14» Mine(nion)

2.6K 410 238
                                    

Terkadang Louisa memang polos, namun ia tidak mudah untuk di bodohi. Random-random begitu dia adalah alumni Oxford University yang dianugerahi gelar kehormatan Magna Cumlaude. Jangan sekali-kali meremehkan dia. Otaknya cukup pintar, meski kelakuannya tidak mencerminkan demikian.

Saat ia akan menemui seorang CEO, ia tentu harus bertanya dulu ke salah seorang staff kantor. Apakah pimpinan mereka ada atau tidak, apakah ia bisa ditemui atau tidak. Staff itupun mengatakan bahwa Jennie sedang kedatangan seorang pacar. Louisa sebagai seorang sahabat yang mengetahui seluk beluk kehidupan Jennie tentu merasa sangat terkejut dan tak percaya.

Mereka sudah sangat dekat dan bahkan hapal ukuran celana dalam masing-masing. Tapi bisa-bisanya Jennie tidak pernah bercerita bahwa di hatinya sudah terisi oleh seorang pria? Rasanya Louisa ingin marah sekali!

"Jadi, kalian berdua berpacaran?" tanya nya dengan nada datar. Ekspresi nya dingin. Ia duduk di atas sofa sembari memandangi Victor dan Jennie yang duduk dengan raut wajah bersalah di atas karpet.

"Tidak."

"Tidak? Tapi kau mengatakan pada staff mu bahwa dia kekasihmu! Yang mana yang benar?"

Victor mencoba menjawab. "Hm, kami masih dalam proses ke tahap itu. Untuk sekarang, kami belum memiliki hubungan apa-apa."

"What the fuck are you saying? I saw you kiss her!"

"Come on, it wasn't a kiss! Itu cuman... ummm apa namanya, Victor?" tanya Jennie sembari menyenggol lengan pemuda itu.

"Pertemuan bibir." jawabnya dengan polos.

"Ya, kau tahu bukan... lips meet lips, and they say hello?"

"HELLO? ITU CIUMAN BODOH! ARGHHHHHHHH!!!"

Seketika Louisa frustasi berat. Apa mereka pikir Louisa akan percaya? Pertemuan bibir katanya? Ugh, my ass. Sebanyak-banyaknya Louisa berhalusinasi, ia tidak pernah membayangkan bahwa Jennie akan berciuman dengan anggota band favoritnya.

"Hey, calm down. I know you like Jevano. I can give you his number if you want. Apa perlu ku atur pertemuan mu dengannya?" tanya Victor.

Dengan nada kesal Louisa menjawab, "Perlu! Mana nomornya?!"

Mengambil secarik kertas, Victor pun menuliskan sederet angka. "Adukan kepadaku jika dia tak membalas pesan-pesan mu." ucapnya sambil menyodorkan kertas tersebut.

Dengan tak santai, Louisa mengambilnya. "Jangan karna kau memberiku nomor Jevano, kau jadi berpikir aku merestui mu ya?! Aku masih kesal pada kalian, terutama padamu, Jennifer Kim!"

"Kenapa aku? Aku 'kan sudah tidak merahasiakan apa-apa lagi."

"Tapi tadi malam kau membuatku berak di celana! Kenapa kau tak mau membukakan pintu untukku?! Apa kau tahu betapa malu dan tersiksa nya aku ketika berlarian mencari toilet?!"

Sontak saja Jennie dan Victor saling berpandangan. Mengapa di siang hari yang cerah ini mereka harus di sidang oleh Louisa? Dan... mengapa pula mereka merasa takut? Ingin jujur, rasanya berat. Ingin berbohong, Louisa tidak akan percaya.

"Hm, jangan bilang kalian...." Louisa menyipitkan matanya sembari menunjuk Victor dan Jennie secara bergantian.

"KALIAN KARAOKE BERSAMA TANPA AKU, YA?!"

Keduanya kompak berucap, "Hah?"

"Iya, karaoke. Kalian karaoke 'kan? Aku mendengar suara Jennie. Lirik lagu nya pasti panjang sekali sampai dia menjawab ku dengan nafas terengah-engah. Aku juga mendengar suara apa ya... plak plak plak? Eh, apa plok plok plok? Itu instrumennya 'kan? Demi karang ajaib, instrumen nya sangat indah untuk di dengar." jelas Louisa dengan raut wajah terpesona.

THE ROCKSTAR ✓Where stories live. Discover now