Ji-Sung ⚠️

4.7K 283 57
                                    

Dering bel berbunyi menandakan pintu gerbang Neo JHS akan ditutup. Cuaca cukup terik di Kanada akhir-akhir ini. Suara dengungan knalpot dari motor sport terdengar dari kejauhan. Benar saja, tidak lama terlihat seorang siswa yang sedang mengebut menggunakan motornya berusaha menerobis gerbang yang akan tertutup secara otomatis.

"Oh, shit! That was close!" Siswa tersebut memekik gembira karena berhasil melewati gerbang dengan kecepatan motor sportnya itu. Lalu ia memarkirkan motor kesayangannya dan membuka pelindung kepalanya. Surai kecoklatan yang langsung mengkilap terang karena cahaya matahari itu menarik atensi seseorang. Yang sejak tadi memperhatikan sambil tersenyum miring.

Siswa yang hampir terlambat tadi, Donghyuck. Donghyuck meraih tasnya dari motor dan segera berlari kencang menuju kelasnya. Tidak terlalu menyadari bahwa di lorong itu ada orang lain selain dirinya.

"Ishh, move away! Kenapa berdiri di tengah lorong sih menghalangi jalan saja, shit!"

Donghyuck mengucapkan sumpah serapahnya dalam bahasa Korea bercampur Inggris. Terkekeh karena itu menyenangkan. Memaki orang lain dalam bahasanya dan tentu saja tidak akan dimengerti. Namun tanpa disangka siswa yang diumpatinya tadi malah mencekal lengan Donghyuck dan membalik tubuhnya hingga berhadapan.

"Mulutmu hanya bisa mengumpat, manis?"

Donghyuck sedikit mengerjap mendengar bahasa Korea siswa yang baru dilihatnya itu. Orang Korea sepertinya jugakah? Dan oh, harum tubuhnya ini... Donghyuck mendecih. Calon Alpha. Pheromonenya terlalu Alpha. Donghyuck memutar matanya malas. Menghentak lengannya hingga lepas dari genggaman.

"Yah, begitulah! Tapi mulutku juga bisa melakukan hal menyenangkan lainnya selain mengumpat kok."

Donghyuck membalas senyuman menyebalkan siswa di hadapannya. Alis siswa tersebut naik sebelah, tertarik dengan ucapan Donghyuck barusan. Lagipula, aroma Donghyuck terhirup sangat menyegarkan bagi siswa tersebut.

"Hal menyenangkan seperti apa maksudmu? Bisa beritahu aku tidak, manis?"

Donghyuck melirik tag nama di dada siswa baru tersebut. Ji-Sung.

"Mulutku bisa meludahimu, Ji-Sung. Bukankah itu menyenangkan?? Hahahaha... Minggir kau anak baru! Kau menghalangi jalanku dan aku hampir terlambat gara-gara kau."

Donghyuck kembali berlari dan mengabaikan siswa bernama Ji-Sung tersebut. Ji-Sung memandangi Donghyuck yang semakin menjauh dan berdecak.

Bukankah rupanya seperti Haechan kan? Kudengar memang wajahnya hampir sama persis. Manis sih memang. Pantas saja Elder sialan itu suka pada orang yang melahirkan Donghyuck.

Donghyuck memberengut saat guru kelasnya memperkenalkan murid baru dari Cina. Ya, Cina. Ji-Sung berasal dari Cina ternyata, bukan dari Korea. Dan Donghyuck mendesah malas saat Ji-Sung memilih duduk di sampingnya yang menang kosong.

"Hai, kita belum berkenalan dengan benar bukan? Aku Ji-Sung."

"Kau bisa melihat namaku sendiri bukan? Jadi aku tidak perlu memperkenalkan diri."

Donghyuck menunjuk dada tempat tag namanya tergantung. Ji-Sung tersenyum dan sejak saat itu, Donghyuck malah menjadi dekat dengan Ji-Sung. Mereka cukup cocok karena memiliki banyak kesamaan.



"Aku tidak suka bunga matahari. Melihatnya saja aku kesal."

"Benarkah? Aku juga kok! Aku tidak suka karena bunga matahari hanya fokus pada sinar mentari saja. Layu dengan cepat jika mentari tidak menyinarinya lagi."



"Aku benci sekali olahraga. Berkeringat itu menyebalkan."

"Well, kita sama sih. Tubuhku sudah bagus bahkan tanpa olahraga."




JINX - SIGMA AFTER STORY [END]Where stories live. Discover now