3. Solo, Mungkin Berarti Sendiri

192 32 30
                                    

Ghaida Yudhanti sedang terperangkap pada situasi yang sulit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ghaida Yudhanti sedang terperangkap pada situasi yang sulit. Kedua orang tua murid yang dipertemukannya hari ini demi bertabayun menyelesaikan permasalahan anak-anak mereka yang terlibat perselisihan justru saling adu mulut dan nyaris adu jotos di depan matanya. Yudha tentu saja tak bisa berbuat apapun. Ayah Gabriel seorang pemilik plastik bertampang sangar itu nekat menggebrak meja dan mengatakan hal-hal kasar kepada Mama Jovan, seorang single mother yang juga pengusaha kain. Awalnya Yudha hanya ingin menengahi kedua bocah yang selalu terlibat pertengkaran, tadinya dia hanya mengambil sikap dengan memberi tahu kepada dua bocah kelas enam SD itu agar lebih tahu aturan selama berada di sekolah. Tapi tetap tak bisa dikendalikan, pertikaian Gabriel dan Jovan berlanjut sampai ke grup chat yang dapat dibaca semua siswa bahkan orang tuanya. Slentingan pun terdengar di sana sini, bahwa masalah kedua bocah itu kian meluas dan kepala sekolah berkata kalau Yudha harus bisa mengambil bagian untuk menengahi perseteruan keduanya. Menghadirkan orang tua sedianya adalah harapan Yudha dan sekolah untuk membawa perdamaian. Yudha memprediksi bahwa para orang tua akan dapat memberi pengertian kepada anak mereka setelahnya. Namun prediksi itu benar-benar salah. Yudha sungguh konyol mengapa mengambil langkah yang kini makin menyulitkannya sebagai wali kelas.

Untuk menjadi perhatian, pertikaian itu tak kunjung usai dan baru berhenti setelah Yudha memanggil sekuriti.

"Ms. Yudha, hal ini mungkin tidak terjadi kalau Ms. Yudha bisa memilih kata-kata yang tepat pada saat pertemuan tadi" Ujar Ibu kepala sekolah yang malah semakin menyudutkan posisisnya.

"Saya sudah mencoba menjelaskannya, tapi mereka sungguh tak memberi saya ruang, saya menduga mereka sudah memiliki problem sebelumnya" Ujar Yudha berusaha membela diri.

"Dari mana datanya? Kita tidak bisa menyimpulkan segara sesuatu dengan kira-kira, nyatanya bukannya selesai permasalahannya malah semakin parah seperti tadi" Panas rasanya telinga Yudha mendengar hal itu, mengapa kepala sekolah tak berpihak padanya, dia sudah berusaha sesuai kapasitasnya, dan tentu saja dia mendapat data dari apa yang diperdebatkan kedua orang tua tadi.

Ini sudah bukan perkara anak-anak mereka, Yudha dengar sendiri mereka malah membicarakan urusan tanah yang bersengketa. Jadi tentu saja permasalahan antara Gabriel dan Jovan adalah hal yang berasal dari rumah.

Yudha tak menjawab lagi apa yang dikatakan pimpinannya, yang jelas dia lah yang bersalah tidak bisa mengajari moral anak didiknya dengan benar, dia juga yang salah tidak dapat menyelesaikan konflik antar orang tua, dia yang salah untuk semuanya , termasuk beberapa paper work yang keteteran sebab menghadapi kelas yang isinya luar biasa rusuh itu.

Yudha menghela nafas rasanya sungguh lelah, dua hari yang lalu bahkan dia diminta untuk mendampingi siswa-siswa kelas satu yang outing ke Stasiun Balapan untuk berjalan di Skywalk dan menulis laporan pengamatan mengenai tempat itu. Yudha tak masalah untuk menolong, tak masalah juga untuk membantu anak-anak bawel, lucu dan menggemaskan itu, dia tak masalah juga sering mendengar curhatan para orang tua dengan segenap permasalahan parenting dan terkadang merembet ke hal lainnya, dia tak masalah untuk mengatasi anak-anak didiknya yang menurut Yudha bukan sekadar nakal dan bandel, namun lebih ke rasa ingin tahu, dia pun tak masalah dengan seabrek paperwork deadline dan jam mengajarnya yang saling berkejaran, sebab itulah seni menjadi guru.

Thank God, It's YouWhere stories live. Discover now