Arjuna Senja 26.

6 3 0
                                    


Part 26.

Seminggu sudah Arjuna Senja tinggal bersama Sarah di mess. Tempat itu memang tampak tenang, tetapi di dalamnya penuh dengan keluh kesah yang menyimpan berbagai pertanyaan hingga menimbulkan rasa curiga.

Setiap hari, Senja harus berpura-pura bahwa dirinya baik-baik saja ketika para tetangga dan orang-orang terus bergunjing mempertanyakan status pernikahannya dengan Arjuna. Tidak pernah berhenti membahas dan mempertanyakan kenapa Sarah tinggal bersama mereka. Setiap kali juga, Senja harus menahan amarah karena tidak sedikit yang terang-terangan mencibirnya, mengatakan kata-kata pedas tentang Senja yang disebut wanita yang bodoh membiarkan istri kedua Arjuna tinggal bersamanya.

Beberapa ucapan itu kini mulai mempengaruhi Senja, merasuki pikiranya hingga melukai hatinya. Senja pulang ke rumah dengan memasang wajah ceria seperti biasa, ia memasak dan mengerjakan tugas sebagai kewajiban seorang istri. Belum pernah sekali pun ia bertanya pada Arjuna ataupun Sarah, tentang apa yang ia dengar dari orang-orang yang mengatakan bahwa mereka sudah melakukan pernikahan sirih tanpa sepengetahuannya. Senja menyajikan makanan di atas meja ketika Arjuna sudah pulang bekerja. Sambil termenung memikirkan segalanya, Senja tetap melakukan pekerjaan sampai tidak sengaja menumpahkan air minum dan membasahi paha Arjuna.

"Akh!" Arjuna memekik karena air itu sedikit panas.

"Mas Juna, kamu tidak apa-apa, Mas?" Sarah bergegas mengambil beberapa tisu, lalu mendekat ke samping Arjuna untuk mengelap bagian pahanya.

"Neng Senja, kamu kenapa melamun terus? Kamu nggak lihat? Mas Juna tersiram air panas karena kamu." Sarah mencibir Senja, tetapi Senja hanya terpaku memperhatikan keduanya.

"Neng Senja?" Arjuna menepis Sarah dan mendekat ke hadapan istrinya. "Neng Senja kenapa?" Ia memperhatikan Senja dengan intens.

Senja menggeleng "Eum ... maafkan aku, a'," ucapnya yang kemudian duduk di kursi dan mulai menyantap makanannya dengan perlahan.

Tatapannya masih tertuju pada Sarah, wanita itu tidak berhenti memberikan perhatian
pada Arjuna dan menawarinya beberapa makanan.

"Mas Juna, cobain ini deh!" seru Sarah sambil menaruh lauk pauk ke atas piring Arjuna.

Arjuna tampak ingin menolaknya, tetapi Sarah menimpa lauk pauk dengan yang lainnya hingga Arjuna memandang dengan intens karena merasa sangat muak.

"A' Juna, dimakan sayurnya," pinta Senja dengan lembut, Arjuna lantas menoleh dan menuruti permintaan istrinya itu, sampai Sarah terlihat kesal.

Hari libur, bukannya bahagia menikmati waktu, Arjuna Senja malah harus dibuat kesal oleh kelakuan Sarah yang begitu manja dan banyak maunya. Sarah tidak berhenti berulah, wanita itu seolah naik pitam dan benar-benar ingin selalu menguji kesabaran Senja. Semenjak ada Sarah di rumah mereka, Senja dan Arjuna tidak pernah pergi ke luar untuk piknik ataupun sekedar jalan-jalan santai di sekitar tempat tinggalnya.

Arjuna Senja sedang menonton tv, tiba-tiba Sarah merengek karena merasa bosan.

"Mas Juna ... ajak aku jalan-jalan ke luar dong," seru Sarah sambil merengek.

Arjuna terpaku memandagnya, sementara Senja harus menahan emosi memperhatikan keduanya.

"Aku bosan, tolong ajak aku jalan-jalan, kita ke pantai atau ke mana aja yang penting nggak di sini. Sumpek dan membosakan," ujar Sarah berkeluh kesah.

"Sarah, nanti kita jalan-jalan, kamu ikut aku ke pasar, ya?" tawar Senja.

"Aku nggak mau, aku mau pergi sama mas Juna. Aku nggak mau ikut kamu, nggak mau ke pasar, bau," celoteh Sarah dengan nada manja dan menyebalkan.

Senja mengernyit, begitu pun dengan Arjuna. "Mas Juna ... ayo kita jalan-jalan." Sarah dengan berani mendekat ke hadapan Arjuna dan meraih salah satu lengannya hingga Senja
melemparkan tatapan sinis pada Sarah.

