9. Roman Picisan

159 34 58
                                    

Solo, Car Free Day

Jalan Slamet Riyadi 07.20 WIB

Sudah 20 menit Wafa melewati stan Sekolah Dasar Nasional Plus Truntum Bersemi tempat Yudha bekerja, yang kini sedang menggelar pameran. Stan nya beragam, mulai dari donasi buku, di mana orang-orang bisa memberikan beberapa bukunya dan mengadopsi buku lainnya, ada juga kelas quiz bahasa Inggris, yang menampilkan MC Mr. Boni yang tampan dan ekspresif, ada juga kelas science yang menggelar beberapa percobaan menggunakan bunga telang, dan terakhir kelas melukis yang sangat diminati anak-anak dan tentu saja beberapa pengunjung dewasa. Dan di stan ini lah Ms. Yudha bertugas.

Kelas dibuka sesuai kapasitas tempat yang ada, Yudha sedang membagikan beberapa peralatan menggambar seperti tote bag canvas, cat, dan juga pensil serta kuas kepada beberapa peserta yang mulai duduk di tikar Helo Kitty yang digelar di jalan utama Solo yang setiap minggu ditutup sampai jam setengah 9 itu.

Tak semua peserta adalah anak SD Tuntrum, banyak juga anak-anak pengunjung CFD lainnya, kapan lagi kan? Bisa belajar dengan anak-anak dan guru dari sekolah mahal di kota itu. Yang unik beberapa anak muda juga ikut bergabung untuk seru-seruan, tak masalah sih, acara itu memang digelar untuk ajang bersenang-senang dan agar sekolah itu lebih dekat dengan masyarakat saja lalu tak dinilai sebagai pusat akademis eksklusif yang rawan prejudice.

"Thank you, Miss" Yudha mendongak ketika sapaan itu begitu familiar setelah dia menaruh kuas di depan seseorang yang berada di tengah-tengah anak kecil.

"Hah, Wafa?! Ngapain kamu di sini?" Yudha berbisik dan melotot kaget ketika mendapati Wafa yang kini resmi jadi pacarnya yang semalam sudah membuat dia jantungan di depan rumah.

"Aku bosen nunggu , sekalian ikut aja" Ujar pemuda itu, selalu dengan senyuman hangatnya.

"Kamu gila?" Yudha mendekati Wafa dan berbisik lagi

"Nggak lah, salah satu syarat buat pacarin kamu kan berakal sehat" Jawab Wafa santai lalu mulai mengamati alat-alat gambar itu.

"Terserah!" Ujar gadis yang memakai kaus putih seragam dari sekolahnya itu lantas meninggalkannya, sebab Mr. Anton guru Art, mungkin membutuhkannya.

Kali ini Yudha menjadi asistennya saja sementara Anton memberikan tutorial cara membuat lukisan bergaya doodle di atas tas canvas. Sesekali Yudha berputar mengelilingi peserta, kalau-kalau ada yang membutuhkan bantuan. Anak-anak senang saat Yudha membantu mereka, beberapa pemuda juga beberapa kali mengacungkan tangan untuk dibantu Yudha, tapi tujuannya tentu saja lain, mereka senang menggoda Yudha karena gadis itu cantik. Wafa hanya mengawasinya saja, tapi nampaknya Yudha bisa mengatasinya.

"Mbak-mbak, kalau gambar gini boleh nggak?" Ujar seorang pemuda yang kemudian menunjukkan gambar tak senonohnya di atas canvas itu diiringi tawa pemuda lainnya.

"Boleh saja, itu kan tas milik kamu, jadi terserah kamu, tapi jangan ditunjukkan ke anak-anak kecil" Ujar Yudha mencoba tenang meskipun sangat marah.

"Lho kenapa, kok anak kecil nggak boleh tahu, masak ga boleh tahu" Pemuda dan teman-temannya yang duduk paling ujung itu masih ngeyel bertindak menjengkelkan.

"Ya kita semua punya akal sehat untuk tidak melakukannya kan" Ujar Yudha kemudian meninggalkan gerombolan itu tanpa sedikitpun menunjukkan amarah, sehingga pemuda-pemuda itu malu sendiri.

Wafa mendengar dan mengamati semuanya, dia tersenyum tipis dan semakin menguatkan perasaannya kalau pilihannya memacari Yudha adalah tepat.

Yudha kembali berkeliling saat anak laki-laki kecil di sebelah Wafa mengacungkan tangannya, rupanya dia adalah salah satu murid dari SD Tuntrum.

"Miss Miss... Miss Yudha, can you give me hand?"

"Owh Marcel, yes dear, what can I do for you?

Thank God, It's YouWhere stories live. Discover now