13. Tinggal Bersama

142 25 38
                                    

"Kayaknya dia masih syok banget, semalem tidur sama ibu" Waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi, tapi keluarga Wafa sudah terlihat sibuk, Wafa juga sibuk mengadu kepada Dae yang baru saja bisa dihubungi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kayaknya dia masih syok banget, semalem tidur sama ibu" Waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi, tapi keluarga Wafa sudah terlihat sibuk, Wafa juga sibuk mengadu kepada Dae yang baru saja bisa dihubungi.

"Ya kan bagus, awas aja tidur bareng kamu!" Kelakar Dae, sebab yakin Wafa tak akan melakukannya.

"Edan! Emangnya aku Glen!" Ujarnya terkekeh berbisik, takut Chalize yang masih bengong di meja makan mendengar.

"Glen udah dikabari?" Tanya Dae

"Kata Chalize jangan, dia bilang lebih takut reaksinya Glen daripada denger gamelan setan"

Kali ini keduanya tak bisa lagi menahan tawa, sampai sampai Chalize, ibu dan ayah Wafa melongok ke dapur untuk memastikan apa yang terjadi.

Wafa kemudian berdehem dan menjauh ke halaman belakang, sementara ayah Wafa mencoba memberikan teh hangat kepada gadis stress itu.

"Minum dulu, the di solo beda sama di tempat lain" Ujar ayah Wafa dengan sabar.

"Makasih Om, maaf ya saya merepotkan"

"Nggak, cah ayu, om sama tante malah seneng kamu masih ingat ke sini" Ujar ibu Wafa sambil meletakkan opor tahu di depan mereka.

Pagi ini Ibu sengaja memasak jenang lemu, sejenis bubur dengan opor tahu dan telur. Comfort food untuk sarapan, demi Chalize yang masih tantrum gara-gara cerita hantu semalam.

Ibu dan ayah Wafa tadinya syok melihat anak perempuan itu malam – malam memeluk Wafa, tapi setelah semua lampu dinyalakan, mereka sadar, bahwa itu adalah Chalize, gadis manis yang pernah datang ke rumah mereka beberapa tahun lalu. Adik dari Dae, sahabat dekat Wafa selama berkuliah di Semarang dulu, bahkan hingga kini.

"Lize, Dae mau ngomong!" Ujar Wafa sambil menyerahkan telepon itu ke Chalize.

Perempuan 25 tahun itu langsung bergegas berdiri, menyambar telepon itu dan lari ke kamar ayah, ibu Wafa yang semalam ditidurinya, mungkin dia ingin menangis atau mengadu macam-maca secara privat.

Wafa menghela nafas, kemudian duduk di kursi makan dan dengan santai mengambil bubur lemu yang dihidangkan ibunya. Sepasang orang tua itu tersenyum lantas memandang satu sama lain lalu mengangguk.

"Akhirnya doa-doa ibu dihijabah Allah"

Wafa yang asyik menyantap bubur berkuah kuning itu mengernyit kemudian bertanya.

"Maksud ibu?"

"Ibu dan bapak nggak usah pusing-pusing lagi cariin kamu jodoh, dia datang sendiri"

Spontan Wafa menjatuhkan sendoknya, dia tidak bodoh untuk tahu apa yang ada di pikiran bapak dan ibunya.

Cepat-cepat dia menjelaskan,

"Bu, kalau yang ibu maksud jodoh Wafa itu Chalize, ibu salah besar, dia itu sudah tunangan sama Glen, ibu tahu Glen kan? Sahabat Wafa juga"

Thank God, It's YouWhere stories live. Discover now