Replacement

1.5K 195 64
                                    

Malam semakin larut, kelamnya menguasai langit yang hanya disinari oleh cahaya redup dari para penghuni angkasa. Jam dinding menunjukkan bahwa waktu sudah mulai memasuki sepertiga malam terakhir, menandakan fajar akan segera tiba namun seorang Omega masih tampak terjaga dalam berbaringnya. Netranya masih terbuka segar dan berbinar. Entah masih karena efek jetlag yang dirasakan atau karena pikiran dan otaknya yang memang masih bekerja.

Haechan tidak bisa tidur. Tubuhnya tidak banyak bergerak hanya saja Haechan resah dan gelisah. Sesekali menatap anak Omeganya yang tertidur pulas di sampingnya. Raut wajah Donghyuck tampak berbeda, terlihat lebih bahagia walau hanya dalam tidurnya. Haechan merasa gamang, hatinya tidak tenang memikirkan beberapa hal, padahal dirinya baru saja tiba di Kanada belum sampai 24 jam lamanya.

Donghyuck tampak seperti menginginkan Haechan untuk bersama kembali kedua ayahnya, entah kenapa Haechan dapat merasakannya. Haechan benar-benar harus bertanya pada Jaehyun, apa yang sudah Elder tersebut ceritakan pada Donghyuck. Jangan sampai Donghyuck berpikir bahwa Haechan dan kedua ayahnya memiliki kisah cinta sebelumnya, karena nampaknya Donghyuck menganggapnya demikian.

Haechan memutuskan untuk beranjak dari ranjangnya. Kerongkongannya haus dan Haechan ingin membasahinya. Haechan bangun perlahan agar tidak mengganggu Donghyuck kemudian melangkahkan kakinya menuju pantry di rumah mewah tersebut. Membuka lemari es dan mengambil sebotol air dingin di dalamnya, memindahkannya dalam sebuah gelas dan menenggaknya hingga habis tak bersisa. Segar sekali.

Haechan menyimpan kembali botol air dingin tersebut ke dalam kulkas dan terpekik terkejut setelah menutup kembali pintu kulkas serta memalingkan wajahnya, ia mendapati sang Elder sedang bersandar di samping kulkas tersebut. Menatapnya sambil tersenyum.

Senyuman yang membuat Haechan merasa deja vu. Tubuh Haechan bergerak mundur menjauh dari Jaehyun. Jaehyun menyadarinya.

"Haechan, kenapa kau berada di sini pada waktu seperti ini? Bukankah di kamarmu ada air?"

"Emm, aku... ingin minum air dingin..."

Jaehyun memperhatikan wajah Haechan, manis sekali walaupun terlihat jelas gurat lelah pada ekspresi nya.

"Apa kau tidak bisa tidur? Masih merasa jetlag?"

Haechan mengangguk, "Iya.. aku sulit memejamkan mata... Tapi tidak apa, masih ada beberapa jam sebelum pagi, aku akan mencoba untuk tidur. Selamat malam Hyung."

Haechan menunduk sebentar lalu berjalan melewati Jaehyun untuk kembali ke kamarnya. Namun saat berpapasan, lengan Haechan ditahan oleh Jaehyun, membuat tubuh mungil Haechan berbalik dan berhadapan dengan jarak yang dekat sekali dengan wajah Jaehyun yang juga merunduk melihatnya.

Netra Amethyst Jaehyun sejak dahulu selalu bisa memancing Topaz milik Haechan. Entah kenapa, dan Haechan terpaku menatap warna keunguan pada manik mata milik sang Elder. Jemari Jaehyun naik mengusap rahang lembut milik Haechan, oh lama sekali Jaehyun tidak merasakan kulit halus milik Sigma-nya itu. Jaehyun mendekatkan wajahnya dan lengannya menarik tengkuk Haechan, berniat mencium Haechan.

Namun Haechan sekarang bukanlah Haechan yang dahulu, yang mudah terperdaya begitu saja. Walaupun Haechan sempat tidak berkutik dalam Amethyst milik Jaehyun, kini Haechan dapat mengendalikan dirinya lebih baik. Haechan mengerjap dan mengangkat kedua tangannya dengan cepat. Jemarinya kini berada di wajah Jaehyun, menutupi bibir milik sang Elder, sehingga Jaehyun tidak dapat menggapai bibir Haechan. Kecupannya terhalang oleh jemari Haechan.

"Jangan menyentuhku karena aku hanya milik Mark."

Jaehyun terkekeh menyadari sikap Haechan. Bagi Jaehyun, apa yang baru saja dilakukan oleh Haechan itu sangat menggemaskan. Sebelah lengan Jaehyun menarik jemari Haechan yang masih menutupi bibir Jaehyun. Membawanya turun.

JINX - SIGMA AFTER STORY [END]Where stories live. Discover now