara pernikahan udah selesai, aku akan secepatnya beli tiket pesawat," ucap Senja.

Arjuna semakin mendekap Senja, bersandar nyaman pada dadanya yang terasa padat sampai si empunya juga membalas dekapan suaminya dan mengusap rambut tebalnya dengan penuh makna.

"Kalau pulang kerja, jangan lupa harus segera mandi, ya," Senja memberi nasihat.

Arjuna mengangguk di dalam dekapan. "Malam ini a' Juna mau lembur, mau puas-puasin pokoknya. Buat bekal, mana satu minggu lebih nanti," ucap Arjuna yang kini menatap pada Senja.

"Nanti bangunnya kesiangan loh?" Senja membalas tatapannya.

"A' Juna." Senja menangkup wajah tampannya, Arjuna tampak sendu kemudian menundukan wajahnya.

Memang berat rasanya meski hanya berpisah untuk beberapa hari.

"Percayalah, waktu akan cepat berlalu," Senja memberinya keyakinan sampai Arjuna tenggelam ke dalam pelukannya.

Arjuna yang semula mengeluh, berganti rancu. Hening malam tidak membuat keduanya lekas terlelap, justru semakin menghadirkan suasana kian terjaga. Saling merengkuh, mengukuhkan berbagai ikatan, tiada lelah bermandikan peluh, merintih tanpa jengah dalam satu rasa. Berakhir saling merangkul dengan pagutan bibir yang begitu mesra.

***

Pelukan begitu erat tatkala panggilan keberangkatan sudah terdengar.

"A' Juna pergi, ya," lirih Arjuna, memeluk istrinya dengan sepenuh hati.

Senja meneteskan air mata yang sedari tadi membasahi pipi. Sebenarnya Arjuna tidak ingin Senja ikut serta mengantarnya ke bandara, lantaran tidak ingin merasa terbebani oleh bayangan dari raut istri ciliknya yang kini tampak bersedih. Cukup dengan diantar oleh kedua orang tua, tapi Senja tidak mungkin berdiam diri dengan membiarkan suaminya pergi begitu saja. Akhirnya ayah Pramudya beserta istrinya dan Elang juga ikut untuk mengantarkan Arjuna ke bandara.

Menyeka air mata istrinya, Arjuna mendaratkan satu kecupan yang tegas pada kening Senja dan memintanya untuk tegar. Meskipun dirinya juga tak sekuat yang terlihat di luar.

"A' Juna akan nungguin kamu!" Senja mengangguk dan memeluknya.

"Neng Senja, udah," pinta Elang dengan perlahan kemudian meraih pundak Senja hingga wanita itu melepaskan pelukannya pada Arjuna.

Arjuna mulai melangkah pergi, diiringi oleh derai air mata dan lambaian tangan yang tak henti sampai tak terlihat oleh jarak yang memisahkan.

Tangisannya pecah, Senja terisak dalam dekapan Elang yang begitu setia berada di sampingnya.

***

Perpisahan memang cukup menguras air mata, meski hanya untuk sementara tetapi air mata juga tak cukup untuk menuntaskan kesedihan.

Baru saja dua hari yang lalu Senja merelakan Arjuna yang berangkat lebih dulu ke perantauan, hari ini Senja juga harus merelakan Elang yang akan kembali ke Yogyakarta untuk mengenyam pendidikan.

Sebelumnya Elang tidak mengizinkan Senja ikut menjajapkannya ke stasiun kereta, tetapi yang namanya Senja Prameswari selalu bertindak sesuka hati dan memilih ikut bersama dengan ayah Pramudya beserta bunda Kartiwi. Begitu juga Jay yang memilih menunggu di parkiran stasiun.

"Neng Senja, lain kali jangan ikut nganterin, ya. Kalau jemput baru boleh," ucap Elang yang kini merangkul kedua tangan Senja dengan erat.

"Biarin dong Elang, sekali-kali 'kan nggak apa-apa, iya nggak, Bunda?" Senja cemberut dan menoleh pada bunda Kartiwi sampai bunda memberinya anggukan.

"Nggak boleh pokoknya, nanti Elang jadi sedih!" tukas Elang yang tidak mau kalah.

"Iya deh, terserah Elang saja!" Ucap Senja yang tidak ingin berdebat dengan kerabatnya itu.

Elang mengukir senyuman dan segera memeluknya dengan erat. "Elang bakalan kangen sama neng Senja," ucapnya.

"Jangan kangen terus Elang, kamu harus fokus belajar!" ucap Senja.

Elang melepaskan pelukannya. "Neng Senja, kapan mau masuk kuliah? Mending kuliah aja bareng Elang?" tawarnya.

Senja lantas menggeleng. "Jangan pikirin aku, karena aku masih ingin fokus untuk menjadi istri yang baik!" pungkasnya.

Elang lantas tertegun dan mengatupkan bibir.

"Nak, ayo cepat masuk. Keretanya sudah mau pergi," seru ayah Pramudya.

Elang menoleh, kemudian menatap Senja dengan intens. "Aku pergi, ya!" ucapnya.

Senja mengangguk, inginnya tersenyum lebar, tetapi air matanya hampir tumpah begitu saja.

"Ayo, Bontot!" Ayah Pramudya merangkul Elang dan memapahnya menuju ke pintu kereta.

Kebetulan ayah Pramudya juga akan ikut mengantar putra bungsunya itu sampai ke Yogyakarta dan berencana menginap satu hari lalu kembali untuk menghadiri pernikahan keponakannya yaitu Sigit Parameswara.

Elang tak lantas masuk, masih berdiri di pintu kereta hingga mulai melaju, kemudian melambaikan tangannya. Ayah Pramudya menyuruhnya untuk segera masuk dan duduk di kursi yang sudah tersedia.

"Ayah, coba aja kalau neng Senja belum nikah, mungkin--kita masih tetap bersama," ucapnya terdengar lirih.

Ayah Pramuduya menepuk pundak Elang. "Nggak apa-apa, ya, yang penting doakan saja neng Senja agar rumah tangganya bahagia bersama Arjuna, laki-laki yang dicintainya," tuturnya.

Elang berpaling dan memilih memandang ke arah jendela, yang menyuguhkan pemandangan alam yang indah.

"Neng Senja itu suka alam," pungkasnya.

Arjuna Senja√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang