10» As Long As You Have Me

2.6K 421 159
                                    

Terkadang hidup memang suka bercanda. Apa yang kita beri, seringkali tak sepadan dengan yang kita terima. Apa yang kita harapkan, seringkali membuat kita kecewa. Yang namanya cinta, tidak selalu tentang kebahagiaan. Andaipun bisa membuat bahagia, itu hanyalah sensasi rasa sesaat.

Lalu selebihnya apa yang kita dapatkan? Deraian air mata, luka yang besar dan tentu saja kekecewaan yang teramat dalam. Jika sudah kecewa, sejuta kata ma'af pun tak 'kan mampu mengatasinya. Ribuan kata semangat pun tidak akan melekat di telinga. Karna pada dasarnya, seseorang lebih membutuhkan waktu dan pengalih disaat hatinya patah.

"Can we talk now?"

Akhirnya setelah tiga menit saling memeluk, pertanyaan itu muncul juga dari mulut Jennie. Saat ini, Jennie dapat merasakan pundaknya basah. Sementara isak tangis Victor yang awalnya terdengar jelas, mulai berangsur-angsur menghilang dari indra pendengarannya.

"Satu menit lagi." jawab Victor dengan suara parau. Pelukannya pada Jennie semakin terasa kuat. Ia merasa berat jika harus melepaskannya sekarang.

Dan entah mendapatkan keberanian dari mana, elusan Jennie yang tadinya berada dipunggung, mulai berpindah ke kepala. "Victor, sesungguhnya kau tak kehilangan rumahmu. Kau hanya kehilangan payung kecil untukmu berteduh. Jangan terlalu bersedih, ya? Hilangnya payung itu adalah awal dari kebebasanmu. Percayalah padaku, kau akan lebih bahagia bermain dibawah hujan, dibanding menghindari hujan itu."

Bibir Victor sedikit melengkungkan senyum. Matanya sudah merah dan sembab. Ia pun melepaskan pelukannya dari Jennie seraya berkata, "Salju sedang turun. Di sini dingin. Jika kau tak keberatan, bisakah kita pindah ke mobil untuk mendengarkan ku bercerita?"

"Tentu saja! Selain penggemar yang cantik, aku juga pendengar yang baik. Ayo masuk ke mobilku. Aku akan membawamu menyusuri Tower Bridge." jawab Jennie semangat. Ia pun segera duduk di bangku pengemudi.

"Jane, aku tidak pernah membiarkan seorang gadis menyetir untukku. That's absolutely not gentle. Really. Sedih-sedih begini, aku masih bisa membawa mobil dengan selamat. Cepat pindah!"

"Jika kau begitu memaksa, baiklah kalau begitu."

Di saat mobilnya mulai melaju, Jennie pun berujar, "Tidakkah kau merasa Dejavu? Lima tahun lalu, kau menemaniku saat aku bersedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di saat mobilnya mulai melaju, Jennie pun berujar, "Tidakkah kau merasa Dejavu? Lima tahun lalu, kau menemaniku saat aku bersedih. Dan lima tahun kemudian, aku menemanimu saat kau patah hati. Ini mungkin cuman sekedar kebetulan. Tapi aku senang ketika menyadari bahwa kau ada untukku ketika aku butuh tempat berlindung. Dan aku ada untukmu, ketika kau butuh tempat bercerita."

"Jadi, apa kau sudah siap mendengarkan ceritaku?"

Jennie mengangguk pelan. "Perlu ku siapkan tisu? Ku pikir, akan ada yang menangis diantara kita."

Victor terkekeh. "Jangan meledekku. Tadi aku hanya terbawa suasana. Aku berjalan dengan menahan semua emosiku dan kemudian kau muncul secara tiba-tiba. Kau bertanya aku kenapa, kau bertanya aku habis melihat apa. That's actually what makes me weak. And I cried in the end. Semakin kau bertanya kenapa, semakin mataku panas mendengarnya."

THE ROCKSTAR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang