4. Metro Pop Scene

199 37 50
                                    


Temanggung, 21. 00 WIB

Setelah seharian mengikuti ayahnya untuk membujuk seorang juragan tembakau Temanggung berkualitas sangat baik untuk menjadi supplier utama pabrik rokoknya, Glen memutuskan untuk segera masuk kamar hotel dan pura-pura tidur, sebelum ayahnya memintanya lagi untuk bertemu beberapa kenalan lain untuk kongsi bisnis mereka.

Glen agak malas berhaha hihi dengan para tetua itu, bukankah cukup kakaknya saja, lagi pula seumur hidup dia hanya akan menjadi supporting team, bukan pemilik utama perusahaan. Glen tak punya cita-cita untuk itu. Dia selalu menikmati kehidupannya sebagai bungsu yang dimanjakan.

Glen bergelung di balik bed cover yang menjadi selimut tebalnya. Kepalanya sedikit pening. Dilihatnya temperatur di ponselnya, 10 derajat Celcius. Sekali lagi dilihatnya ponsel itu. Pesannya yang berderet deret hanya dibiarkan dengan tanda dua centang biru tanda Si Penerima pesan sudah membukanya, masalah dibaca entah siapa yang tahu, masalah dibalas, entah kapan akan dilakukan gadis itu.

Tidak membalas pesan adalah kebiasaan Chalize, entah lupa atau malas saja. Nyatanya dulu gadis itu yang menanting Glen untuk LDR, laki-laki itu menyanggupinya dengan sungguh-sungguh. Tapi komitmen gadis itu pada LDR hanya seumur jagung, setelahnya Glen hanya bisa memendam rasa kesalnya tiap kali Chalize tak membalas pesannya. Glen pernah membiarkan pesan itu mangkrak begitu saja dan Chalize akhirnya membalas, ah bukan membalas. Waktu itu Chalize mengirim pesan karena menganyakan di mana dia bisa membeli pengharum ruangan beraroma teh keraton sebab dia tak bisa menemukannya di toserba dekat apartemen.

Chalize hanya akan rajin membalas semua pesan Glen setelah Glen benar-benar mengamuknya. Glen sampai harus mengatakan, lihat saja nanti, kalau aku udah nggak mau peduli sama kamu! Barulah Chalize merasa tertampar dan mau berpesan secara mandiri meski hanya bertahan paling lama dua minggu.

Rasa-rasanya berpacaran dengan Chalize hanya membuat Glen naik darah saja, tapi bagaimana pun dia sangat mencintai gadis adik Dae itu. Inilah juga sebabnya Glen rela melepaskan jabatan tingginya di pabrik rokok yang berada di Kudus setelah tahu Chalize diterima bekerja di Jakarta.

Sempat terjadi drama, sebab ketika Glen melepas jabatannya itu, otomatis sepupunya yang akan mengisinya, mami Glen sempat uring-uringan sebab merasa Glen begitu gegabah meninggalkan hak waris yang begitu potensial. Tapi Glen tetap santai saja dan berkata bahwa dia bisa mengurus aset lainnya.

Mamanya akhirnya menurut saja, lagi pula siapa yang bisa menghalangi keras kepalanya seorang Glen. Justru ayahnya senang, sebab Glen membantunya langsung di kantor pusat. Anak itu bekerja cukup sigap apalagi setelah mantap memiliki calon istri, yaitu Chalize

Tapi kemantapan itu mungkin hanya milik Glen.

"Lama banget sih ngangkatnya?" Ujar Glen kedinginan di balik selimutnya

"Ah sorry, panas banget di sini!"

"Panas?" Glen tentu saja can't relate dengan kepanasan di Jakarta sebab dia hampir kedinginan membeku di Temanggung.

"Iya, AC nya mati!"

"AC mana? Ruang tengah atau kamar kamu?"

"Dua-duanya, tadi sore aku pulang kerja udah mati aaaghh"

"Panggil tukang AC lah!"

"Glen, ini udah malem ya, kamu mau aku diperkosa tukang AC!"

Glen sedikit berpikir, iya juga ya, mengingat pap Chalize terakhir memakai tank top dan celana gemas yang mengekspose seluruh aset yang bahkan belum dimilikinya. Tapi Glen tak suka dengan pemikiran Chalize.

"Ngomong yang bener, tidur di hotel aja daripada engap gitu! Aku bookingin Kempinsky"

"Hah? Kamu gila, emang mau kawinan? Ga ah!"

Thank God, It's YouWhere stories live. Discover now