Recessive

1.7K 206 87
                                    

Mansion Red Moon yang luas memiliki banyak sekali ruangan dan kamar. Walaupun saat ini ada tiga keluarga yang tinggal disana, masih terdapat banyak ruangan kosong. Beberapa anggota pack tinggal bergantian di bagian sayap kanan dan kiri bangunan.

Dan kini sang Luna dari Red Moon pack bersama King sedang berada di salah satu kamar kosong, sebuah ruangan dengan pencahayaan samar, tidak repot menyalakan lampu, hanya perlu mengandalkan cahaya lampu dari luar jendela. Di hadapan mereka terdapat seorang Omega yang terikat disebuah kursi kayu. Wajah Omega itu tampak menyedihkan, terus menangis dengan bibir yang melantunkan kata maaf dan ampun tanpa henti.

Sang Luna, Haechan menulikan pendengarannya. Biasanya Haechan adalah pribadi yang murah hati, mudah memaafkan dan tersentuh. Tetapi tidak untuk kali ini. Omega di depannya telah membuat Haechan hampir kehilangan Donghyuck, dan membuat Donghyuck kehilangan janinnya. Itu tidak termaafkan. Setidaknya begitu pikir Haechan.

"Aku tidak menyangka kau adalah mate dari Minhyung, anakku."

"Ku-kumohon... Maafkan aku, aku sungguh ti-tidak tahu..."

"Maaf ya? Apa dengan memaafkanmu, janin di rahim Donghyuck bisa kembali lagi?"

Arin menahan nafasnya, netranya bergerak kesana kemari karena ketakutan. Tidak menyangka akan berhadapan langsung dengan sang Luna. Arin bergetar saat melihat Haechan berjalan perlahan mendekati dirinya yang tidak dapat bergerak karena terikat. Haechan mengitari kursi kayu yang diduduki Arin, dan menarik keras surai Arin hingga kepalanya mendongak. Manik mata Arin mendapati wajah Haechan yang nampak tersenyum miring, menimbulkan rasa ngeri di hati Arin.

"Kau tahu, Omega. Aku sempat berpikir untuk membiarkan Minhyung bersamamu di akhir. Maksudku, aku selalu mempercayai bahwa mate adalah harga mati. Hanya saja, aku sendiri heran... Untuk pertama kalinya aku sadar bahwa tidak semua mate, apalagi yang sepertimu, pantas untuk dipertahankan. Dan aku tidak akan pernah merestuimu sebagai mate dari anakku."

Arin menangis meraung, memohon ampunan yang tentu tidak akan direspon oleh sang Luna.

"Tidak! Tidak! Kau tidak bisa memisahkan aku dan Minhyung. Kami mate! Seharusnya kau menyingkirkan Omega murahan yang hamil anak Alpha-ku itu! Akhhhhhh!!"

Haechan mengencangkan rematannya di surai Arin. Mendekatkan wajahnya ke telinga Arin yang semakin ketakutan. Haechan berbisik perlahan,

"Omega yang kau sebut murahan itu juga adalah anakku, tahu tidak?"

Mata Arin membelalak, apa maksudnya?

Haechan menepuk tangannya sebanyak dua kali, tidak lama kemudian dua Alpha memasuki ruangan. Tubuh Arin semakin bergetar, sangat takut jika Haechan memerintahkan kedua Alpha tersebut untuk memasukinya. Sudut netra Arin menangkap siluet Minhyung yang nampak memandangi dirinya dari sudut ruangan. Bergeming dalam hening, hanya memperhatikan.

"Minhyung... Hikss, tolong aku... Minhyung.."

Minhyung menghampiri Arin, membuat gelenyar rasa lega di dada Arin. Merasa bahwa Minhyung mungkin satu-satunya orang yang bisa menyelamatkannya. Mark tampak mencekal lengan Minhyung.

"It's okay Dad... Trust me.."

Minhyung mendekati Haechan dan Arin. Minhyung dapat melihat harapan besar di mata Arin yang berkaca-kaca. Minhyung mengelus pipi putih Arin dengan lembut, mengecup dahi Arin perlahan. Kemudian memundurkan tubuhnya, memegang kedua bahu Arin yang masih terisak dalam ikatannya di kursi.

"Arin...."

Netra Arin bersiborok dengan Minhyung. Minhyung merasakan denyutan samar di tanda Mate miliknya. Samar sekali. Minhyung memejamkan matanya, sekelebat bayangan Donghyuck yang menangis dalam pelukan Ji-Sung muncul begitu saja. Dan ingatan akan direnggutnya nyawa dari rahim Donghyuck. Minhyung membuka matanya, warna sebiru lautan itu tercetak jelas di sana dan berkilat. Minhyung mencengkram kuat kedua bahu sang Omega, membuat sang empunya meringis kesakitan.

JINX - SIGMA AFTER STORY [END]Where stories live. Discover now