6» Deep Talk

2.7K 416 266
                                    

Victor tak tahu bahwa mengurus wanita mabuk se-melelahkan ini. Rumahnya yang begitu besar membuatnya letih sendiri ketika ia harus mengantarkan Jennie ke dalam sebuah kamar. Sesaat setelah sampai, bukannya terus tertidur, Jennie malah meracau tidak jelas. Ia bilang, ia tidak nyaman. Ia kegerahan. Bahkan saking kegerahannya ia ingin telanjang.

Mendengarnya berbicara seperti itu bagaimana Victor tidak panik? Jika saja ada orang lain dirumah itu, mungkin Victor bisa meminta tolong kepadanya untuk menukar pakaian Jennie. Namun sayang beribu sayang, disana tidak ada orang lain lagi selain mereka.

Selama ini, Victor tinggal dengan ayah dan ibunya. Tapi sejak tiga hari yang lalu, mereka pergi berlibur ke Phuket dalam rangka merayakan hari jadi pernikahan. Jadi, dari kemarin-kemarin yang menemani Victor di rumah adalah Rhazelle. Bisa dibilang, ia sering tinggal di rumah Victor. Namun karna hari ini ia ada urusan penting, mungkin ia tidak akan pulang. Diluar hal itu, tak jarang anggota band The Rowdier juga datang untuk menginap. Biasanya mereka menghabiskan waktu di dalam studio untuk membuat lagu baru.

"Jennie? Hey! Dengar! Aku akan memberimu baju tidur. Tapi nanti kau ganti sendiri, ya?"

"Ganti sendiri? Mana bisa mandi sendiri?!"

"Aku tidak menyuruhmu mandi sendiri. Aku bilang, ganti. Ganti bajumu. Bukankah tadi kau bilang bahwa kau tak nyaman?"

"Ya, tak nyaman." angguk Jennie dengan mata setengah terpejam. Bibirnya tampak manyun. Kemudian ia duduk sembari menangkup wajah Victor. "Mengapa wajahmu terlihat seperti pria yang posternya banyak di kamarku? Apa kau ilusi ku?"

"Tidak."

"Kau imajinasiku?"

"Tidak."

"Lalu kau siapaku?"

"Seseorang yang kau cintai?" jawab lelaki itu.

"Yang aku cintai? Yang aku cintai adalah Victor."

Victor tersenyum tipis. Kemudian ia melepaskan tangan Jennie dari wajahnya. "Akulah Victor itu."

Jennie tampak memijat pelipisnya. Ia pusing. Ketika ia menatap Victor kembali, pandangannya masih berbayang-bayang. Bahkan dunia rasanya berputar. "Kepala mu dua, Victor. Biasanya cuman satu. Apa yang satu lagi baru tumbuh?"

Victor tak mampu menahan tawanya lagi. "Sudahlah, kau butuh istirahat. Tidurlah kembali." ucapnya sembari merebahkan tubuh Jennie.

Lalu ketika ia ingin beranjak, tiba-tiba Jennie menarik bajunya. Hal itupun membuat wajah mereka menjadi sangat dekat.

"Ada apa?" tanya Victor.

"Aku tidak tahu apakah ini mimpi atau kenyataan. Jika memang mimpi, aku tak ingin bangun. Tapi jika ini nyata, aku ingin memberitahumu sesuatu. Terima kasih sudah menghiburku dengan karya-karya mu yang hebat, Victor. Terima kasih sudah muncul sebagai seorang bintang yang keren. Seumur hidupku, aku tak pernah mengagumi lelaki lain, sebesar aku mengagumimu. Delapan tahun yang aku habiskan merupakan saat-saat paling berkesan di sejarah hidupku."

"Aku pernah meminta kepada Tuhan. Aku ingin kau mendapatkan wanita terbaik di antara jutaan wanita yang paling baik. Jika suatu saat kau salah dalam memilih, jangan sekali-kali bersedih. Yakinlah bahwa Tuhan akan memilihkan mu wanita yang seratus kali lebih baik dari wanita yang pernah kau pilih."

"Apa doa mu hanya sampai disitu?"

Jennie mengangguk.

"Mengapa tak meminta kepada Tuhan untuk menjadikanmu wanita yang seratus kali lebih baik dari wanita pilihanku?"

"Aku akan kecewa jika permintaanku tak terkabul. Kau pun akan repot jika aku terobsesi untuk memilikimu. Dari awal aku sudah memperingati diriku. Rasa suka dan cintaku padamu harus selalu dalam batas wajar. Jika sampai tak terkontrol, kita berdua akan sama-sama kesusahan."

THE ROCKSTAR ✓Where stories live. Discover now