31» Forever Yours [END]

2.7K 294 195
                                    

Konon katanya, jika kau menyerah kau akan mencari alasan. Tapi jika kau berjuang, kau akan menemukan cara. Victor pikir, ia akan memilih opsi yang kedua. Jika ia saja berhasil memenangkan restu ayah ibunya, seharusnya ia juga bisa memenangkan restu dari Javier 'kan?

Duduk serius di depannya ini tidaklah sulit. Mengutarakan keinginan untuk menikah pun, ia tak terkendala. Sebab, ia sudah siap mental. Siap menerima jawaban apapun, meski jawaban penolakan sekalipun.

"Ibu, aku sedikit mengalami kendala. Ayah Jennie tidak menyukaiku. Ini tentu menjadi masalah karena aku sudah sangat tidak sabar menjadikan anaknya menantu Ibu. Setidaknya, beri aku satu saran."

"Mudah saja, kami akan meminta putrinya untukmu."

"Tapi bagaimana jika tak di berikan?"

"Itu perkara lain. Apa kau begitu menginginkannya?"

"Hm. Lebih dari apapun."

"Jika lebih dari apapun, mau tak mau Ibu harus membantumu. Mari kita temui ayahnya tepat setelah kau menginjakkan kaki di kota London. Masalah berhasil atau tidak itu urusan belakangan 'kan? Yang penting kau berusaha dulu. Selebihnya, biar Ibu yang mengatur."

Jika Selena sudah menyokongnya sedemikian rupa, maka Victor harus meningkatkan kepercayaan dirinya. Ini demi Jennie. Demi wanita yang sedang menggendong bayi dengan wajah terkejut itu. Jennie mana pernah mengira bahwa Victor akan memintanya secepat ini pada Javier. Mengingat Javier sempat marah kepadanya, tak menutup kemungkinan juga bahwa Victor akan diperlakukan sama. Apalagi Victor adalah alasan besar di balik pertengkaran mereka.

"Menetapkan tanggal pernikahan?" Javier memastikan kembali bahwa ia tak salah dengar. Melihat anggukan Selena, ia pun sontak tertawa sinis. "Memangnya aku pernah menyetujui hubungan mereka?"

Maka setelahnya, Jennie sangat tahu ke mana ujung dari pembicaraannya itu. Buru-buru ia duduk di samping Victor dengan keadaan yang masih menggendong bayi sang kakak. Setidaknya dengan begini, Javier tidak akan berani membentaknya. Sebab ia takut bila ketenangan seseorang terganggu, lalu muncul lah pekik tangis yang pasti sangat memekakkan telinga.

"Memangnya aku pernah setuju menikahi Gavin?" Jennie melawan. Ya, tentu saja. Bagaimana pun, ia punya kendali juga atas keberlanjutan hidupnya.

"Jennie!" Ayahnya menegur. Matanya menatap seolah ia bisa membelah objek apapun yang ada di hadapannya.

Sambil melirik Victor sejenak, Jennie pun menuturkan. "Ayah, jika kau tetap ingin menikahkanku dengan orang selain dia, maka setahun setelahnya akan aku pastikan bahwa namaku terdaftar di pengadilan karena gugatan perceraian. Tak sama seperti hidupku yang bisa kau atur seenaknya, aku punya kendali penuh atas perasaanku. Terlepas dari hal yang membuatmu tak suka, aku juga berhak bahagia dengan pilihanku kan?"

Javier terdiam. Jennie terlalu mewarisi sikap keras kepalanya. Padahal ia hanya mengharapkan yang terbaik untuk Jennie.

"Tuan Kim, memangnya apa yang membuatmu ragu pada putraku?" akhirnya suara Austin menginterupsi. "Jika soal materi, dia tak kalah kaya darimu. Jika soal cinta, bukankah cintanya cukup besar hingga bisa membawa kami ke sini untuk berbicara serius denganmu? Putraku tidak seberengsek yang kau kira. Jika suatu hari nanti dia kedapatan menyakiti putrimu, maka aku sendiri yang akan turun tangan menghajar wajahnya."

Ucapan Austin begitu meyakinkan sampai rasanya pendirian Javier sedikit goyah. Kalau di pikir-pikir, Victor memang tak seburuk itu. Namun tetap saja ia masih merasa enggan untuk sekedar memberi restu.

"Kenapa putriku?" entah kenapa malah pertanyaan bodoh itu yang terlontar dari mulutnya.

"Karena dia alasan menarik yang bisa membuat senyumku muncul."

THE ROCKSTAR ✓Where stories live. Discover now