Leave

1.7K 216 76
                                    

"Daddy Jae.. where is mom? Apa Hyuckie memiliki mom seperti teman yang lain?"

"Why you asking? Hmmm... menurut Hyuckie Dad saja tidak cukup?"

Donghyuck menggeleng pelan, bukan begitu maksud Donghyuck.

"Daddy is more than enough for me... but,, all of my friends have a mom.. Hyuck ingin juga... tidak boleh ya Dad?"

Jaehyun mengelus surai Donghyuck, mencubit pipi gembil sang anak yang duduk di pangkuannya. Menimbang-nimbang jawaban apa yang harus Jaehyun berikan pada Donghyuck yang masih kecil.

"Hyuckie, you have a mom, of course.. orang yang melahirkanmu berada di Korea..."

"Kapan kita ke Korea Dad? I wanna see my mom! I'm begging.."

"Later, Hyuck.. kau lihat sendiri kondisi Daddy Jeno yang masih belum pulih. Kau rela meninggalkannya sendiri di sini? Lagipula.. Daddy sangat mencintaimu.. "

Donghyuck beringsut masuk ke pelukan Jaehyun yang hangat, pheromone Jaehyun yang begitu menenangkan terhirup oleh Donghyuck, Donghyuck mendusal pada ceruk leher Jaehyun, Jaehyun sendiri mengusap punggung anaknya yang masih berusia 10 tahun tersebut. Jaehyun tidak bohong, Jaehyun menyayangi Donghyuck lebih dari apapun.

Hanya saja memang sejak tahun demi tahun berganti, Jaehyun sering merasa terpana setiap kali melihat pertumbuhan Donghyuck yang sukses selalu mengingatkannya pada sang Sigma. Hadirnya Donghyuck di hidup Jaehyun membuat Jaehyun tidak bisa melupakan paras Haechan. Wajah yang Jaehyun tidak bisa miliki sampai saat ini. Karena itulah, obsesi tersebut seakan kembali muncul ke permukaan. Keinginan untuk memiliki Haechan-nya kembali.

Donghyuck sendiri benar-benar mencintai kedua ayahnya. Walaupun Jeno hanya bersama Donghyuck hanya sampai sekitar satu tahun lebih setelah Donghyuck lahir, tapi Donghyuck dapat mengingat semua kasih sayang Jeno melalui ingatan fotografisnya yang telah muncul sejak Donghyuck masih bayi. Jaehyun? Jangan tanya betapa cinta dan sayangnya Donghyuck pada Elder satu ini. 

Jaehyun yang menggendongnya saat Donghyuck terjatuh, Jaehyun yang menghiburnya saat Donghyuck bersedih, dan Jaehyun yang selalu membuka lebar lengannya membawa Donghyuck dalam pelukan setiap kali Donghyuck membutuhkannya.

"I love you Daddy Jae.."

"Love you too, Hyuckie.."

"But, I love you more Dad!"

"I doubt it. I love you first since you were born..."

"No! Still I love you more than you love me!"

"Love is a word than explain how I feel for you, Donghyuck..."

---

Tubuh Jaehyun menggelinjang di lantai marmer rumah besar yang berada di Vancouver tersebut. Donghyuck merangkak menghampiri tubuh Jaehyun yang masih memuncratkan darah dari lubang di dadanya. Donghyuck mengatupkan kedua telapak tangannya di dada Jaehyun, menahan aliran darah yang terus berlomba-lomba keluar.

Perak yang membuat luka di dada Jaehyun tidak akan menutup. Jaehyun melirik menatap wajah anak Omega-nya yang basah oleh air mata. Lengan Jaehyun naik membelai pipi tembam Donghyuck, Donghyuck menangis keras, sebelah tangannya menggenggam jemari Jaehyun yang kini berada di pipinya. Membuat pipi itu berhiaskan noda merah pekat darah. Bau amis karat besi semakin tercium, Jaehyun terbatuk.

"Daddyy... please... bertahanlah.. aku, aku akan menghubungi Tetua Yoona, atau Tetua Jisoo.. angg, tapi mereka di Toronto... heung,,, Rumah Sakit.. iya Rumah Sakit saja ya Dad,, tung-tunggu sebentar.. aku.. huksss huhuhu Daddy... darahnya keluar terus... "

JINX - SIGMA AFTER STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang