Arjuna Senja 27.

6 3 0
                                    



Part 27.

Senja berpamitan pulang lebih awal dari biasanya, entah mengapa ia merasa tidak enak badan saat kepalanya terasa pusing bahkan perasaannya sungguh tidak karuan. Senja pulang dengan diantar oleh tetangga mess yang sering mengobrol dengannya, ia bernama Fuji yang kerap dipanggil mbak Fuji oleh Senja dan Arjuna.

Sepanjang jalan yang kebetulan tidak jauh dari tempat pengajian menuju mess, mbak Fuji memberikan nasihat pada Senja agar ia sebaiknya mengeluarkan Sarah dari mess. Namun, Senja dengan lembut menolak saran itu, karena merasa kesal mbak Fuji akhirnya mengatakan suatu kebenaran pada Senja bahwa sebenarnya Arjuna dan Sarah itu sudah menikah. Dengan
begitu, Senja cukup terkejut mendengarnya.

"Neng Senja, suamiku bilang, dia terpaksa menjadi saksi dari pernikahan Arjuna dan Sarah di rumah sakit atas permintaan pak Sardi," ujar mbak Fuji.

Senja yang mendengarnya kini terpaku tanpa mengucapkan apapun.

"Kami memang tidak mempunyai bukti, tapi mungkin kamu bisa bertanya langsung pada suamimu dan juga wanita manja itu," ujar mbak Fuji.

Senja merasa tidak percaya. "Udahlah,Mbak, itu tidak mungkin," sanggahnya.

Mbak Fuji menghela napas dengan berpaling muka, merasa kesal sendiri karena Senja tidak bisa dikasih tahu. Senja mengernyit, ini bukanlah pertama kali ia mendengar kabar burung
bahwa Arjuna dan Sarah mempunyai sebuah hubungan, tetapi ia hanya ingin mengetahuinya langsung dari mulut Arjuna sendiri.

"Aku tidak akan mudah percaya, kecuali aku melihatnya langsung atau A' Juna yang bicara lagsung padaku kalau dia sudah menikah," ucap Senja.

"Ya Allah, neng Senja. Ya masa orang selingkuh mau mengaku?" protes mbak Fuji.

Senja kembali menggeleng. "Aku ingin percaya sepenuhnya pada suamiku." Ia pun berpamitan dan mendahului langkahnya untuk segera masuk ke dalam mess.

Senja merasa kesal sendiri, karena selalu mendengar gosip tentang suaminya dan Sarah. Kepalanya kembali terasa pusing, ia segera membuka pintu rumah dan masuk ke dalam yang langsung disuguhkan ruang tv.

"Astagfirullah!"

Alangkah terkejutnya Senja, kedua matanya membulat saat melihat Arjuna dan Sarah sedang bermesraan di ruangan itu. Kedua pelaku mesum itu sontak terperanjat, tidak siap memberi pembelaan atas kelakuan mereka yang sudah kurang ajar.

"Neng Senja." Arjuna bergegas meraih bajunya hingga mengenakan celana dan merapihkan resletingnya, sementara Sarah kini merangkak meraih celana dalam dan mengenakan kembali lingerie-nya.

Senja tak dapat melakukan apapun, sakit kepalanya semakin menyerang hingga dadanya terasa begitu sesak dan membuat perempuan itu hampir pingsan.

"Neng Senja." Arjuna bergegas menopang tubuhnya.

Senja memegangi keningnya tak mampu berkata-kata, pandangannya mulai kabur karena air mata kini mengalir membasahi wajah manisnya.

"Neng Senja." Arjuna terengah menopangnya, Senja mencengkram kerah baju Arjuna dengan erat, tubuhnya bergetar dan sesak di dadanya semakin mencekiknya hingga membuatnya pingsan seketika.

"Neng Senja!" Arjuna pun berteriak dan bergegas menggendongnya ke dalam kamar.

——

Senja sudah siuman, tangis dan air mata kini menyelimuti malamnya.
Arjuna mencoba menjelaskan semuanya dan meminta maaf atas apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Ternyata, apa yang orang-orang bilang padaku, itu semua benar?" tanya Senja dengan berlinang air mata, tetapi Arjuna hanya bungkam di hadapannya. "Sejak kapan kamu membohongiku?" ucap Senja dengan gemetar, tapi Arjuna tidak jua menjawabnya.

"Jawab aku!" Senja meninggikan suaranya.

Arjuna tercengang karena baru pertama kali mendengar Senja berteriak padanya. Di luar kamar, Sarah merasa tidak terima lataran Senja membentak Arjuna. Ia pun menerobos masuk ke dalam kamar yang kebetulan tidak dikunci itu.

