24» The Most Beautiful Morning

2.1K 351 141
                                    

Jennie tak ingat kapan terakhir kali ia bisa tidur delapan jam. Semenjak menjadi CEO, waktu tidurnya menjadi berantakan. Tapi hari ini ia sungguh tertidur dengan nyenyak. Berada di dalam dekapan Victor membawa ketenangan sendiri baginya. Jika saja ia tidak merasakan sesuatu terpasang di jari manisnya, mungkin ia tidak akan terbangun.

Saat ia membuka matanya, ia mendapati Victor tersenyum. Victor berbaring disampingnya dengan kondisi bertelanjang dada. Di ciumnya tangan Jennie, lalu ia berkata dengan suara berat dan serak. "Good morning, princess."

Jennie tersenyum simpul. Kemudian ia menarik tangan Victor untuk di taruh di atas pipinya. "Good morning too, my world."

"Lihatlah jari manis mu,"

Jennie pun mengikuti ucapan Victor. Setelah itu matanya tampak melotot kaget. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati cincin yang ia berikan pada bartender lima tahun lalu, terpasang kembali di jari manisnya.

"CINCIN INI—"

"Aku menyimpannya. Ma'af karena baru bisa mengembalikannya sekarang."

"TAPI—"

"Aku lupa, Jane. Harusnya aku mengembalikannya padamu sebelum kau pulang dari rumahku hari itu."

"AKU—"

"Aku ingin mengembalikannya dari jauh-jauh hari. Tapi setiap bersamamu, tak ada hal yang bisa aku ingat."

Sontak saja Jennie merasa geram. Victor selalu saja memotong pembicaraannya. Sambil mencubit bibir Victor, Jennie berkata, "Tak sopan memotong pembicaraan seseorang. Aku tak marah karna kau terlambat mengembalikannya. Aku justru kaget karna cincin ini berada padamu. Untuk sesaat aku berpikir bahwa kau sedang melamar ku."

Victor menyingkirkan tangan Jennie dari bibirnya. "Tak ada sejarahnya seorang pria melamar wanita di atas ranjang."

"Siapa tahu kau ingin menjadi orang pertama yang melakukannya?"

Victor terkekeh. Bukannya menanggapi ucapan Jennie, ia malah mengganti topik pembicaraan. "Pergilah bersamaku ke Yunani."

"Kapan?"

"Setelah aku tampil di Coachella."

"Tapi untuk apa kita ke sana?"

Victor merasa gemas. Jennie banyak tanya sekali. Dipeluknya wanita itu, lalu ia bawa berputar ke sisi lain. "Pergi saja."

Jennie tampak tersenyum nakal. "Aha... kau ingin melamarku disana, ya? Iya 'kan?"

Victor pun menutupi tubuh mereka dengan selimut, "Kekasihku sok tahu sekali!" ucapnya sambil menggelitik pinggang Jennie. Jennie sampai tertawa terbahak-bahak dibuatnya.

"Baiklah, aku akan pura-pura tidak tahu! Berhentilah menggelitiki ku!"

Sambil memasang ekspresi heran, Victor bertanya. "Kau yakin sekali bahwa aku akan melamar mu disana?"

"Memangnya tidak?"

"Tidak."

"Oh, oke."

"Hanya, oke?"

"Kau diam saja, aku sedang irit berbicara."

Victor tertawa pelan. "Sayang—"

"Jangan panggil aku sayang!"

"Baiklah. Jadi begini Jennie Mini—"

Jennie langsung berteriak. "AISH! AKU TIDAK MINI, SAYANG!"

Akhirnya Victor mengalah. "Baiklah, kau tidak mini. Kau besar."

Lalu Victor melanjutkan perkataannya. "Seperti Hulk."

Jennie langsung mendorong tubuh Victor. Rasanya ia kesal sekali. Ia pun berusaha untuk beranjak dari tempat tidur tetapi Victor memeluk tubuhnya seperti memeluk sebuah boneka. Victor seperti tak ingin membiarkan Jennie menjauh darinya.

THE ROCKSTAR ✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat