11. Kekacauan

145 31 35
                                    

Solo, hari Selasa 16.30

"Miss ... Miss Yudha!" Mbak Tarmi, salah satu cleaning service yang bertugas di lantai dua, di mana kelas Yudha sudah beberapa saat memanggil-manggil guru muda itu dari ambang pintu kelas. Sedari tadi dia bermaksud untuk membersihkan kelas Yudha tapi merasa tak enak sebab gadis itu masih terlihat bekerja.

Kali ini Mbak Tarmi harus nekad, sebab kalau tidak bisa-bisa dia pulang lembur. Dengan tergopoh dia segera menuju kelas Yudha ketika jam pulang cleaning sudah tiba, namun sayang, gadis itu justru nampak tertidur alih-alih masih bekerja.

Maka pelan-pelan perempuan paruh baya itu mendekat ke arah Yudha dan menepuknya, rasa sedikit tak tega, tapi mau bagaimana lagi, kelas harus dikosongkan sekarang juga atau dia yang akan kena masalah.

"Miss ... miss Yudha bangun miss"

Yudha yang telungkup di meja mengerjabkan matanya, kemudian sambil mengumpulkan kesadaran dia melihat ke arah jam dinding kelasnya.

"Hah!" Dengan geragapan dia pun mencari ponselnya sampai Mbak Tarmi kebingungan.

Sekilas melirik, tak ada satu pun pesan yang masuk, Yudha pun mendengus kecewa.

"Miss ... Miss Yudha gapapa?" Tanya Mbak Tarmi khawatir, Yudha pun segera sadar bahwa tidakannya sudah merugikan Mbak Diah yang hampir saja overtime gara-gara dirinya.

"Ngg ... nggak papa Mbak, aduh maaf ya, ketiduran!"

Yudha segera membereskan semua barang-barangnya. Lantas segera turun setelah mencuci muka di wastafel. Sekolah sudah sepi, sepertinya tinggal dirinya, Mbak Tarmi, dan satpam sekolah yang berjaga di depan.

Yudha menuruni tangga dengan gontai, hatinya sedikit resah. Ini bukan kali pertamanya Wafa mengecewakannya setelah mereka memutuskan untuk berpacaran.

Wafa sering lupa janjinya sendiri, entah janji untuk menelepon, menjemput, bahkan Sabtu minggu lalu Wafa lupa kalau mereka ada janji bertemu di toko buku dan baru ingat dua jam setelah Yudha memutuskan untuk pulang saja.

Tidak seperti masa penjajakan dulu, Wafa mulai berubah. Wafa bahkan melarang Yudha untuk menengoknya ketika dia sakit dan tak masuk kerja. Padahal dulu Wafa selalu semangat ketika mengajaknya ke rumah dan ngobrol ini itu dengan orang tuanya.

Wafa juga seperti orang yang terburu-buru ketika menemuinya, seperti menyembunyikan sesuatu, padahal Wafa sangat suka bercerita.

Yudha sudah hendak melangkah ke halte bus yang tak jauh dari tempat kerjanya, ketika dia masih ingin berusaha lagi.

Sambungan itu akhirnya diangkat, setelah lama terdengar nada sambung.

"Halo, Wafa"

"Ah Yud! Ah iya, aku harusnya jemput kamu, aku ke sana sekarang, ya?" Ujar laki-laki di sambungan itu tanpa beralasan.

"Nggak usah, aku sudah di dalam bus" Ujar Yudha berbohong.

"Kamu jangan marah ya, nanti malam aku ke rumah kamu"

"Kamu di mana?" Tanya Yudha yang sebenarnya penasaran.

"A'aku ini di ..."

Wafa ... kok lama banget Arini udah nunggu

Iya, Bu ... sebentar

Yudha mendengar suara keributan di seberang sana,mungkin Wafa sedang bersama keluarganya.

"Eh nanti aku telepon lagi, masih ribet!" Wafa pun mengakhiri pembicaraan dan sambungan itu pun di tutup dari seberang.

Yudha sedikit tercekat, rasanya sedikit sakit.

Thank God, It's YouWhere stories live. Discover now