"Senja!" serunya dengan kurang ajar, Arjuna Senja sontak menoleh padanya.

"Kenapa kamu masuk ke sini?" Arjuna beranjak dan menghadang Sarah.

"Aku ingin memberikan pelajaran pada Senja, berani-beraninya dia membentakmu, Mas!" tukas sarah dengan sedikit memberontak.

"Sebaiknya kamu keluar dari sini, jangan ikut campur karena ini semua
bukanlah urusamu," tegas Arjuna.

"Tidak, aku ingin tetap di sini karena ini juga adalah urusanku," tutur Sarah yang kemudian menyingkirkan Arjuna dari hadapannya dan melangkah tepat ke hadapan Senja yang sedang bersandar di ranjang.

"Neng Senja, kamu jangan kurang ajar, ya. Apakah kamu pikir kamu berhak meninggikan suaramu pada mas Juna? Dia itu suamiku," cecar Sarah dengan sikap arogan.

Mulanya Senja memilih bungkam dan tidak ingin menghiraukan ocehan Sarah, tetapi wanita itu terus saja menyerangnya dengan kata-kata yang menyakitkan hati.

"Sarah, sebaiknya kamu keluar." Arjuna memintanya untuk keluar.

"Aku tidak ingin keluar," tegas Sarah, ia kembali memandangi Senja. "Sekarang neng Senja harus tahu, bahwa kita sudah menikah. Arjuna bukan hanya suamimu, tapi juga suamiku. Bukan cuma kamu yang menjadi istrinya, tapi aku juga adalah istrinya mas Juna, kamu dengar itu?" papar Sarah dengan penuh percaya diri.

"Sarah!" Arjuna membentaknya.

"Kenapa, Mas? Apakah aku salah?" tegas sarah ke hadapan Arjuna, hingga pria itu hanya tertegun memandangnya.

Sarah menoleh kembali pada Senja. "Sekarang, kamu sudah dengar semuanya, 'kan? Kenapa kamu diam saja? Sakit hati? Nggak terima? Kamu juga harus tahu, selama ini aku juga sakit hati. Kamu itu terlalu serakah, kamu ingin selalu bersama mas Juna. Satu minggu penuh, tetapi kamu tidak memberikan sedikit waktunya untukku padahal aku hanya meminta waktunya untuk makan malam. Seharusnya kamu berbagi mas Juna denganku, Senja," ujarnya tanpa rasa malu sedikit pun.

Senja mendelik. "Tutup mulutmu!" ia beranjak dan segera menampar wajah cantik Sarah.

Plakk!

Tamparan Senja begitu keras sampai Sarah memekik dan tersungkur ke lantai.

"Neng Senja." Arjuna berusaha melerainya, tetapi Senja berbalik menampar suaminya sendiri.

Plakk!

"Argh!" Arjuna terpaku karenanya, memegangi bekas tamparan Senja yang kini meninggalkan jejak sempurna di salah satu pipi tampannya.

Senja menatap intens, kedua matanya memerah sampai air mata menggenang di pelupuknya. Sarah yang melihatnya kembali merasa tidak terima karena Arjuna ditampar oleh Senja, wanita itu kini bangkit dan menjambak rambut Senja.

"Heugh! Rasakan ini," tukasnya.

Mungkin Sarah mengira bahwa Senja hanyalah wanita biasa, hingga ia bisa memperlakukan Senja dengan sesuka hati. Tetapi, Senja bukanlah wanita yang lemah, ilmu bela diri yang ia kuasai kini bisa dipergunakan dengan leluasa. Senja berbalik menyerang Sarah, meremas tangan yang berani menjambaknya hingga wanita itu memekik kesakitan, untung saja Arjuna berhasil membujuk Senja agar melepaskan Sarah. Jika tidak, jemari lentik milik Sarah itu bisa saja patah oleh tindakan Senja padanya.

"Neng Senja, cukup," bujuk Arjuna.

Senja hanya menoleh sesaat pada Arjuna dan tidak ingin menghiraukanya. Sementara Sarah masih berulah dengan memberikan acaman pada Senja, bahwa ia akan melaporkan Senja ke polisi. Senja yang semakin geram akhirnya kembali memberinya tamparan di sebelah pipi yang lain, sampai Sarah kembali tersungkur.

"Akh!" Sarah memekik untuk kesekian kalinya, bahkan hindungnya mengeluarkan darah.

Senja mendorong wajah Sarah sampai wanita manja itu terlentang di lantai, Senja yang dikuasi oleh amarah pun kini duduk di perut Sarah dan kembali menyerangnya, manjambak rambutnya, menampar wajahnya berkali-kali. Sampai meninggalkan bekas cakaran di beberapa bagian wajah cantik milik Sarah.

Arjuna Senja√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang