6. Rencana - Rencana

153 36 48
                                    

"Agrh Aggh Iyah .. tekan di situ, yang, turun dikit aagrh, good girl"

Glen yang tengkurap merasa keenakan tiap kali Chalize menapakkan kaki di punggunggya yang lebar, sementara gadis itu terus naik turun menapaki badan pacarnya sambil menscroll konten easy cooking di Instagramnya.

Glen belum 30 tahun, tapi lagaknya sudah seperti bapak-bapak encok, yang lebih tergiur pijat dari pada ciuman.

Seperti saat ini, pemuda itu asik mengerang menikmati pijakan kaki Chalize yang menurutnya sangat mantap alih-alih gadis itu memijat dengan tangan halusnya yang justru membuat Glen akan berpikir yang tidak-tidak.

"Udah ya Glen, aku capek!" Ujar Chalize melirik Glen yang tengkurap di bawah kakinya di lantai kamar yang sudah dilapisi matras Yoga berwarna hijau itu.

Glen tak menjawab hanya menggeleng sambil memeluk bantal Totoro bulat milik Chalize, hadiah ulang tahun darinya, saat gadis itu masih kuliah dulu.

"Egh ... terusin, tadi udah bilang pijit plus plus kaaan"

"Tapi udah setengah jam Glen, kakiku capek!" Keluh Chalize kesal.

"Ya udah, turun" Kata Glen lembut.

Chalize pun berpegangan pada tembok dan turun dari tubung bongsor Glen.

"Sini" Glen menarik Chalize , sembari dia bersender di tembok sebelah tempat tidur itu.

Chalize menurut saja dan duduk berhadapan di pangkuan Glen.

"Maaf" Ujar Glen seraya menyibakkan rambut Chalize yang sedikit berantakan, meskipun niat sebenarnya dia hanya ingin mensyukuri wajah cantik gadis yang sudah tiga hari marahan dengannya itu.

"Iya, aku juga mau minta maaf, maafin aku, ya Glenny" Chalize melingkarkan tangannya dan sedikit menekan lalu mencium singkat kekasihnya itu, membuat senyum Glen yang sudah pudar berhari-hari kembali, Glen pun membalas, dan dengan sayang dicium kening gadis itu.

"Tapi jujur, aku masih nggak ngerti kenapa kamu segitu nolaknya, kita bisa kan bicara baik baik sekarang?" Tanya Glen dan Chalize mengangguk.

"Kalau boleh jujur aku juga kepingin nikah, apalagi sama kamu, pengen dirayain besar besaran, pakai baju bagus, dekor bagus, bikin story, photoshoot, aku pamerin ke semua teman-teman sama saudara kalau suamiku itu adalah Glen Aditama Suwignyo"

"Thanks for the compliment, aku juga pengen segera mamerin kamu ke semua mantanku yang resek itu" Ujar Glen dengan suara yang dalam dan mereka sedikit terkekeh

"Terus kenapa, bukannya itu bangus?" Glen kembali bertanya dan matanya tak lepas dari manik lincah gadis berambut hitam semburat biru itu.

"Sebab, akhirnya bukan sampai itu saja kisah kita, kalau kita menikah, aku akan menjadi anak di keluargamu dan kamu menjadi anak dari mama papaku, aku belum sanggup dan merasa belum pantas, jika kita menikah kemungkinan kita akan segera punya anak, demi apapun aku masih pengen nongkrong dan bersenang senang, aku masih pengen miliki kamu seutuhnya, aku belum sanggup kalau nanti kamu lebih perhatian ke anak kita karena rasa sayang atau ke mama papaku sebagai bentuk bakti kamu, nanti aku sanggup, tapi sekarang Glen, demi Tuhan aku belum berani, aku belum bisa menekan ego kalau kelak mama kamu mungkin tanpa maksud jahat bilang seleraku menata rumah tak bagus atau masakanku ga enak!" Ujar Chalize dengan mata berkaca kaca, Glen sedikit heran.

"Eh wai wait wait, kamu, kamu punya rasa cemburu?" Tanya pemuda itu seperti orang bodoh.

"Sangat, aku sebenarnya sangat cemburuan kadang aku nggak bisa kontrol untuk mikir yang enggak enggak kalau kamu pergi sama temen kamu atau sekadar bussiness trip, makanya aku benci, benci LDR, aku benci kirim kabar karena bikin aku muak dan pusing" Ujar Chalize memelas.

Thank God, It's YouTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon