Sibling ⚠️

3.8K 234 50
                                    

Malam yang kelam berganti saat bulan mulai menyembunyikan dirinya, disambut tetesan embun yang memantulkan seberkas cahaya di sela-sela dedaunan yang rimbun di hutan. Cahaya mentari mulai naik semakin tinggi, mengukuhkan kedudukannya sebagai penguasa langit pagi.

Minhyung mengerjapkan matanya, gorden di jendela besar kamarnya tidak ditutup semalam sehingga sinar mentari masuk begitu saja menembus kaca dan menerpa ranjang yang Minhyung tiduri semalam. Tubuh Minhyung mengguliat kecil, lalu memaksakan diri untuk duduk dan menggelengkan kepalanya. Melihat jam dinding yang menunjuk pukul enam, sepagi ini namun mentari tampak terlalu cepat naik. Untung ini akhir pekan.

"Apa itu semalam? Rasanya seperti.... Aghhhh"

Minhyung mengusak surai hitamnya kasar, membuat rambutnya yang sudah berantakan menjadi semakin tidak beraturan. Minhyung bangkit dan melepaskan kaosnya. Menuju ke cermin yang ada di kamarnya. Meneliti dirinya sendiri dan mengingat kejadian semalam.

Malam itu tiba-tiba saja Minhyung gelisah dalam tidurnya. Minhyung terbangun saat tubuhnya bergejolak dan perutnya terasa aneh. Kepala Minhyung pening dan rasanya ia sangat....bergairah. Dengan segala kewarasan yang tersisa, Minhyung menghampiri kamar Mark untuk meminta tolong. Dan sialnya, saat netra Minhyung menangkap eksistensi Donghyuck di depan pintu kamarnya, rasanya seperti ada sebuah suara yang muncul dari pikirannya.

Aku ingin dia! Aku ingin dia!

Minhyung kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Cukup tahu dengan jelas bahwa ia mendapatkan Rut-nya semalam dan untuk pertama kalinya mendengar wolf-nya berbicara melalui mindlink. Netra biru Safir Minhyung menoleh dengan cepat saat mendengar ketukan pintu.

Minhyung membuka pintu kamarnya perlahan, irisnya membesar saat melihat sosok manis di hadapannya. Jelas sudah mandi karena aroma sabun tercium dari tubuh mungil itu.

"Emm.. hai, Hyung.. kau baik?"

Minhyung menatap Donghyuck tajam dari balik iris biru Safirnya. Mengingat kembali bahwa rasanya semalam Minhyung melihat Donghyuck yang bergetar dengan wajah memerah dan nafas terengah di depan kamarnya. Ya, walaupun Minhyung dikuasai oleh Rut-nya, tapi pengamatan dan penglihatan Minhyung sangat tajam.

"Menurutmu?"

Donghyuck mendongak, canggung.

"Yah, se.. sepertinya kau baik-baik saja. Eumm, aku mau pamit pulang padamu saja karena mansion sepi sekali, mungkin yang lain masih tertidur ya... terimakasih sudah menginjinkanku menginap. Aku akan kemari lagi nanti."

Donghyuck yang baru saja akan melangkahkan kakinya meninggalkan pintu kamar Minhyung, tertarik ke dalam kamar dengan cukup kuat.

"Aawww!"

Minhyung baru saja menarik pinggang ramping Donghyuck, membawanya masuk ke kamar dan menguncinya di balik pintu. Kedua tangan telanjang Minhyung kini berada di sisi kanan dan kiri tubuh Donghyuck. Netra Donghyuck berubah menjadi Amethyst saat kembali menghirup aroma pheromone Minhyung.

Rut-nya masih berlangsung.

"Ah, Minhyung Hyung lepaskan aku. Aku harus pulang sekarang, akmmmppphhh.. "

Suara Donghyuck terputus saat Minhyung melumat bibirnya. Itu cukup kasar bagi ciuman pertama mereka. Minhyung tidak melumatnya dengan lembut. Minhyung bahkan mencengkram dagu Donghyuck agar belah bibirnya terbuka dan dengan mudah Minhyung dapat melesakkan lidahnya untuk bermain-main di dalam mulut Donghyuck.

Netra Amethyst Donghyuck menatap warna biru di hadapannya, awalnya berusaha melepaskan diri namun berakhir dengan menutup mata. Menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mengimbangi ciuman dari Minhyung. Lengan Donghyuck naik mengalung pada leher Minhyung yang bertelanjang dada.

JINX - SIGMA AFTER STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang