5. Pertemuan Keempat

158 34 58
                                    

Solo, 12.30 WIB

Jam makan siang.

Hari ini Wafa sengaja meminjam motor ayahnya, dia juga sengaja tak membawa bekal dari ibunya dengan dalih akan ada acara makan-makan di kantor. Semua ini demi dia, Si Cantik, Ibu Guru, yang dia tak tahu namanya.

Yang jelas gadis itu telah merenggut semua rasa ingin tahunya beberapa hari ini semenjak tak sengaja bertemu untuk ketiga kali.

Wafa sebenarnya memang tipe yang mudah jatuh cinta, terutama jika disodori sosok perempuan penyayang anak-anak. Kedua sahabatnya sudah hafal seperti apa selera wafa semasa kuliah dulu, kalau tidak calon perawat ya pasti calon guru. Dae sampai bilang kepada Wafa kalau seleranya itu mirip-mirip selera stereotype polisi dan tentara hingga untuk beberapa waktu Dae dan Glen menyapanya sebagai Mas Halo Dhek, Wafa tak pernah kesal dengan julukan itu. Kakeknya tentara, neneknya perawat, Ayahnya ASN, Ibunya guru, iparnya polisi, kalau semisal bekerja, Kak Yura pasti menjadi bidan. Template keluarga Indonesia idaman, yang membuat tetangga merasa harus raising the bar.

Glen juga punya cerita tersendiri di mana dulu dia sering diajak Wafa untuk mengapeli pacarnya, waktu itu yang berkuliah di sebuah kampus keguruan di kota Semarang. Bukannya apa-apa, mereka sering lewat jalan tikus yang menyambungkan dua area universitas itu yang Masyaallah curamnya. Glen sampai bilang ini adalah jalur hidup dan mati tapi demi kesetiakawanannya dia tetap menjalaninya. Lagi pula Wafa adalah sahabat yang baik dan tidak pernah pamrih. Dia setahun lebih tua dari pada Glen dan satu angkatan dengan Dae, mereka yang membantu Glen selama hidup sendirian di Semarang. Memang Glen tak pernah kekurangan harta benda, tapi hidup mandiri itu sesuatu yang tak hanya membutuhkan uang saja. Glen juga butuh lingkungan yang baik serta pergaulan yang sehat untuk meraih gelarnya tepat waktu. Jadilah Wafa dan Dae yang sudah berteman setahun sebelumnya, menambahkan Glen yang menghuni kamar di antara mereka sebagai sahabat hingga kini.

Wafa tersenyum sendiri melihat postingan yang dikirim Glen di grup chatnya bersama Dae, kiranya ada 7 repost dari tiktok yang menampilkan video-video konyol tak berfaedah. Dae hanya mengabaikannya, beberapa minggu terakhir dia sangat sibuk dengan persiapan pameran mebelnya ke Berlin sehingga harus mengurus ini dan itu. Sedang Glen, pasti dia sedang marahan dengan Chalize, Wafa sampai hafal, memang begitu stress release nya.

Wafa hanya menduga-duga, kali ini apa tema dari peperangan keduanya? Sebab selalu ada saja dan tak penting serta tak perlu dipikirkan, sebab paling lama tiga hari mereka juga akan balikan lagi.

Tapi alih-alih terus menduga apa yang terjadi dengan pasangan itu, saat ini Wafa sudah mengemudikan motornya ke jalan seputaran Stadion Manahan, ada satu tempat yang ingin ditujunya, tapi bukan makan siang di Shelter Manahan, tetapi sekolah di depannya.

Wafa memarkirkan motornya di parkiran sekolah nasional plus yang plusnya memakai bahasa Inggris sebagai pengantar itu. Wafa sempat tertegun untuk meyakinkan dirinya, apakah ini sangat jamet jika dilakukannya atau ah, sudahlah daripada setiap malam tak bisa tidur!

Kaki panjangnya pun menaiki anak tangga menuju teras sekolah di mana seorang satpam menyapanya dan beberapa suster yang sedang menunggu anak asuhnya di ruangan sebelah satpam mulai berbisik memperhatikan pemuda tinggi berlesung pipit itu.

"Siang Pak, ada perlu apa?" Sapa satpam itu membuat Wafa deg deg an seperti bertemu calon mertua.

"Ah ini, saya mau titip ini ke wali kelasnya Laurent, anak kelas satu atau dua ya? Yang tempo hari outing ke Sky Walk!" Wafa mencoba menjelaskan maksudnya sambil menyerahkan mini paperbag yang berisi sebuah kotak kecil berisi hair pin Hello Kitty itu.

Pak Satpam mengamati Wafa dari atas sampai bawah, dia juga memperhatikan seragam baju keki yang dipakainya.

"Apa isinya?"

Thank God, It's YouWhere stories live. Discover now