"Aku nggak mau." Arjuna beranjak dari duduknya dan menolak dengan tegas.

"Mas Juna, ayo ... aku mohon." Sarah kembali memegangi lengan Arjuna.

Senja yang merasa muak melihat itu, beranjak dari duduknya untuk menepis tangan Sarah dari lengan suaminya.

"Sarah, tolong jangan ganggu a' Juna. Biarkan suamiku istirahat di rumah," pinta Senja dengan tegas.

Sarah tertegun dengan memandangi Senja. "Ayo a' Juna, lebih baik a' Juna istirahat aja. Aku mau pergi ke pasar," ucap Senja.

"A' Juna anterain, ya?" tawar Arjuna.

Senja kini mengangguk seraya memberinya senyuman.

"Aku ikut!" seloroh Sarah yang tak ingin membiarkan Arjuna Senja pergi berduaan.

"Kamu di rumah saja," titah Arjuna dan Sarah langsung menggeleng.

"Aku mau ikut dengan kalian," ucap Sarah tegas.

Dengan demikian, mereka akhirnya pergi ke pasar bersama. Sepanjang perjalanan pulang pergi, Senja semakin merasa tertekan karena tak sedikit mata yang memandang ke arahnya.
Langit tiba-tiba mendung, untung saja mereka sudah berhasil sampai di rumah.

Arjuna membawa barang belajaannya hingga ke dapur, sementara Senja bergegas kembali ke luar untuk mengambil jemuran baju. Arjuna dan Sarah berada di dalam rumah, Sarah ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk mendekati Arjuna, tetapi pria itu seperti biasa selalu menghindarinya.

Senja sudah membawa masuk semua jemuran pakaiannya dan menaruhnya di sofa, sementara ia mulai melipatnya dan merapihkanya satu persatu.

"A' Juna bantuin, ya, Neng," seru Arjuna yang kini duduk di samping istrinya untuk merapihkan beberapa pakaian.

Sarah yang melihatnya tampak kesal, tapi ia hanya bisa cemberut dan uring-uringan sendiri sampai masuk ke dalam kamar. Tak cukup dengan sikap manjanya, yang namanya Sarah memang kerap tidak tahu diri.

"Neng Senja, aku lapar nih, tolong buatkan mie goreng," titahnya tanpa ragu.

Apa saja akan ia lakukan untuk membuat Senja sibuk agar perempuan itu menjauh dari Arjuna.

Arjuna membulatkan mata, merasa tidak senang karena Sarah dengan seenaknya menyuruh istrinya untuk membuatkan mie goreng.

"Sarah, mengapa tidak buat saja sendiri? Mengapa harus menyuruh neng
Senja?" protes Arjuna.

Sarah tampak tertegun, kemudian menundukan wajahnya.

"A' Juna, sudah, aku akan buatkan." Senja mengusap pundak suaminya dan memintanya untuk tenang. "Sarah, mie gorengnya pakai telor nggak?" tanya Senja.

Sarah kini mengangguk. "A' Juna mau mie goreng juga?" tawar Senja.

"A' Juna mau mie rebus," sahut Arjuna.

"Pakai telor, 'kan?" tanya Senja hingga Arjuna mengangguk. "Yaudah, tunggu sebentar, ya." Senja pun beranjak dari duduknya.

"Neng Senja!" seru Sarah.

Senja menghentikan langkahnya dan menoleh pada Sarah.

"Ada apa?"

"Aku juga mau mie rebus, pakai telor," seru Sarah.

"Bukannya tadi mau mie goreng, ya?" Senja mengernyit.

Sarah menggeleng. "Mie rebus saja, biar samaan dengan mas Juna," tukasnya.

Senja tercengang, sedikit geli ketika mendengarkan penuturan itu, tapi ia hanya menanggapinya dengan datar. Menoleh memperhatikan raut keduanya yang tampak membingungkan.

"Oke. Tunggu sebentar, ya." Senja berlalu dan pergi ke dapur.

Arjuna mendekat ke hadapan Sarah, memberinya tatapan sengit.

"Ke-kenapa?" tanya Sarah dengan gugup.

Arjuna tidak mengucapkan sepatah katapun, memberinya seringai, muka ketus, kemudian berlalu meninggalkannya dan pergi ke dapur untuk membantu Senja memasak mie rebus.

Bukanya senang karena sudah menyuruh Senja, kini Sarah semakin merasa kesal karena Arjuna kembali bercengkrama dengan istrinya mesti hanya seka dar saling membantu untuk memasak mie rebus di dapur.

Sarah pergi ke kamarnya dan menangis di sana.

Arjuna Senja√Where stories live. Discover now