1. Yang Tersembunyi

372 45 90
                                    

Wafa Adicandra mengambil beberapa foto sunset yang indah di deck tengah laut Karimun Jawa tempat pemberhentian mereka yang terakhir setelah berkeliling dengan speedboat yang dikendarai Daezel, sahabatnya yang kini sedang merokok dengan kaki terjul...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Wafa Adicandra mengambil beberapa foto sunset yang indah di deck tengah laut Karimun Jawa tempat pemberhentian mereka yang terakhir setelah berkeliling dengan speedboat yang dikendarai Daezel, sahabatnya yang kini sedang merokok dengan kaki terjulur ke laut sambil memandangi benda bulat besar bersemburat jingga itu turun perlahan di barat. Sementara Glen, sahabatnya yang lain malah asyik berenang di bawah dermaga tengah laut yang pasti mereka kunjungi setiap kali kemari.

"Glen, naik!" Ujar Dae menyuruh Glen yang otaknya memang agak keluar nalar dari mereka kenal saat masih berkuliah di Semarang dulu.

"Tanggung!" Ujar Glen tanpa memperhitungkan bahwa sebentar lagi langit akan gelap.

"Ditinggal ke Kalimantan dua tahun, masih juga nggak ada otaknya bocah ini!" Celetuk Wafa sambil tertawa-tawa memastikan DLSR nya masih aman berada di casing anti air itu.

"Orang-orang udah punya peradaban, anak ini masih monyet-monyet aja" Tambah Dae sambil mematikan rokoknya.

"Iya, Iya!" Glen akhirnya pun naik ke papan kayu yang hanya muat lima orang itu.

Dia hanya diam duduk di sebelah Dae dan Wafa pun mensejajarinya.

"Gimana pabrik rokok?" Tanya Wafa mencari kabar, sebab sejak mereka bertemu di pelabuhan Kartini, untuk menumpang feri dua hari lalu, mereka hanya sibuk bercanda tanpa membicarakan hal-hal yang personal. Selanjutnya mereka disibukan dengan kegiatan makan cumi, tracking, snorkling, dan memberi makan hiu sambil berendam dengan ikan nimo yang dibanderol 50 ribu saja di penangkaran tengah laut, hingga lupa kalau sebenarnya mereka hanya ingin reuni kecil-kecilan dan merayakan SK kepindahan Wafa dari Pulau Kalimantan ke Jawa.

"Hya... aman lah, nggak ada yang menarik" Ujar Glen yang memang anak pemilik pabrik rokok di Kudus itu dan setelah kuliah, mengurus bisnis keluarga adalah sebuah kewajiban meskipun dia ingin hal lainnya.

"Kamu? Ekspor impor aman?" Giliran Dae yang mendapat pertanyaan, selepas lulus kuliah Dae memang fokus mengelola shorum ukir dan mebel milik orang tuanya di Jepara. Di antara rumah mereka bertiga memang rumah Dae yang paling sering mereka kunjungi.

Mereka hanya sekali main ke Kudus, ke rumah Glen yang sebenarnya juga tak pernah ditinggalinya, sebab seluruh keluarganya sudah pindah ke Jakarta. Mereka juga baru tiga kali ke Solo, ke rumah Wafa, tapi Wafa yang berjiwa petualan lebih suka ke Jepara, ke rumah Dae dengan tempat-tempat sepi yang perlu dieksplore dan paling dekat dari Karimun Jawa, tempat liburan kesukaan mereka bertiga.

"Lumayan sih, habis pandemi malah makin banyak permintaan dalam negeri juga malahan, kayaknya gerakan di rumah saja ngebuat orang-orang sadar kalau furniture di rumah mereka juga perlu estetik"

Mereka sedikit terkekeh,

"Chalize, adek kamu, apa kabar Dae? Kerja di mana dia sekarang?" Wafa menanyakan Chalize, adek Dae yang berjarak 2 tahun lebih muda dari mereka. Dulu Chalize kuliah di Salatiga, dua jam dari Semarang, Wafa dan Glen sering ikut menjenguk gadis manis itu, sekalian tebar pesona dengan cewek-cewek modis di kampus Chalize yang memang terkenal akan mahasiswi-mahasiswi fashionable dari sabang sampai merauke itu.

Thank God, It's YouWhere stories live. Discover now