Chapter 39

10.8K 473 8
                                    

"Jika memang cinta kita karna Allah, maka bimbinglah aku. Dan pertahankanlah aku jika kamu masih ingin bertahan. Jika memang tidak lagi, maka katakanlah, kapan aku harus pergi dan sampai kapan kamu bisa bertahan."

~ HAIFA GHANIA FAZILLA~

.
.
.
.

Setelah melihat sang istri yang membanting pintu ke arah kamarnya, gus Afat langsung menyusul istrinya supaya istrinya tidak semakin marah.

Gus Afat yang melihat pintunya tidak terkunci pun langsung membuka dan menyusul sang istri yang sekarang sudah menutup wajahnya dengan bantal.

"Sayang." Panggil gus Afat yang sama sekali tidak dijawab oleh Haifa.

"Kanu kenapa hmm, kamu marah karna mas nggak izinin kamu buat makan jeruk sekaligus lima buah?" tanya gus Afat yang sekarang sedang berusaha mengambil bantal yang menutupi wajah istrinya itu secara perlahan.

Setelah berhasil mengambil bantal yang menutupi wajah istrinya tadi, sekarang gus Afat malah kaget karena melihat wajah Haifa yang sembab karena menangis.

"Lho, kamu nangis hmm?" gus Afat langsung memangku Haifa secara lembut dan perlahan.

"Knpa hmm." Tanya gus Afat setelah berhasil memeluk sang istri supaya lebih tenang.

''Kamu marah karna nggak mas izinin makan jeruk?" tanya gus Afat yang dibalas gelengan oleh Haifa.

"Terus apa juga?" tanya gus Afat lagi dengan lembut, dan Haifa semakin menangis.

"Kenapa sayang?" gus Afat secara perlahan mengelus lembut rambut Haifa dan mengelap air mata Haifa secara perlahan lalu dia mengecup dahi sang istri.

"Gatau." Jawab Haifa yang masih juga menangis.

"Kenapa sih?" tanya gus Afat yang semakin penasaran.

"Diam dulu ih, dibilang juga gatau. Lagi pengen nangis aja ini, mau berhenti tapi gabisa bisa." Jawab Haifa lagi dengan memukul mukul dada bidang gus Afat.

"Oo, gitu." gus Afat kembali dengan lembut mengelus surai sang istri dan juga perut Haifa yang sekarang sedang mengandung calon buah hatinya.

"Mas, pengen ke mall." Ucap Haifa yang tiba-tiba.

"Kok tiba-tiba?"

"Jadi, kalau aku tiba-tiba kamu gamau gitu." Hentak Haifa yang mencubit kecil perut suaminya itu.

"Awss, sakit sayang."

"Udahlah, gausah lagi." Haifa langsung beranjak dari pangkuan gus Afat dan langsung mengambil selimut untuk menutupi seluruh badannya. Padahal cuaca hari ini bisa dikatakan cukup lumayan panas.

"Aku ngga bilang gamau lho." Gus Afat kembali menghembuskan nafasnya dengan sangat sabar.

"Terserah." Jawab Haifa singkat.

"Yaudah ayo, kamu buruan sana ganti baju." titah gus Afat.

"Gajadi."

GUS MY HUSBAND (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang